Missing [Part 5]


Image

Author: GSD.

Title: Missing. [5]

Cast: Cho Kyuhyun, Choi Siwon, Park Songjin, Lee Donghae, Lee Gyuwon.

Rating: PG 13.

Length: Chaptered.

Genre: Romance, Tragedy, Family.

Jika ketabahan ini bukan berakhir dengan kebahagiaan, aku akan tetap memilihnya untuk segala cinta yang kumiliki, dan tersisa untukmu. Sampai aku tidak tahu kapan akan habis, menguap dan menghilang seperti ini tidak pernah ada sebelumnya.

Cho Kyuhyun’s side

“apa yang kita rayakan dengan cangkir-cangkir kopi ini? pertemuan atau perpisahan?” Gyuwon terkekeh geli setelah mengatupkan bibirnya. Baginya lucu. Mungkin.

Tapi bagiku tidak. aku sama sekali tidak ingin merayakan apapun. dan ini juga bukan perayaan apapun. karena pertama, ini bukanlah awal pertemuan kami. Dan kedua, aku tidak ingin ini jadi perpisahan kami.

Maksudku—tidak dengan cara seperti ini.

Ini bukan perpisahan yang adil namanya. Walau aku tahu dimanapun, kapanpun dan apapun ceritanya, tidak akan pernah ada kata perpisahan yang adil.

Karena perpisahan, biasanya meninggalkan luka tersendiri pada salah satu pihak. Kalau tidak untukku, ya pasti untuknya. Atau orang lain. Pokoknya pasti ada salah satu yang merasa teradili.

“Songjin, aku tidak pernah tahu kau akan berakhir dengan setan ini, hahaha. Bagaimana rasanya hidup bersama raja setan?” Gyuwon berbisik pada Songjin disampingku. Tapi kupingku ini terlalu tajam. Tentu saja aku bisa mendengarnya. Dengan sangat jelas. kupikir Siwon Hyung juga begitu.

Dan sepertinya Gyuwon memang sengaja melontarkan pertanyaan itu. atau paling tidak dia sedang mencoba menggodaku.

Kulirik Songjin dari sudut mataku. Diam-diam aku penasaran juga dengan jawabannya walau aku tahu pasti akan aneh. otaknya terlalu dangkal untuk menjawab berbagai pertanyaan penting.

Setidaknya, ini penting bagiku.

Songjin tidak langsung menjawab, namun menyesap Ice Frappucchinonya lebih dulu. kemudian ia tampak seperti berfikir keras. Aku tidak pernah tahu kalau pertanyaan sederhana itu akan membuatnya begini serius dalam mencari jawaban.

“Kyuhyun……” ujarnya mengambang. Membuatku dilanda kepanikan dalam diam. “dia menyenangkan. Lucu, baik hati, perhatian, dan penuh kejutan.”

Mwo? Aku membulatkan mataku. Begitupun dengan Siwon Hyung dan Gyuwon yang sepertinya juga terlihat sama terkejutnya. Kami memiliki satu pemikiran yang sama bahwa didalam otak minimalis itu mustahil sekali menyimpan bongkahan emas begitu.

“penuh kejutan?” Siwon Hyung mendekatkan tubuhnya pada meja, dan memajukan wajahnya lebih mendekat pada Songjin. “penuh kejutan…. Seperti apa?” tanyanya penasaran. lalu menoleh padaku. Cepat-cepat aku menggeleng.

Aku saja tidak tahu penuh kejutan seperti apa yang dimaksudnya.

Songjin terkekeh sendiri. seperti puas dengan reaksi kami, lalu menyesap Ice Frappucchinonya lagi.

Lebih memilih diam dan menyimpan alasan-alasannya untuk dirinya sendiri. padahal demi tuhan aku sendiri juga penasaran dengan apa yang dimaksudnya.

Tiba-tiba Siwon Hyung tersedak oleh minumannya sendiri. “aaaku tahu!!” pekiknya terbata karena terbatuk-batuk. Ia lalu menelan cairan yang belum sepenuhnya masuk kedalam tenggorokannya, “aku tahu! aku tahu!!” ucapnya nyaring kemudian.

“jujur saja! kalian sudah melakukannya kan? Iyakan iya? Iya? Hah, hah, hah??” ia mencecarku—kami, maksudnya aku dan Songjin dengan wajah mesum nya. mesuuuum!!!

“menyenangkan. Lucu, baik hati, perhatian, dan penuh kejutan. Apalagi kalau bukan tentang hal itu? iyakan?”

“Hyung!” potongku cepat. Ini bukan pembicaraan umum. Dan ada Gyuwon disini. dia ini keterlaluan!

“kenapa? kita sudah sama-sama dewasa kan? Ayolah~ katakan saja! jadi bagaimana rasanya? Hah hah??” ia kembali menampilkan wajah super mesum dengan level meningkat. Aku semakin jijik melihatnya.

Dan aku semakin tidak nyaman dengan atmosfer disini. kurasa Songjin pun merasakan hal yang sama. Karena itu kuseret saja gadis ini pergi bersamaku, “kau Gila, hyung! Ish! Kita pulang saja, ayo!”

Siwon Hyung terkekeh puas penuh kemenangan melihatku yang kini sudah tampak sama seperti robot. Kaku. “kau masih hutang satu cerita Kyuhyun-ah!” serunya dari kejauhan. Kututup telingaku untuk mengabaikan semua ocehan mesumnya, dan terus membawa Songjin pergi.

***

“aku tidak pernah tahu kalau Gyuwon Eonni tinggal bersama dengan Siwon Oppa? apa hubungan mereka sudah sejauh itu?” tanya Songjin sambil memainkan ponselnya, tanpa menoleh padaku.

“bukan seperti itu. apa aku belum pernah mengatakannya padamu?” tanyaku heran, menoleh pada Songjin sekilas dan mendapati gadis itu sedang menggeleng.

Mataku kembali pada jalan raya didepanku, “rumah Gyuwon kan sudah disita bank. Dan dia tidak memiliki tempat tinggal lagi.” jelasku kemudian.

“sejak kapan?”

ngg…… satu…ngg….dua bulan yang lalu? mungkin? Aku lupa tepatnya.” Kataku setelah menimbang.

“sampai kapan?”

“apanya?”

“Gyuwon Eonni… disana—“

Aku menggidikan bahuku, “Molla~.” jawabku jujur.

“lalu apa donor ginjal itu..”

“belum.” Potongku cepat. Yang dimaksudnya pasti tentang donor ginjal. Jawabannya belum. Tidak ada donor ginjal yang datang sejak dulu. dan kalaupun ada, sialnya, tidak pernah cocok.

“dan Gyuwon Eonni masih bekerja diPerusahaan?”

“tentu saja masih. Dia masih memiliki kewajiban, dan dia juga masih membutuhkan penghidupan. Kau pikir untuk apa Siwon Hyung mau menampung Gyuwon kalau dia tidak sedang bekerja diperusahaan?” torehku sarkatis. Pertanyaan aneh!

Songjin diam sejenak dari aktifitas bermain ponselnya lalu menoleh padaku, “Kyuhyun-ah, kalau saja, misalnya saja, Gyuwon Eonni tidak melamar pekerjaan pada perusahaan, itu berarti dia tidak menjadi Asisten Pribadi Siwon Oppa. dan kalau misalnya saja hal seperti itu terjadi, walau dengan kondisi yang sama, apa yang akan kau lakukan?”

 

Author’s side

“Kyuhyun-ah, kalau saja, misalnya saja, Gyuwon Eonni tidak melamar pekerjaan pada perusahaan, itu berarti dia tidak menjadi Asisten Pribadi Siwon Oppa. dan kalau misalnya saja hal seperti itu terjadi, walau dengan kondisi yang sama, apa yang akan kau lakukan?”

Tanya Songjin. Sukses membuat Kyuhyun bungkam dan langsung memutar isi kepalanya. Tapi selama apapun waktu yang diberikan Songjin untuk Kyuhyun berfikir tetap saja tidak akan cukup untuk Pria dengan golongan darah A itu menjawab.

“….kenapa aku?” Kyuhyun akhirnya membuka suara.

Songjin ikut diam, namun setengah detik kemudian mulutnya kembali terbuka, “kalau begitu anggap saja dia datang padamu. Apa yang akan kau lakukan?”

Kyuhyun kembali diam. Lalu, “kenapa dia harus datang padaku?”

“karena satu-satunya orang yang bisa membantunya hanya kau.”

“kenapa hanya aku?”

“karena memang hanya kau yang dipastikan akan membantu dalam kondisi apapun. dan tidak akan menolak. dan Gyuwon Eonni tahu akan hal itu.” Songjin menjawab cepat.

Dengan kening berkerut, Kyuhyun menoleh sesekali pada Songjin disampingnya, lalu memperhatikan jalan raya lagi, lalu begitu terus hingga ia mendapatkan kesimpulan bahwa Songjin benar-benar sedang mengajukan pertanyaan, dan bukan sedang menyudutkannya.

Kyuhyun menggumam asal. Mengetuk-ketukan jemarinya, pada kemudi Stir dengan lapisan kulit berharga fantastis.

“aku akan menolongnya.” Jawab Kyuhyun pelan. namun tersirat keyakinan penuh didalamnya. “memberikannya pekerjaan dan memastikan Gyuwon mendapatkan penghidupan. dan bisa memiliki hidup layak.”

“dan apa kau akan bersikap sama seperti Siwon Oppa dengan membawanya tinggal bersamamu?”

“…..ya.”

Songjin terdiam. Sesaat, merasa menyesal telah melontarkan pertanyaan bodoh yang kini telah membuat hatinya merasa bagai digerus.

“karena sejak pertama kali aku menyetujui untuk membantunya, Itu berarti aku memiliki tanggung jawab atas dirinya sampai pada satu titik ia mendapatkan kehidupannya kembali.”

Songjin menarik nafas dan menahannya kuat-kuat, “lalu, jika kehidupannya tidak kembali..?” mulutnya bekerja sendiri mengorek berbagai pertanyaan yang membuat hatinya semakin terasa merenggang.

“dia akan tetap menjadi tanggung jawabku. Dan aku akan terus mengusahakan. Dengan cara apapun agar kehidupannya kembali.” Sahut Kyuhyun ringan. Lalu menoleh pada Songjin yang masih terdiam membeku. Menarik ujung rambut gadisnya kuat-kuat, “itu kan gunanya teman?” ujar pria dengan tinggi mencapai 186 centimeter ini riang.

“ya. kau benar-benar teman yang baik.” Balas Songjin cepat. Mengandung nada menyindir walau tak begitu ditampilkannya.

Songjin bersedekap, melipat dua tangannya didada dengan wajah ditekuk. Ia merasa kesal. Terlalu kesal hingga terus Mendiamkan ponselnya yang sejak tadi berdering hebat dari dalam tasnya.

“ya~ ponselmu itu bunyi!” Kyuhyun menyikut lengan Songjin berkali-kali. Namun tetap diabaikan oleh gadis berlesung pipi itu. “Songjin! Park Songjin ponselmu itu buny—“

“iya iya aku tahu. cerewet!” bantah Songjin cepat dengan lirikan tajamnya bagi Kyuhyun. tangannya lalu terjulur mengambil tas yang ia letakan di jok penumpang dibelakang.

“ya apa?” sambut Songjin pertama kali. Begitu ketus tanpa ada kelembutan sama sekali. Namun sejurus kemudian, bibirnya mengulas sebuah senyuman lebar saat suara dalam, dari Seberang menyapanya ramah.

“Park Songjin, kenapa kau galak sekali denganku? memangnya aku membuat kesalahan apalagi?” Lee Donghae  berucap parau. Membuat Songjin terkekeh geli.

“tidak. aku hanya sedang kesal.”

“lagi?”

“ya. lagi.” balas Songjin cepat sambil mendengus. Lalu melirik Kyuhyun yang sedang asyik menyetir.

“kalau begitu, apa dengan ice cream, rasa kesalmu bisa hilang?”

Senyum songjin merekah hebat. Ia mengangguk berkali-kali meng-iyakan. Namun setelah sadar akan Donghae yang tidak bisa melihat reaksinya, ia berdehem lalu, “tergantung. Apa ini traktiran?” canda Songjin.

“sebenarnya aku baru mau minta bayaranku karena sudah membantu aksi acrobat gagalmu waktu itu, tapi sepertinya, aku harus mengeluarkan uangku lagi ya?”

Songjin tertawa geli. Membuat Kyuhyun yang sejak tadi mencoba untuk pura-pura tuli, menutup telinganya dan berusaha memberikan Privasi pada Songjin gagal. ia melirik gadisnya lama. memperhatikan segala tingkah aneh yang sejak tadi dilakukan Songjin.

“ya. kau harus. itu peraturan dasarnya.” Songjin menyahut. Lalu tertawa lagi.

“oke. Terserah apa maumu saja kalau begitu.”

“benar terserah aku? jadi apa ini berarti aku juga yang menentukan dimana tempatnya?”

ngg…kurasa tidak untuk yang satu itu. aku ingin menunjukanmu tempat yang biasa kukunjungi. Kau mau?”

“MAU!” tandas Songjin cepat. Kyuhyun sedikt menjauh karena pekikan Songjin langsung membuat telinganya sakit. namun lalu ia kembali mencoba merapatkan tubuhnya walau tidak sampai membuat tubuh mereka saling bersentuhan.

“kalau begitu, dimana aku harus menjemputmu? Diistanamu?”

“ya~ rumah! Istana..istana!” ujar Songjin sebal. Donghae terkekeh. Ia tidak pernah  bisa melupakan bagaimana megahnya gubuk Songjin yang nyatanya hanya diisi oleh dua kepala saja.

“Haha! itu tidak pantas disebut rumah.” Bantah Donghae. “…lalu bagaimana?”

“kita bertemu saja, bagaimana?”

“kenapa? kujemput saja!”

“a..ani. bertemu saja.”

“memangnya kenapa?”

“karena aku ingin naik kendaraan umum!”

Donghae kembali tertawa, “kenapa? apa kau ingin mencoba naik kendaraan rakyat jelata?”

“Aish~ bukan begitu! aku suka dengan kendaraan umum!” jawab Songjin membantah segala kalimat bernada sarkatis Lee Donghae.

“kenapa begitu?”

“karena itu menyenangkan. Karena aku percaya dengan takdir. Jadi aku percaya jika suatu saat, mungkin saja aku bisa menemukan jodohku dijalan raya. Atau didalam Bus, atau didalam kereta api. Dimana saja~”

Kyuhyun membulatkan matanya terkejut dan mendesis keras, “Cih! itu kan kata-kataku!” umpatnya tidak terima.

Songjin melirik kyuhyun sekilas dan menjauhkan dirinya, merapat pada bagiannya, menajuhi Kyuhyun.

“kalau rumah sakit?”

“itu bukan fasilitas umum!” tolak Songjin walau setengah hatinya menggantungkan harapan tinggi dan mulai mengulang kata ‘iya’ berkali-kali.

“tapi biarpun begitu, itu kan  masuk dalam hitungan juga!” protes Lee Donghae yang langsung diiyakan penuh ragu oleh Songjin.

“arrasseo. Kalau begitu temui aku ditempat pertama kali kita bertemu. arra?”

“pertama kali? Ya—itu diman—“

TUUUUT!

Sambungan langsung terputus saat Songjin masih membuat isi kepalanya berpencar mencari ingatan tentang dimana pertama kali mereka bertemu.

Kekehan lengkap dengan rona wajah memerah menghiasi wajah Songjin. Kyuhyun melirik curiga. “kenapa?”

“romantis.” Jawabnya cepat.

“apa?”

“ah?” Songjin kembali sadar berkat nada Kyuhyun yang tiba-tiba saja meninggi. “ah, bukan. itu—ngg.. itu, tidak-tidak. bukan apa-apa.”

“hah?”

“kubilang bukan apa-apa.” Ulang Songjin lebih keras.

“tadi siapa?”

“siapa?” Songjin mengulang lagi, yang hanya dibalas dengan pameran wajah datar Kyuhyun. “oh, itu—D..donghae Oppa.”

“hmm.” Kyuhyun mengangguk sekali sambil menggumam. “mentormu.” Tambahnya sinis. “kenapa? apa ada tambahan kelas bagi mahasiswa dengan nilai amburadul?”

“Tck!” Songjin melirik Kyuhyun ganas. Ingin rasanya segera menelan setan ini hidup-hidup.

“tambahan kelas ya?” ucap Kyuhyun lagi saat Songjin tidak berniat membagi kisah kepadanya. “dimana? Kedai Ice Cream?—baik hati sekali mentormu. Sayang sekali. Hari ini kau tidak bisa pergi. iyakan?”

“mwo?? Kenap—ya~!! enak saja! memangnya apa urusanmu?” seru Songjin tak terima.

Kyuhyun meledak lebih hebat, “kau sudah berjanji denganku akan bertanding game console hari ini!!”

Mata Songjin mengerjab jutaan kali. Lupa. Dia melupakan janjinya bersama Kyuhyun yang telah mereka sepakati sejak semalam tadi. dan Kyuhyun begitu cerdas menyadari hal tersebut, “aku tidak perduli. janji adalah janji.”

“ya~ besok kan masih bisa. Aku harus pergi sekarang.”

“tidak. kau sudah membuat janji lebih dulu denganku. kenapa kau malah memundurkan janji itu dan memajukan janji yang baru saja kau buat? Itu kan tidak adil namanya!”

“ya~! Shiero! Aku ingin pergi! turunkan aku disini saja!!” perintah Songjin. Namun Kyuhyun menggeleng dan malah menaikan kecepatan.

“ya, Kyuhyun-ah! Cho Kyuhyun! kau—kenapa ini.. ish! Pelan-pelan bisa kan?” geram Songjin sambil mencengkram sabuk pengamannya kuat-kuat.

“Cho Kyuhyun Cho Kyuhyun. panggil aku Oppa. aku ini lebih tua darimu. Sama seperti Siwon Hyung dan mentormu itu. kurang ajar!” desis Kyuhyun kesal.

Merasa tidak terima dengan Songjin yang bisa dengan entangnya memanggilnya langsung pada namanya, sedangkan orang lain yang baru dikenalnya dengan sebutan begitu ‘ramah’. Ia semakin menaikan kecepatannya lagi.

Songjin seperti tidak bisa mendengar apapun lagi kecuali geraman mobil dengan harga selangit ini yang terdengar begitu bersemangat untuk melaju diatas aspal. Pikirannya semakin kalut saat Kyuhyun mulai bertingkah seperti pembalap professional dengan menyalip banyaknya kendaraan lain yang menghalangi jalurnya.

Nyawaku hanya ada satu. Aku belum mau mati. tidak dengan cara seperti ini. gumam Songjin dalam hati membuatnya dengan nekat menancapkan gigi-giginya pada lengan Kyuhyun kuat-kuat.

Kyuhyun menjerit kesakitan walau tidak menghentikan kendaraan roda empat ini, namun berhasil membuat Kyuhyun menurunkan tingkat kecepatan mobil hingga pada batas normal lagi.

“Ash! KAU—“ Kyuhyun melotot garang. “dasar kanibal!”

“makannya pelan-pelan saja! aku belum ingin mati. jadi sarjana saja belum. Kau ini—“ Songjin memanyunkan bibirnya.

Kyuhyun yang tadi sempat marah kini mati-matian menahan tawanya mendengar potongan kalimat Songjin tentang pendidikannya.

“dia akan menjemputmu?” ia bertanya pada akhirnya. Mengalah. Karena tidak tega melihat Songjin yang terus-terusan menekuk wajahnya. Jika dipaksa untuk terus bersamanya pun pasti tidak akan menyenangkan.

Songjin menoleh hati-hati, “tidak.”

“kalau begitu pulang dulu. bawa kendaraanmu.”

“Shiero! Aku naik Bus saja.”

“naik mobilmu saja.” potong Kyuhyun tegas. Tapi dengan cepat Songjin kembali menyela. “aku ingin naik Bus.” Ia merengek. “ya.. ya.. ya.. ya??”

Kyuhyun kesal. “diam.”

“……ya?”

Kyuhyun melirik Songjin tajam sekilas. Membuat Songjin benar-benar mengunci mulutnya. namun Kyuhyun lalu  berhenti dibahu jalan. beberapa kaki sebelum Halte bus. Songjin tersenyum senang.

Dengan cepat ia menyambar seluruh barang-barangnya yang tercecer didalam Ferrari Berlinetta milik Kyuhyun. wajah senang tidak berhenti ditampilkannya membuat Kyuhyun mendesis sebal. Kecewa, dan marah. berkumpul menjadi satu.

“kau sudah berjanji akan bersamaku satu hari ini. pembohong!” dengus Kyuhyun masih merasa tidak terima.

“besok kau masih libur kan? Besok kita main! Eotte?” Songjin memamerkan ibu jarinya, lengkap dengan ulasan senyum termanisnya. Tapi Kyuhyun malah lebih kesal dan membuang wajahnya cepat-cepat.

“aku harus melakukan apa hari ini? tck.” Gumam Kyuhyun bimbang. Hari ini ia libur, Dan Jadwalnya bersama Songjin hancur.

“tidur saja. kau butuh banyak istirahat. Kau terlihat kurang tampan akhir-akhir ini karena terlalu lelah, kau tahu?” goda Songjin. Telunjuknya mengarah pada mata Kyuhyun yang mulai terdapat lingkar hitam tipis seperti mata panda. “jelek.”

Kyuhyun menarik tangan Songjin dari wajahnya dan menautkan jemari mereka, “jangan pulang lewat dari jam enam. Mengerti?”

“ya~ itu sebentar sekali!”

“terima atau tidak?” paksa Kyuhyun begitu tegas. Membuat Songjin tidak memiliki pilihan lain, “aku tahu.”

“aku serius Songjin, kalau kau pulang lewat dari jam enam, pintu akan kukunc—“

“jangan bertingkah seperti Appa! Kau ini benar-benar cerewet!” geram Songjin kesal.

Kyuhyun terkekeh, “hati-hati.” ucapnya lembut.

“iya.”

“jangan makan terlalu banyak. Nanti kau jadi gendut.”

“tapi aku selalu berhasil menurunkan bobotku lagi kan? Tck!”

“tetap saja kau akan jadi gendut.”

“bukannya katamu, tidak apa-apa kalau gendut?”

“aku tidak pernah bilang begitu. aku bilang yang penting sehat.”

hmm.. bagaimana kalau gendut tapi sehat?”

Kyuhyun menghela nafanya, “ish~ kau jadi pergi tidak sih? Sudah sana cepat!” lalu mendorong tubuh Songjin mejauh darinya, setelah sebelumnya menarik dan menguncinya seakan ia tidak ingin ditinggalkan.

***

Songjin tak berhenti memandangi puluhan rasa Ice Cream yang terhampar dihadapannya dari balik lemari kaca pendingin. Matanya terbuka begitu lebar. Hatinya kini bimbang, “aku tidak tahu. ini terlalu banyak rasa. Sepertinya semuanya enak?”

Lee Donghae tertawa geli lalu menggeleng, “kau bisa mencicipi semuanya.” Ucapnya tulus, “kalau perutmu cukup.” Tambahnya langsung sambil matanya turun memperhatikan perut rata Songjin.

Songjin mendesah. Ia kemudian teringat pesan Kyuhyun sebelumnya untuk tidak memporak porandakan lambungnya semena-mena. Bibirnya manyun. Kesal. Bahkan disaat menyenangkan seperti ini pun, pikirannya masih tertuju pada Pria yang sekarang mungkin sedang berkencan dengan PSP nya atau laptop.

“aku…Chocolate Choco Chips saja.” Songjin akhirnya memutuskan.

“yakin?” Donghae menggoda. Merasa yakin kalau Songjin masih bimbang dengan  keputusannya sendiri. namun lalu Songjin mengangguk. “iya.”

“arrasseo. Chocolate Choco Chips-nya satu Ahjussi!” pinta Donghae pada seorang Pria didalam lingkar kotak disana.

“dan kau?” tanya Songjin bingung saat Donghae hanya memesan satu Ice Cream saja. miliknya.

Cho Songjin’s side

“Dasar pelit!” makiku pada Donghae Oppa.

Bagaimana tidak? dia tidak memesan Ice Cream untuknya sendiri dengan alasan uangnya tidak cukup, karena Kedai Ice disini mahal. Itukan lucu. Aku tidak percaya dengan alasannya yang tidak punya uang itu.

Orang gila pun tidak akan percaya. Mana ada dokter dengan kondisi dompet sekarat seperti dia? Cih!

Donghae Oppa lalu menggali lubang didalam Gundukan Ice Creamku. Kami jadi harus makan segelas berdua. Padahal tadinya aku berniat memindahkan semua ini kedalam lambungku. Semuanya.

“Tck, aku tidak punya uang lagi. harusnya kau yang mentraktirku. Dompetmu itu kan unlimited!” serunya sok tahu.

“tahu dari mana? Memangnya kau manager keuanganku? Tahu bagaimana kondisi keuanganku?”

“aku tahu saja. aku ini kan memiliki Indera penerawangan yang tajam.”

“itu namanya sok tahu!” sahutku gemas.

Donghae oppa tertawa, menampilkan wajahnya yang imut. Yayaya~ benar-benar imut ini namanya. “tapi, kalau kau memang membutuhkan Manager keuangan. Sepertinya aku bisa mendaftar, eo? Sepertinya pekerjaan sampingan bukan ide yang buruk.”

“Cih! kau ini dokter macam apa sih? Pekerjaan sampingan. Untuk mengurus dirimu sendiri saja kau masih selalu kerepotan membagi waktu. Lebih baik kau pikirkan ulang. Pekerjaan sampingan itu cocoknya untukku!”

“kau? bukannya kau sudah punya pekerjaan sampingan?”

“iya!” jawabku riang. Dari mana dia tahu?

“mendatangi toko-toko ber-label dan menghabiskan uangmu yang banyak itu kan?”

Aish~ kukira dia benar-benar tahu tentang pekerjaan sampinganku sebagai pendesign Freelance dibutik Cleomeint.  “terserah kau sajalah—“ ucapku malas. Dan menyendokan Ice-Ice ini lagi kedalam mulutku.

Menikmati lumernya kepingan cokelat dilidahku. Ini enak!

“dan dari mana kau tahu kalau selalu kerepotan membagi waktu untuk diriku sendiri?” tanyanya sarkatis. Seakan aku baru saja mengungkapkan omong kosong. padahal nyatanya aku bisa melihat itu semua dengan mata telanjang.

“karena orang sepertimu. Tidak asing bagiku.”

“orang sepertiku?”

“iya. Orang sepertimu. Yang selalu berkutat dengan pekerjaan dan pekerjaan. Melupakan banyak hal untuk hal yang sama. Aku tidak asing dengan pemandangan seperti itu. hampir semua anggota keluargaku juga seperti itu.”

Donghae Oppa mengangguk, “tentu saja. kau sepertinya berpengalaman dalam mengatasi Orang-orang sepertiku.”

Ya. aku pengalamanku memang banyak tentang orang-orang sepertinya. Tapi nyatanya, itu tidak membuatku bisa menangani permasalahan yang berkaitan dengan waktu ini.

Lihat saja bagaimana aku masih begitu kesal jika Kyuhyun benar-benar terhanyut dalam pekerjaannya dan melupakanku seakan aku tidak pernah ada.

Atau Siwon Oppa yang juga bersikap sama padaku. Mereka berdua itu sama-sama pekerja keras. saking kerasnya sampai lupa kalau aku sering mereka abaikan.

“mungkin.” Sahutku malas.

“mungkin aku harus mencari gadis sepertimu jika aku memutuskan untuk berkeluarga nanti. gadis yang berpengalaman dengan orang-orang sepertiku.”

“ya. kukira memang harus begitu.” kataku menyetujui. Kalau bisa sekalian cari yang memiliki hati baja. Agar kalau kau melupakannya tanpa sengaja, dia tidak akan pernah merasa kesepian.

“bagaimana kalau dimulai darimu?”

“mwo—“ aku mengerjab terkejut. Namun lalu terkekeh, selera humornya bagus juga, “ya, kalau begitu kita harus mulai dengan berkencan.” Candaku.

“bukankah sekarang juga kita sedang melakukannya?”

“hah?” aku menatapnya tidak mengerti. Lalu dengan matanya, ia membuatku menelusuri setiap sudut ruangan dengan teliti.

Aku melongo. Hampir semua yang ada disini adalah pasangan. Atau mungkin seperti itu yang kulihat dari mataku.

Dan hampir semua dari mereka melakukan hal yang sama denganku. memakan Ice Cream yang sedikit ini—menurutku. Bersama. Sama sepertiku—kami. Maksudku.

“kenapa begini?” gumamku terkejut. Lalu memandangi Ice Creamku tanpa selera.

“ini tidak masuk hitungan. Kalau kau menyebutnya begitu—ini kencan tidak resmi. Kau tidak pernah bilang akan mengajakku berkencan. Ini tidak bisa dihitung.” Aku menolak dengan gelengan kepalaku berkali-kali.

“mana ada kencan tidak resmi?” imbuhnya cepat. Seakan tidak terima. Namun aku mengangguk, “ADA. Ini buktinya.” Kataku tegas.

Donghae Oppa mendesah, akhirnya mengibarkan bendera putihnya padaku, “baiklah baiklah. Ini kencan tidak resmi. Terserah katamu saja.” ia berucap. Membuatku senang karena merasa menang.

“sebentar—“ tukasnya saat ponselnya bergetar. Meletakan benda itu disamping telinganya sambil tersenyum padaku dan tak mengurangi porsi pandangannya sejak tadi padaku.

Aku jadi gugup lagi. Tck, kenapa aku mudah sekali gugup sih? Tidak keren!

“m..mwo? Arrasseo. Aku segera kesana. Ya. tangani dulu sebelum aku datang.” Ucapnya dengan mata membelak.

Tubuhnya jadi kaku. Tangannya yang bebas langsung menggapai lenganku, menyeretku bersamanya, tanpa menjelaskan dulu alasannya. Aku jadi ikut panic karenanya.

“kenapa? ada apa? Apa yang terjadi?” tanyaku ber-rentetan sambil memasang sabuk pengamanku.

Donghae Oppa sudah menginjak pedal gasnya dalam-dalam, “ada pasien dirumah sakit. tidak ada dokter jaga. Dan dia butuh penanganan secepatnya.” Ia menjelaskan.

Seketika desir darahku yang tadi sempat berhenti, kini seperti kembali bekerja dengan baik. Karena kukira tadi, telah terjadi sesuatu yang menyangkut tentang dirinya.

Sekarang aku tidak bisa menyembunyikan senyumku lagi. tampan, baik hati, ramah, menyenangkan, dan penolong. Apalagi yang kurang darinya ini? sempurna sekali.

***

“kau mau tunggu disini, atau bagai—“

“Gwaenchana.” Aku memotongnya. Ia tampak tergesa-gesa menggunakan Jas putihnya hingga berantakan, terlipat disana sini.

“kau urus saja pasienmu. Aku bisa urus diriku sendiri.” aku melanjutkan sambil membantunya merapihkan jasnya.

“arrasseo.” Ucapnya dengan bahu mengendur akhirnya. Tidak tampak ketegangan seperti tadi sebelumnya. “kalau kau butuh sesuatu, hubungi nomor ini saja, bantuan akan dat—“

“iya. Sudah sana cepat!” aku mengusirnya. Bisa-bisanya dia terus memberikanku ultimatum, disaat nyawa seseorang sedang dipertaruhkan diruangan lain.

Kudorong punggungnya dengan dua tanganku hingga sampai diambang pintu, dan membuatku terkejut ketika ia mendaratkan kecupan singkatnya pada pipiku, “Tunggu aku.” katanya cepat dan langsung melesat.

Membiarkanku sendiri dalam keterkejutanku. Dengan jantung yang kembang kempis dan tuubh yang tiba-tiba saja bergemetar. Wajahku lagi dan lagi memanas. Aaah~ dia itu kenapa?

Atau.. aku ini kenapa? Duh!

***

Aku tersenyum tanpa henti memperhatikan satu persatu bingkai foto yang terpajang dirak-rak dalam ruangan ini. semuanya lucu. Lee Donghae itu sepertinya jenis orang yang santai dan periang, karena semua fotonya ini menunjukan gambar dengan aksi yang berbeda-beda.

Aku terus memutari ruangan berukuran cukup luas ini. apa dia tidak merasa aneh dengan ruangan sebesar ini hanya diisi sendirian? Kalau aku sih pasti akan lebih memilih ruangan dengan ukuran lebih kecil saja.

Walau tertata dengan dekorasi yang rapih, tetap saja, aku merasa kosong dan sepi. dan sebagian hatiku lainnya mulai merasa takut. Ini kan rumah sakit. semakin sepi, malah semakin menyeramkan!

Aku merinding dan segera melesat keluar. Mencari keramaian. Paling tidak, aku bisa mendapatkan keberadaan makhluk sepertiku. Bukannya makhluk-makhluk jelmaan. Hiii.

Aku terus berjalan menyusuri koridor, terasa agak lengang karena mungkin ini berada dilantai teratas pada bangunan dengan jumlah total lantai sebanyak 40.

Saat pintu lift terbuka dengan seorang perawat masuk kedalamnya, aku cepat-cepat menyelipkan tubuhku untuk ikut bersamanya. Lebih baik aku menunggu Donghae Oppa di cafeteria saja.

Author’s side

Songjin terus berjalan lambat menuju cafeteria. Dengan mata seakan takjub memandangi dinding demi dinding pada Lorong Seoul Hospital. Ia menyayangkan rasa ketakutan berlebihannya pada rumah sakit, saat menyadari bahwa Seoul Hospital satu-satunya tempat yang ia pikir lebih mirip dibilang sebagai galeri lukisan saja.

Puluhan lukisan indah mengisi sepanjang lorong dengan berbagai tema. Menyenangkan dan begitu menyegarkan untuk  mata. sedikit paham, mengapa Lee Donghae selalu memuja bagaimana kerennya rumah sakit ternama ini.

Ditengah kesibukannya mengamati lukisan hasil keerja tangan para seniman handal, suara keributan dari kejauhan mengganggu telinganya. Setelah mendapatkan sumber pengganggu itu, ia hanya menggeleng sambil berdecak tidak habis pikir.

Kerumunan itu semakin melebar, bahkan terdapat dua petugas keamanan disana yang mencoba menengahi.

“KALAUPUN IYA, INI TIDAK ADA URUSANNYA LAGI DENGANMU!! BERHENTILAH IKUT CAMPUR DALAM URUSANNYA”

Suara teriakan yang dibawa oleh angin sampai pada telinga Songjin. Ia berdecak, “lelaki!~” gumamnya tidak habis pikir, lalu kembali mengamati lukisan-lukisan indah itu.

“KAU TIDAK BISA MELARANGKU SEPERTI ITU! BAHKAN GYUWON PUN TIDAK AKAN MENGHENTIKANKU!”

Telinga Songjin kini terpasang lebih tajam saat sebuah nama familiar terdengar. Keributan yang melintasi telinganya lagi. dengan cepat ia ikut membaur ditengah kerumunan.

Tubuh mungilnya, membuatnya mudah untuk menyelip diantara puluhan orang yang menghalangi, dengan mudah. dan matanya langsung membulat sempurna.

Reflex ia langsung maju membaur ditengah dua orang yang sedang beradu argument hingga wajah mereka memerah dan otot yang tertarik, terlihat begitu jelasnya.

“HENTIKAN!!” jeritnya. Memandangi dua pemain utama dikanan-dan kirinya.

Choi Siwon, salah satu pemain itu menyunggingkan senyum sinis diujung bibirnya. Membuat amarah Kyuhyun tiba-tiba saja langsung naik kembali.

Pria tinggi itu langsung mengulurkan tangan, mendorong dua bahu Siwon dengan kuat. Tidak memerdulikan gadis yang berada diantara mereka, tengah terhimpit dan nyaris terdorong.

Songjin menjerit. “HENTIKAN! HENTIKAN! HENTIKAAAAAAAAAAAN!”

Dengan panjang tangan yang tak seberapa, Songjin berusaha melerai dua pria disana dengan merentangkan tangannya lebar-lebar.

***

Songjin memandangi dua pria yang duduk saling berjauhan itu bergantian. Menoleh ke Kanan-dan kiri. Terus berkali-kali.

Mengamati warna merah-keunguan yang berada ditulang pipi Siwon. darah segar mengalir diujung bibir Kyuhyun. ia mendesis. Tersenyum sinis.

“katakan.” ucapnya dengan suara datar. Menahan emosinya dan rasa ingin mencekik leher dua pria tampan ini. tapi selepas ia mengeluarkan suara, tidak ada satupun dari dua bibir disana yang berniat untuk membuka mulutnya.

Hanya tatapan tajam yang saling dilontarkan dengan intensitas yang meninggi.

Songjin menarik nafasnya dalam-dalam. Sudah satu jam mereka berada di Cafetaria ini. bukan untuk mengisi lambung dengan berbagai makanan, malah memberikan waktu bagi kemarahan agar terus bergejolak.

Kesabarannya sudah hampir habis. Dan dua pria ini masih saling mempertahankan egonya untuk tetap diam dan mengunci masalah mereka bagi mereka sendiri.

“cepat katakan padaku. Apa yang terjadi.” Songjin bicara lagi. tanpa tanda baca dan semakin terdengar begitu dingin.

Lagi, tidak ada satupun yang berniat memuka mulut mereka. hingga Songjin semakin geram, dan akhirnya beranjak bangkit.

“arrasseo. Aku sudah bosan dengan keheningan tolol ini. selesaikan masalah kalian sendiri. kalian sudah sama-sama dewasa. kalian tahu apa yang harus kalian lakukan!” tukas Songjin dengan volume yang terus meingkat hingga pada akhir kalimat.

Ia pergi. namun dua tangannya yang mengambang diudara begitu cepat digapai oleh dua tangan yang berbeda.

“JANGAN SENTUH DIA LAGI!” bentak Kyuhyun pada Siwon. Ia sudah nyaris melemparkan bogeman mentahnya pada pria bertubuh atletis itu. begitupun dengan Siwon yang sudah berniat mendaratkan pukulannya lagi pada titik yang sama diwajah Kyuhyun.

“KUBILANG HENTIKAN!” bentak Songjin geram. “JANGAN BAWA-BAWA AKU DALAM PERMASALAHAN KALIAN!”

Songjin mengayunkan kedua tangannya kuat-kuat hingga cengkraman itu terlepas.

“ikut denganku. akan kujelaskan apa yang terjadi.” tukas Siwon dengan lembut. Kentara perbedaan dibandingkan ketika ia berbicara dengan Kyuhyun sebelumnya.

“tidak—dia bersamaku!” bantak Kyuhyun cepat.

Songjin semakin mengerutkan keningnya. Semakin tidak mengerti dan semakin ingin menjauh dari pusat hawa panas disini.

“aku tidak bersama dengan kalian. tidak denganmu dan tidak juga denganmu!” ia mengarahkan telunjuknya pada wajah Siwon dan Kyuhyun. setengah mendongak karena perbedaan tinggi yang begitu nyata.

Memberikan pandangan menusuk, lalu melesat pergi. berusaha tidak memerdulikan apa yang sebetulnya terjadi.

Setengah dari hatinya telah menemukan kesimpulan mengapa pertengkaran ini terjadi. namun itu masih sebuah kesimpulan kosong dengan tidak adanya fakta yang menguatkan.

Tiba-tiba saja ia merasa terdorong. Lalu terseret berjalan terseok mengikuti langkah besar yang sudah mengunci lengannya membawanya berjalan—menggunakan kecepatan yang tidak biasa.

Songjin menghempaskan tubuhnya lagi, “kubilang aku tidak pergi bersamamu!” pekiknya nyaring pada Kyuhyun.

Tapi Pria itu tidak memperdulikan penolakan itu dan terus mengencangkan cengkramannya, menyeret Songjin hingga sampai pada mobilnya.

“masuk.” Perintahnya yang tentu saja diabaikan oleh Songjin. Kyuhyun paham dengan suasana hati gadisnya yang sedang begitu buruk, walau tidak seburuk dirinya saat ini.

Ia menghela nafas dengan berat dan akhirnya menatap Songjin lemah, “kumohon. Biar kujelaskan padamu, nanti.” Pintanya bersungguh-sungguh.

Songjin masih kesal. Ah, tidak ini bukan wujud kekesalan melainkan kekecewaan. Bahkan tanpa alasan yang pasti dan jelas, ia sudah merasakan kekecewaan itu menjalar disetiap aliran darahnya.

Ia mendengus dan menghentakan kaki satu kali. Lalu berjalan kearah sebaliknya, meninggalkan Kyuhyun. mengabaikan dengan susah payah teriakan Kyuhyun yang memanggil namanya berulang.

***

Sejak perkelahian sengit itu, keadaan semakin terasa memburuk. Tidak ada alasan bagi Songjin untuk membuka suara lebih dulu pada situasai apapun.

Membiarkan semua ini berakhir menggantung dan menggantung.

Begitupun dengan Kyuhyun yang masih tidak tahu harus memulai semuanya dari mana. Suasana hatinya masih kacau. Sedikit tidak menyangka bahwa ia akan berseteru dengan Kakak—tirinya sendiri.

Songjin membersihkan mulutnya menggunakan kain serbet hingga bersih dan membawa piring kotor bekasnya makan bersamanya. Meletakan—setengah melempar kedalam bak pencuci piring. Tidak perduli jika saja keramik itu akan terbelah karena benturan yang keras.

Kyuhyun yang masih mencoba menghabiskan makan malamnya, memperhatikan Songjin menggunakan dua matanya dalam diam. Hingga suara debuman pintu terdengar bagai petir baginya. Ia mendesah. Putus asa.

Nafsu makannya menurun. Nasi Goreng Thailand yang biasanya bisa memacu selera makannya, kini terasa hambar. Diletakannya sendok dan garpu menyilang. Lalu dengan gontai berjalan menuju kamarnya.

Songjin belum tidur, sedang duduk membaca sebuah majalah diatas ranjang dengan tubuh yang telah terbalutkan oleh selimut setengahnya. Namun saat Kyuhyun masuk, gadis itu langsung menutup majalahnya dan merubah posisinya, berbaring.

Memunggungi Kyuhyun dan ikut mengunci mulutnya. sama seperti Pria itu sendiri.

Deheman Kyuhyun yang biasanya bisa menarik perhatian Songjin, kini tidak begitu terlihat pengaruhnya lagi. walau tangan sibuk dengan PSP, tetap saja perhatian Kyuhyun tak seutuhnya berada disana.

Setengah memikirkan gadisnya, dan setengahnya lagi—kau tahu apa yang berada disana.

“Songjin.” Panggil Kyuhyun setelah membiarkan keheningan berlarut. Ia tidak bisa melakukan ini terus. Terlalu menyiksa.

“aku tahu kau belum tidur.” Ucap Kyuhyun tanpa mengalihkan pandangannya pada PSP miliknya. “kita perlu bicara—“

“kita?” Songjin menutar tubuhnya kasar, membuat gelombang tersendiri pada ranjang mahal itu. “bukan kita tapi kau!” timpalnya.

Kyuhyun mendesah. Akhirnya, diletakan juga kotak hitam persegi panjang itu di Nakas samping ranjangnya, “ya kita. Tapi kau tidak pernah mau mendengarkan.”

“siapa yang tidak pernah mau mendengar? Aku? aku sudah memohon padamu untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. tapi kau sendiri yang memutuskan untuk tidak mengatakannya padaku!” toreh Songjin cepat. Kekesalan jelas terpancar pada setiap kata yang diucapkannya.

Kyuhyun diam. Dalam hati, meng-iya-kan semua yang Songjin katakan. bahwa pada kenyataannya, ia sendiri yang masih kurang begitu yakin apa harus mengatakan permasalahannya dengan pria berlesung pipi itu atau tidak.

Namun akhirnya ia kalah. Merasa terlalu jengah dengan kerumitan yang ia buat sendiri. menyimpan begitu banyak masalah sendiri disaat masih ada orang yang begitu perduli kepadanya.

Songjin sudah merubah posisinya menghadap pada Kyuhyun. tapi pria ini masih diam. Masih belum tahu harus memulai dari mana.

Apa Istrinya akan mengerti dan melihat permasalahan ini dengan mata yang adil? Tanpa memihak kepada siapapun dan tidak mengadilinya?

Tidak membuat berbagai kesimpulan dengan pikirannya sendiri dan akan paham?

Tidak akan pergi dan terus bersamanya setelah ini?

Dengan berbagai kemungkinan yang ada, Kyuhyun menarik Songjin medekat dan menelusupkan wajahnya diantara lekukan leher jenjang Songjin.

Amarah yang tadi sempat membuncah kini perlahan mereda. Tanpa komando siapapun, Songjin mengulurkan tangannya mengusap lembut kepala Kyuhyun. “katakan padaku ada apa?” bisiknya ditelinga Kyuhyun, yang hanya dijawab oleh rengkuhan lebih erat dari pria bermarga Cho itu.

176 thoughts on “Missing [Part 5]

  1. Yakin klo hal tentang gyuwon yg buat kyuhyun sama siwon berantem ..

    Kyuhyun ini apa sih yg ada dipikirannya peduli pengen membantu atau ada maksud lebih ..
    Songjin juga jadinya mulai berdebar2 sama donghae ..

    Kehidupan rumah tangga mereka makin rumit .. semoga ga ada perpisahan ..

  2. Agak bingung sama sikap songjin ke donghae sih sebenernya… Cuma wajar kali yaaa, songjin gk pernah diperlakuin selembut itu sama kyuhyun. Curiga juga kenapa siwon sampe berantem gitu sama kyuhyun yaa…

  3. sebenarnya gimana prerasaan kyuhyun ke songjin..?
    kadang kurang care tp kadang manis banget..
    jangan sampai karna kyuhyun kurang peka..songjin move on ke donghae oppa..??!😲😲

    terus alasan kyuhyun berantem sama siwon apa karna gyuwon ??

    penasaran next chapternya 😀😀

Leave a reply to Naura0661 Cancel reply