Missing [Part 8]


Missing Cover  (kyuhyun)

Author: GSD.

Title: Missing. [8]

Cast: Cho Kyuhyun, Choi Siwon, Park Songjin, Lee Donghae, Lee Gyuwon.

Rating: PG 16.

Length: Chaptered.

Genre: Romance, Tragedy, Family.

 

Aku rasa satu-satunya alasan mengapa banyak orang tidak bisa mengungkapkan perasaannya bukan karena mereka takut untuk mengungkapkannya, melainkan karena belum siap untuk mengetahui Jawaban yang belum tentu akan menjadi kabar baik. –CKH

 

Ada beberapa orang, yang dilahirkan dan ditakdirkan untuk saling mencintai, tapi tidak ditakdirkan untuk hidup bersama. Terkadang, menjalani hal yang dipaksakan itu hanya akan berbuntut penyesalan. Kadang, memaksakan hal yang tidak seharusnya terjadi juga akan berakhir sia-sia saja. -PS

 

Mataku terarah pada pemandangan dihadapanku. bukan untuk memperhatikan wanita dihadapanku yang sebenarnya sangat masuk akal untuk terus dipandangi karena ia memang terlalu cantik hari ini.

Sayangnya, focus retinaku tertuju pada sesuatu yang sedang dipegangnya. Aigoo~ lagi?? aku menghela nafasku dengan panjang saat Eun Soo Eonni menyerahkan satu bucket mawar putih itu kepadaku.

“apa kau bertemu dengan pengirimnya?” tanyaku tanpa lepas memandangi bucket mawar yang baru saja dipindah tangankan.

“ya.”

“yang benar?” tukasku terkejut. Dengan mata membesar langsung kembali memandangi Eun Soo Eonni, “siapa?” tanyaku penuh semangat, namun lalu luntur ketika Eun Soo Eonni membuka mulutnya.

“kurir.” Ujarnya. Desisan kesal meluncur bebas dari mulutku. Kurir… anak TK pun tahu kalau yang mengantar adalah kurir. Bodoh sekali.

Seperti sadar akan kekesalanku, Eun Soo Eonni terkekeh geli, sambil menarik kursi didepanku dan duduk. Mencondongkan wajahnya mendekatiku lalu mengendus harum bunga yang sebenarnya terlihat begitu indah dan sangat tidak wajar untuk menjadi alasan kekesalan.

“apa kurir itu meninggalkan pesan.. atau—“

“tidak.” potongnya cepat.

“tidak?” aku mengulang. “kurir yang sama kan?”

Eun Soo Eonni mengangguk mantap. Seperti ingin meyakinkanku bahwa yang dilihatnya adalah benar. ya~ aku tahu untuk yang satu itu.. hhh~.

“aku penasaran siapa yang mengirimnya.” Gumamku perlahan. Memperhatikan kembali bunga ditanganku. Bukan jenis bunga yang kusukai, tapi siapa yang akan perduli?

Walau kesal, sulit untuk memungkirinya bahwa sebagian hatiku merasa sangat senang mendapatkan hadiah dari orang-tanpa-nama ini.

Sesampainya dirumah, aku segera mengambil sebuah gelas. Mengisinya dengan air, dan mulai memasukan satu-persatu mawar putih tadi kedalamnya.

Aku bahkan sudah kehabisan stock vas karena tiga vas lainnya yang kumiliki, sudah digunakan untuk menyimpan benda yang sama pada tempat yang berbeda.

Aku saja tidak tahu harus meletakkan yang satu ini dimana? Aku sudah meletakkannya dikamar mandi, ruang tamu, dan dapur. Kalau besok orang tanpa nama itu masih saja mengirimkan bunga-bunga ini… jujur saja aku tidak tahu lagi harus disimpan dimana.

Kyuhyun yang baru selesai mandi, berjalan malas menuju kulkas. Mengambil sekaleng cola dan ikut duduk bersamaku pada kursi bar. “lagi?” tanyanya singkat. Namun sarat dengan nada mengejek.

Seperti…. ‘lagi? yang benar saja’ Cih!

Aku mendesis ringan. Tidak ada alasan kuat baginya untuk mengejek. Bukankah hal sepele seperti ini semestinya adalah tugasnya? Maksudku—bahkan dia tidak pernah memberikanku setangkai bunga pun! jadi untuk apa dia menghina?

Aku tidak langsung menjawab sindirannya, dan lebih memilih untuk merampas cola yang hampir dibukanya, “Yaaa~!!” bentaknya kesal.

“kalau kau mau ambil sendiri! dikulkas masih ada banyak. Itu punyaku!!”

“Cih!” decakku ringan. Tersenyum sinis pada Pria yang wajahnya sudah terlihat sangat sangat sangat lusuh karena terlalu lelah. Dan seribu persen aku yakin dia tidak akan memperdulikannya.

“hari ini kau sudah makan apa?”

“makan apa? Tentu saja belum! Aku bekerja seharian ini, mana sempat datang ke Bistro!” Jawabnya cepat. Namun dengan nada kesal meng-gas- yang masih tersisa jelas dan mata yang terus tertuju pada colanya, ditanganku.

“kalau begitu jangan minum ini.”

“yaaaa!”

“kau belum memasukan apapun kedalam lambungmu satu hari ini, bodoh! Apa kau ingin masuk rumah sakit karena kebodohanmu itu?” terangku datar. Kini lengkap dengan tatapan –kau-benar benar- tolol, untuk pria dihadapanku ini.

Kyuhyun berdecak kesal. Tidak terima, tapi aku tahu bahwa ia membenarkan ucapanku. Dengusannya berhenti walau wajahnya masih belum terlihat santai.

Dengan malas, tangannya menarik sebuah botol berisikan air putih dan menuangkannya kedalam gelas. Membuatku menyembulkan senyum tipis penuh kemenangan.

Mudah saja sebenarnya mengatur pria ini.

“kau menungguku?”

“apa?” tanya Kyuhyun mengambang. Datar. Namun lalu segera mendesis ketika melihatku nyaris terbahak. “untuk apa?” sahutnya ringan. Kembali menenggak minumannya yang hanya tinggal setengah gelas lagi sampai habis.

“aku bilang, aku sibuk bekerja. Aku bahkan baru kembali beberapa menit sebelum kau kembali.”

Rasa kecewa sedikit menamparku setelah mendengarnya. Aku berharap jawaban lebih menyenangkan untuk telingaku sejujurnya. Tapi apa yang bisa kau harapkan dari seorang Cho Kyuhyun?

Aku berusaha mengalihkan rasa aneh yang tiba-tiba saja muncul dalam dadaku, dengan terus menggeluti mawar-mawar dihadapanku, sampai tangan Kyuhyun melayang, mengambil satu dari sepuluh tangkai disana.

“apa bagusnya tumbuhan ini?” tanyanya datar seperti orang bodoh.

Dijelaskan dengan berbagai carapun kurasa ia tidak akan mengerti. Dan tidak akan pernah bisa mengerti, bahwa hal-hal kecil seperti ini, yang sebenarnya sering kuharapkan terjadi padaku—darinya.

Sayang keinginan konyol itu selalu tertimbun dan tertimbun lagi.

Seperti yang kubilang tadi, apa yang bisa kau harapkan dari seorang Cho Kyuhyun? bertindak romantis bukanlah kapasitasnya. Mengenalnya lebih dari separuh hidupku, membuatku sangat sadar dengan sifat terburuknya sekalipun.

Dengan kesal kembali kusambar bunga yang ditangannya hanya dimainkannya saja, “apa bagusnya pertanyaanmu, hah?” balasku sinis.

Kyuhyun mencebikan bibirnya, “mawar putih itu bukannya lambang kematian, ya?” tanyanya polos.

“Yaaaa!!” aku berterteriak kesal padanya. Pertanyaan bodoh!!

“aku kan hanya tanya!” keluhnya tidak terima dengan tubuh yang masih sedikit menjauh dariku. Menutupi telinganya, seperti teriakanku tadi bisa saja membuatnya tuli seketika. Cih! berlebihan!

“kenapa pertanyaanmu bodoh sekali?” geramku menahan kekesalan. Menarik kembali rasa terbakar yang sudah hampir nyaris kukeluarkan dan mengubur hasrat untuk mencakar-cakar wajah tampan Namja ini.

“….kau benar-benar menyukainya ya?” Kyuhyun memecah keheningan, yang selama ini sengaja terbentuk karena tidak ada satupun diantara kami yang rela membuka suara lebih dulu.

Aku mengarahkan bola mataku pada pria disampingku sekilas. Memandangnya tajam lalu kembali menggeluti bunga-bungaku.

“kau tidak tahu siapa pengirimnya?”

“kalau aku tahu aku tidak mungkin sedang disini bersamamu.” Tukasku singkat.

Sedangkan Kyuhyun hanya memandangiku dengan wajah— ‘maksudmu?’

Aigoo!~ entahlah.. akhir-akhir ini kenapa aku selalu merasa Namja ini begitu bodoh? Dan benar-benar semakin bodoh dengan selalu menampilkan wajah tolol nya itu?

Aku tersenyum simpul kemudian, memutar tubuhku menghadap Kyuhyun, “apa menurutmu aku memiliki pengaggum rahasia?” tanyaku bersemangat.

Jangan salahkan aku karena memiliki pemikiran seperti ini… lagipula siapa yang tidak akan berpikir seperti ini jika selama tiga hari berturut-turut ini kau selalu mendapatkan satu bucket bunga dari seseorang tanpa nama?

Aku tidak sekeren itu untuk memiliki fans karena design-design pakaianku, jadi rasanya tidak mungkin. Dan pengaggum rahasia…rasanya adalah kesimpulan paling tepat, walau sedikit terdengar konyol.

Dan seperti dugaanku, Kyuhyun pun menganggap hal ini konyol. Ia terlihat menyembunyikan tawanya yang kuyakin akan memecahkan gelas-gelas disini kalau saja itu dapat dilakukannya, dihadapanku saat ini.  kalau dia belum ingin mati sih… terserah saja!

“pengaggum rahasia?” Kyuhyun kembali bertanya. Menutupi setengah wajahnya sendiri dengan tangan kanannya. Sayangnya, mata yang disisikannya itu masih memperlihatkan cemoohan itu dengan sangat jelas.

“tertawa saja kalau kau ingin tertawa.”

“aniya~”

“aku tidak menyalahkanmu. Memang… ini terdengar konyol. Tapi bukan salahku kalau aku berfikir seperti itu. aku rasa kau akan memiliki kesimpulan yang sama denganku jika itu terjadi padamu.” Ucapku melemah.

“….apa kau tidak pernah mencari tahu siapa pengirimnya?”

“bertemu dengan pengirimnya saja belum pernah!”

Kyuhyun mengangguk dalam diam. Ibu jarinya menggosoki dagunya yang sedikit terlihat berisi karena kini bobotnya bertambah…entah sudah berapa.

“mungkin kau benar. mungkin kau memiliki pengaggum rahasia.”

Mataku membulat sempurna. “mwo?” pekik ku terkejut. Mencari gurat-gurat tawa yang biasanya ditampilkan olehnya, namun yang kudapati hanyalah wajah seriusnya kali ini memandangiku.

Kyuhyun menggerakan bahunya, “yah~ mungkin saja. kemungkinan itu akan selalu ada kan walaupun kecil?” gumam nya santai.

Aku memutar isi kepalaku. Entah makhluk seperti apa yang bisa diam-diam menyukaiku? Tapi kau tahu… ini menyenangkan. Bukankah ini romantic?

Setidaknya akan menjadi sebuah kisah menarik untuk kembali diceritakan bagi anak cucumu dari pada mengulang kisah konyol dan mengatakan bahwa pertemuan orang tua mereka adalah karena sebuah perjodohan.

Tubuhku meneggang. Tanpa kusadari, ujung bibirku menarikan sebuah senyuman, satu-satunya orang yang ada dikepalaku sekarang benar-benar sedang berputar-putar menari didalamnya.

Nyaris menjerit karena terlalu bahagia, aku terlonjak dari dudukku, untuk memeluk Kyuhyun, “aaaaaa!!! Kyuhyun-ah…!!!” pekikku.

Tubuhku bahkan nyaris membeku karenanya, “ya~ kau membuatku takut, Songjin.”

“aku tahu siapa pengirimnya!!” aku kembali memekik dalam tubuh kaku.

Kyuhyun memandangiku dalam diam. Matanya membelak, berkedip jutaan kali. Terlihat sangat tampan tapi aku sedang tidak memiliki waktu untuk memuja ketampanannya kali ini.

“kau tahu?” tanyanya kemudian, yang kusahuti dengan anggukan mantap.

Kyuhyun menaikan satu alisnya menatapku, “benarkah?—maksudku.. apa kau…yakin?”

Aku kembali mengangguk. “siapa?” ia bertanya lagi. kali ini kujawab dengan gelengan.

“Molla~ tapi… menurutku… Donghae Oppa!”

“Mwo? Dongh—aish..” Kyuhyun mengacak rambutnya. Menggosokan telapak polos itu pada kulit kepalanya kuat-kuat, “apa tidak ada orang lain selain namja pendek itu yang ada dikepalamu?”

Aku menggeleng cepat yang mendapatkan sambutan sadis dengan sebuah desisan lengkap dengan pandangan menyeramkan Kyuhyun padaku, “tidak mungkin kau kan?” aku bertanya datar. Sedikit takut membuatnya lebih kesal sebenarnya.

Kyuhyun kembali mendesis, “aku? untuk apa aku melakukannya secara diam-diam? Kalaupun aku mau, aku bisa memberikannya langsung kepadamu, tanpa perlu diam-diam begini. Cih!”

Ungkap Kyuhyun cepat. Namun kembali berhasil membuat hatiku seakan tertampar dengan kenyataan yang sebenarnya adalah benar. tentu saja bukan hal sulit baginya untuk memberikan hal seperti ini kepadaku. untuk apa diam-diam seperti ini?

Lagipula ini bukan sifatnya sama sekali.

Membuatku menciut karena sebelumya sudah dengan lancangnya membuat hatiku melambung sendiri karena berbagai imaginasiku. Kalau saja ini adalah Kyuhyun. mungkin akan terasa berbeda.

“Tck. Sudahlah. tidak perlu dipikirkan lagi.” dengus Kyuhyun, turun dari bangkunya, “letakkan saja itu. kita makan dulu.” perintahnya yang tanpa babibu lagi langsung menyeretku pergi.

**

Cho Kyuhyun’s side

Sepertinya percuma saja mengatakan pada Songjin untuk tidak lagi memikirkan si Pengirim bunga tolol itu. terang saja percuma karena sejak tadi pikirannya sedang melayang entah kemana.

Makanan yang dipesannya pun sama sekali belum disetuhnya. Sebaliknya, ia malah sibuk memainkan garpu miliknya pada lahan kosong diatas sebuah serbet.

Berbanding terbalik dengan makananku yang sudah hampir tandas seutuhnya.

Wajahnya terlihat kesal walau rasa senang itu tak kunjung dapat hilang  dan ditutupi sepenuhnya—karena guratan senyuman terkadang masih sering ditampilkannya. Jangankan dirinya, aku sendiripun merasa kesal dan penasaran sampai mati siapa yang mengirimkan Bunga-bunga tolol itu untuk istriku selama tiga hari ini?

Sial. Sudah bosan hidup atau bagaimana orang itu?

Sepertinya Songjin pun terlalu cerdas dengan tidak membuatku melintas pada pikirannya kalau mungkin saja akulah sang pengirim. Walau tadi sempat membuat jantungku nyaris lepas dari tempatnya karena tiba-tiba ia memelukku dan membuatku kehabisan kata-kata saat kukira ia berfikir bahwa akulah sang pengirim.

Pada kenyataannya bukan. walau rencana konyol seperti itu pernah terlintas dipikiranku dulu. dan kukira ia tidak pernah menyukai hal seperti itu!

Kalau tahu ia akan begitu antusias menerima semua bunga-bunga itu…. kenapa tidak dari dulu saja aku lakukan hal konyol itu? aku bahkan bisa membuatnya lebih tersusun rapih tanpa meninggalkan jejak hingga dapat kupastikan, ia tidak akan tahu bahwa akulah sang pengirim sebenarnya.

Sial sial sial!!

“ya~ kau mau makan atau tidak?” dengusku kesal memandangnya tajam lalu mengalihkan pandanganku pada piringnya—menunjuk Sphagetti yang masih utuh itu dengan daguku.

Songjin menggeleng perlahan, “aku kenyang. Kau mau? makan saja punyaku.” Ungkapnya dengan nada suara yang.. aish~ apa gadis ini benar-benar sedang berbunga-bunga karena dikirimi bunga?

Kulemparkan serbet ditanganku kasar pada meja geram. Jujur saja aku bosan dengan pemandangan bodoh ini… hatiku bahkan mengatakan bahwa ini akan berlangsung lama dan membuat Songjin terlihat seperti remaja labil yang sedang dimabuk cinta.

“kalau begitu pulang saja.”

mwo—yaa..tapi makanannya? Makananmu saja belum habis. Dan makananku—“

“kau tidak ingin memakannya, kan?” ujarku sinis sambil mengeluarkan beberapa lembar won dari dalam dompetku.

Songjin terdiam beberapa saat, seperti menimbang walau menurutku percuma karena pada akhirnya ia pasti akan mengatakan tidak sambil menggelengkan kepala dan menampilkan wajah sok-menyedihkannya itu.

“kalau begitu biarkan saja.”

“tapi kan say—“

Dengan cepat Songjin mengatupkan bibirnya yang sedang aktif bekerja menentang ucapanku saat kulimpahkan pandangan tajamku untuknya.

“Cih!” decak nya kesal dan mendahuluiku pergi.

Aku benar-benar akan mencari Namja sialan yang mengirimkannya Bunga-bunga itu, demi tuhan! dia benar-benar sudah bosan hidup rupanya.

“Kyuhyun-ah… menurutmu… apa aku mengenal orang yang mengirimiku bunga itu
?” Songjin membuka suaranya. Lagi lagi topic bunga tolol itulah yang menjadi pembahasan utama.

Telingaku bahkan sudah panas rasanya mendengar bunga-bunga-dan bunga.

“tidak tahu.” jawabku datar. Membelokkan langkahku, memasuki sebuah mini market sebelum kami kembali ke apartemen.

“bagaimana kalau pengirim bunga itu ternyata orang yang sudah diam-diam menyukaiku sejak lama? dan dia tidak pernah berani mengatakannya secara langsung?”

Aku terdiam. Dia ini sedang menyindirku.. atau apa? “apa kau pikir masih ada orang seperti itu dijaman seperti ini?” cibirku. Menggosoki punggung leherku sendiri karena malam ini terasa begitu panas.

Atau…. Hanya sekitarku saja yang terasa panas? ah—Molla!

“tentu saja ada! Kau pikir mudah mengungkapkan rasa suka?”

Ya, aku tahu itu memang sulit. Apalagi jika kau tahu kalau hal itu dapat mengubah hidupmu. jika bernasib baik—mungkin saja akan berubah menjadi baik, tapi kalau tidak?

Aku rasa satu-satunya alasan mengapa banyak orang tidak bisa mengungkapkan perasaannya bukan karena mereka takut untuk mengungkapkannya, melainkan karena belum siap untuk mengetahui Jawaban yang belum tentu akan menjadi kabar baik.

Iyakan?

Tidak mudah. banyak hal bisa berubah karena satu hal konyol itu. dan aku, mungkin belum siap untuk perubahan yang aku sendiri pun tidak tahu akan menjadi lebih baik atau buruk?

Aku hanya belum siap.

“aku tidak tahu, Songjin.” Ungkapku melemah pada akhirnya. Menggapai lemari pendingin, pintu kaca besar dan menarik sebotol cola. “menurutmu?”

Songjin menggeleng kepadaku, “tidak baik.” Ujarnya, dan menyambar colaku dengan cepatnya.

“Yaaa!!”

“kau ini kenapa tergila-gila dengan minuman ini sih? Ini tidak baik kau tahu? untuk tubuhmu!” ocehnya seperti Eomma. Cerewet!

Ia memasukan kembali kaleng colaku dan menggantinya dengan kalengan Jus. Memberikannya kepadaku, “kau pikir aku balita yang butuh minuman seperti ini?” dengusku tidak terima.

Songjin tersenyum licik, jelas sekali terlihat pada wajahnya. Jemarinya menelusuri wajahku perlahan, “Suamiku yang tampan, apa akhir-akhir ini kau sudah menimbang berat badanmu?”

Aku menggeleng cepat. Jemarinya berhenti pada lingkar mataku, “dan kau terlau banyak terjaga, perutmu membuncit. bahkan wajahmu terlihat lelah. Apa kau tidak merasakan hal-hal itu pada kerja tubuhmu, hah?

Kerja tubuh? Tahu apa dia tentang kerja tubuh? Satu-satunya kerja tubuh yang sedang kurasakan sekarang adalah jantung yang tidak bisa kuatasi secara normal detaknya karena gadis ini seperti sedang menggodaku.

“itu—“ ujarku tertahan saat tubuhnya semakin mendekat kepadaku. melingkarkan satu tangannya pada tubuhku, hingga aku dapat merasakan hembusan nafasnya yang menyapu wajahku. namun tiba-tiba…

“Aw! Yaaaaa!” bentakku tanpa ampun saat dengan bodohnya, ia menusukan telunjuknya pada perutku lalu terkekeh geli dan kabur tanpa berdosa. Astaga Songjin, yang benar saja!!

Lebih membuatku terlihat bodoh karena telah membiarkan beberapa pasang mata memperhatikanku dengan pandangan yang ……bodoh. pasangan Harabeoji dan Halmeoni yang berdiri dimeja kasir pun terkekeh padaku lalu memamerkan ibu jarinya kepadaku.

Huh? Maksudnya? Aish~.

“pasangan baru memang selalu seperti itu…” Gumam seorang pria disampingku, pada seseorang yang datang bersamanya. Saat aku telah berada dimeja kasir untuk membayar minuman—Jus yang sebenarnya tidak benar-benar kuingini.

Aku mengerenyit, pasangangan baru? Kalau yang dimaksud adalah kami—aku dan Songjin… apa satu tahun pernikahan masih dapat disebut sebagai pasangan baru?

“istrimu cantik.” Ucap Harabeoji itu kepadaku. Tersenyum penuh arti, tapi perasaanku sedang campur aduk sekarang, jadi jangan salahkan aku jika pujian itu hanya kubalas dengan senyuman singkat.

Aku bahkan tidak pernah tahu, sejak kapan Park Songjin menjadi sangat digemari oleh mata para Namja? Bahkan Namja tua yang tidak tahu sampai kapan akan bertahan hidup lagi ini saja masih bisa berkomentar tentang betapa cantiknya istriku.

Aku hanya tidak suka. Dan gadis itu pasti akan jadi besar kepala jika mendengarnya.

“apa kalian pasangan baru?”

“huh?”

“memangnya berapa usiamu?”

“aku? dua puluh enam tahun.”

“dua puluh enam tahun? dan…. Apa kau sudah memiliki anak?”

Aku terdiam kaku sambil menggelengkan kepala perlahan seperti robot. Ada apa ini? kenapa aku merasa seperti sedang di intrograsi? Dan pandangan Harabeoji itu kepadaku seakan mengatakan bahwa aku benar-benar payah sebagai namja. Sial!

aigoo~ dulu saat aku berusia sama denganmu, anakku sudah dua! Kau bahkan belum satupun. Kau ini Namja macam apa? Bukankah istrimu tadi memiliki tubuh yang sangat indah?”

“MWO?” aku nyaris membelakan mataku seutuhnya. Kalau bisa pun akan langsung kulahap hidup-hidup orang ini.

Astaga kakek tua ini benar-benar merepotkan! Mengurus tubuhnya sendiri saja belum tentu benar! kenapa harus mengurusi tubuh istriku? Menyebalkan!

Halmeoni yang berdiri tak jauh dari rak soju dihadapanku tersenyum tipis. Ia berjalan mendekatiku lalu tiba-tiba saja memberikan sebuah botol kepadaku berisi cairan berwarna hijau kental. Aku bahkan tidak ingat kapan ia membawa botol ini saat berjalan menghampiriku.

“apa ini?” tanyaku tidak mengerti. Dilihat dari luar saja sudah menjijikan. seperti air perasan lumut, dicampur dengan muntah-muntahan sapi. Hueek!

“minumlah jika ingin cepat memiliki keturunan.”

Mataku mengerjap seketika, “hah?” panikku. Disambut senyuman tipis dan anggukan dari Halmeoni tersebut. tubuhku bahkan masih terbujur kaku sambil memeggangi botol berisi cairan—hijau—aneh—ini.

“ani—ani. lebih baik kau saja yang meminumnya. Sebelum kalian—“

“yaa!! sudahlah, itu bukan urusanmu!” potong Halmeoni itu dan menyikut lengan suaminya. Lalu tertawa canggung kepadaku.

“……arrasseo.” Ujarku kemudian. Aku sudah tidak tahu lagi harus bicara apa pada pasangan ini. “jadi berapa?” tanyaku lagi.

Aniya~ tidak perlu.”

“hah?”

“begini saja, kembalilah kemari setelah istrimu berhasil kau hamili” Harabeoji itu bicara kepadaku nyaris berbisik. Walau sudah mencondongkan tubuhnya mendekat padaku, tetap saja suaranya terdengar cukup keras.

Beberapa orang disekitarku bahkan menoleh dan terkekeh diam-diam. Entah menertawaiku, Harabeoji gila ini, atau malah kami berdua?

Kembalilah kemari setelah istrimu berhasil kau hamili? Aish~ Jinjja! Kenapa ditelingaku terdengar seperti aku adalah seorang pemerkosa yang sedang merencanakan niat busuk untuk menyakiti seorang gadis baik-baik?

Dan kalau itu yang dimaksudkannya, mereka akan salah pengertian. Menyentuh Songjin pun aku belum pernah. Maksudku—menyentuhnya dalam arti… Akh! Kenapa semuanya jadi seperti ini?

**

Tubuhku masih terbujur kaku diatas ranjang. Ini sudah pukul satu pagi dini hari, tapi aku tak kunjung bisa mengatupkan mataku dan tertidur. besok memang libur, tapi aku memiliki satu jadwal penting yang harus kuselesaikan dikantor dan satu meeting dengan Clien bersama Appa dan Siwon Hyung.

Kalau sampai sekarang saja aku masih belum bisa tertidur bagaimana nasibku nanti
?? apa aku akan mengganjal dua mataku ini menggunakan batang korek api untuk menahan kantuk? Aish~

Pandanganku beralih dari jam dinding diatas lemari, menuju sisi kanan-ku, tempat Songjin biasa terlelap.

Masih kosong. sejak tadi gadis itu masih berkutat dengan buku-buku dan tugas kampusnya. Aku tidak tahu sejak kapan gadis itu menjadi begitu perduli dengan pendidikannya.

Karena kupikir, selama ini yang menurutnya penting adalah berkunjung pada toko-toko ternama dan membeli barang baru disana, sebelum banyak orang dapat memilikinya.

Harus ku akui, sedikit banyak aku  lebih menyukai Songjin kali ini. maksudku—aku selalu berharap gadis itu lebih menyukai buku-buku atau paling tidak menghabiskan waktunya untuk suatu hal bermanfaat dibandingkan menghabiskan waktu diluar sana bersama para gadis lain setiap hari hanya untuk menghabiskan uang jutaan won dan bergossip tidak penting.

Tapi sekarang, aku malah sedikit menyesal karena telah memperkenalkannya dengan banyak buku bacaan milikku. Bukan karena sekarang gadis itu selalu mengacak lemari bukuku. Hanya saja, ia lebih sering menghabiskan waktunya bersama buku-buku usangku, dan seperti melupakanku yang selama ini selalu mencoba menghabiskan waktu bersamanya.

Aku seperti bayangan yang ada—tapi juga tidak ada, baginya. Dan perasaan seperti itu..benar-benar menyebalkan. Kau tahu?

Aku memutuskan untuk bangkit—keluar dari kamarku. Suntuk. Lagipula untuk apa berada disini jika aku sama sekali tidak bisa tertidur?

Dugaanku tepat. Sepertinya tugas menggunung yang selalu dibicarakan gadis itu sudah habis diselesaikannya. Saat ini ia sedang membaca buku sambil duduk santai diatas sofa, depan televisi.

Senyumku mengembang. Sedikit mempercepat langkah, aku berjingkat melompat dan meletakan kepalaku pada pangkuannya. Rasanya selalu nyaman. Dan aku selalu menyukainya.

Shakespeare? “bukankah kau sudah selesai membacanya kemarin?” tanyaku sambil sedikit menyibakkan buku yang menghalangiku memandang wajah Songjin.

Seketika aku terbahak melihatnya. Matanya sudah sembab dengan warna kemerahan. Hidungnya sudah seperti tomat. Wajahnya benar-benar terlihat menyedihkan “kau menangis? hahahaha~” cibirku.

“apa tidak boleh?” sungutnya kesal. Aku masih terkekeh geli, perlahan menghapus air matanya menggunakan jari-jariku. “dasar bodoh. Itu kan hanya cerita. Tidak perlu terlalu kau hayati.”

“a—akkku sudah mencccobanya. Tapi ceritanya memang sedih, lalu aku harus bbagaimana??” balasnya masih menyisakan isakan tipis.

Aku kembali tertawa geli, perlahan mengambil buku ditangannya itu dan meletakkannya dimeja yang berada tak jauh dariku. “jadi, menurutmu apa inti yang bisa kau ambil dari kisah itu?”

Songjin terdiam. Jemarinya sibuk membersihkan sisa air mata pada wajahnya. Sambil menggumam perlahan, “romeo bodoh.”

“Mwo?” 

“romeo benar-benar bodoh.” Ulangnya. Membuatku sedikit bangkit dari posisiku saat ini hanya untuk mendekatkan telingaku pada bibirnya. Mungkin saja yang kudengar itu salah.

Tapi ternyata memang benar. ia baru saja mengatakan bahwa.. “romeo bodoh? Wae?” aku bersingut kesal. Biar bagaimanapun, Romeo adalah sosok yang kusukai. setidaknya ia adalah contoh tangguh dalam hal memperjuangkan sesuatu.

“romeo berakhir dengan mati konyol~ apa kau pikir itu tidak bodoh?”

“mati konyol?” tandasku, “ya~ cobalah berfikir dari sisinya, apa menurutmu ia akan mudah menjalani hidup jika mataharinya saja sudah lenyap begitu?”

“tapi jelas-jelas dia langsung menenggak racun itu. bukankah itu bodoh?”

“apa pikiranmu sependek itu? sepertinya kau saja yang bodoh.” Dengusku. Kembali pada posisiku semula. Tanganku, melayang menggapai sebuah bantalan kecil dan memeluknya sebagai guling, memejamkan mataku.

Jika sejak tadi seperti ini, mungkin aku sudah tertidur pulas. Kenapa tidak terpikirkan olehku sebelumnya untuk melakukan ini saja? sayang sekali~

“mati tidak akan menyelesaikan masalah.”

“setidaknya mereka bisa berkumpul lagi disana.”

“disana dimana? Surga? Apa surga mau menerima orang yang melenyapkan nyawanya sendiri? Surga itu tempat buatan Tuhan kan? lalu kalau begitu, bukankah itu seperti tidak menghargai pemberian tuhan? hidup adalah salah satu pemberian tuhan yang paling bernilai, bukan? lalu apa kau pikir tuhan mau menerima orang yang sudah menyianyiakan pemberian dari Nya? itu seperti tidak menghargai.”

“setidaknya Julliet tahu bahwa Romeo benar-benar mencintainya.”

“tapi apa harus ditunjukan dengan cara seperti itu? itu bodoh.”

“lalu cara cerdas menurutmu apa?” aku membuka mataku lagi. menatapnya yang sedang kebingungan mencari jawaban atas pertanyaanku, “kau bahkan tidak tahu kan?” tukasku singkat.

“…kalau memang mereka tidak bisa hidup bersama. Untuk apa dipaksakan?” Ucap Songjin tiba-tiba. “ada beberapa orang, yang dilahirkan dan ditakdirkan untuk saling mencintai, tapi tidak ditakdirkan untuk hidup bersama. Iyakan?

Songjin merunduk, beralih menatapku. Seakan mencari pembenaran dariku, tapi sayangnya, akupun tidak tahu—“ngg….” Aku menelan ludahku sendiri.

tidak tahu harus berkata apa. Aku sendiripun merasa asing dengan ucapannya tadi. sedikit membenarkan walaupun aku tidak akan mengatakannya, “aku tidak tahu. menurutmu?”

“menurutku ya seperti itu. itu hanya teoriku. terkadang, menjalani hal yang dipaksakan itu hanya akan berbuntut penyesalan. Kadang, memaksakan hal yang tidak seharusnya terjadi juga akan berakhir sia-sia saja.

Aku tidak tahu apa ini adalah akibat dari kerja otaknya yang kini lebih sering dijejali buku-buku berbau edukasi, atau dia sedang mencoba mengatakan sesuatu kepadaku?

Atau hanya aku yang merasa terlalu sensitive saat ini? atau.. bagaimana?

“jadi maksudmu, Romeo akan sia-sia saja jika menghabiskan hidupnya bersama Julliet begitu?”

“mm. kemungkinan seperti itu. Songjin mengangguk semangat.

Aku menaikan satu alisku, “bagaimana bisa kau menyimpulkan begitu?”

“karena sebelum Romeo jatuh cinta kepada Julliet, ia sudah lebih dulu jatuh cinta dengan gadis lain. Julliet bukan cinta pertama Romeo.”

mwo? Apalagi itu?” singutku terkejut. Sedangkan Songjin menganggukan kepalanya berkali-kali sambil memandangiku seakan meyakinkanku bahwa perkataannya adalah benar.

“sebelum jatuh cinta dengan Julliet, Romeo Jatuh cinta dengan gadis lain bernama Rosalline. Saat itu ia tidak bisa bertemu dengan Rosalline karena statusnya yang hanya seorang rakyat jelata. Sedangakn Rosalline adalah seorang Putri kerajaan. Romeo putus asa, lalu disarankan untuk menyusup kedalam pesta yang Raja Capullet akan digelar oleh teman-temannya.”

Aku diam. Mencerna apa yang dikatakannya, sambil juga mendengarkan hati kecilku yang selalu mengingatkanku bahwa perkataan gadis ini terkadang selalu kacau. Tapi entahlah.. aku merasa tidak untuk kali ini.

“Romeo benar-benar menyusup kedalam pesta untuk bertemu dengan Rosalline, tapi sialnya, sebelum bertemu dengan Rosaline, Romeo malah lebih dulu bertemu dengan Julliet. Dan bodohnya lagi, dengan mudahnya ia bisa langsung jatuh cinta dengan anak raja itu.. begitu saja. dasar tolol. Apa semudah itu rasa cinta dipindah hatikan?” dengusnya tidak terima.

“kalau kau memintaku untuk berfikir dari sisi Romeo, bisakah kau berfikir dari sisi Rosalline saat itu yang tahu bahwa Romeo tiba-tiba saja sudah tidak mencintainya lagi dan malah mencintai gadis dengan status lebih tinggi darinya?”

Songjin memperhatikanku seksama. Aku tidak pernah melihatnya seserius ini. aku bahkan tidak pernah tahu bahwa kisah picisan ini dapat membuatnya lunglai seperti tak bertulang dan selalu mengeluarkan air mata.

“…apa menurutmu pertemuan Romeo dengan Julliet patut dikatakan sebagai sebuah kesialan?”

“sepertinya.” Kepala Songjin mengangguk ragu. “karena jika tidak, Romeo tidak akan berakhir dengan kematian konyol. Jika ia tidak bertemu dengan Julliet, kemungkinannya untuk membentuk sebuah keluarga kecil memiliki nilai lebih besar, karena Rosalline bukanlah anak raja Capullet. Mengejar anak raja itu lebih sulit. Iyakan? Haha—“

“konyol atau tidak, setiap orang tetap akan berakhir dengan kematian. Jadi apa bedanya? Dan jika tidak bertemu dengan Julliet, Romeo tidak akan mengerti arti dari sebuah perjuangan. Karena mendapatkan Rosalline lebih mudah dibandingkan mendapatkan Julliet.”  Aku berpendapat.

“tapi—“

“selalu ada hal positive dari kejadian buruk sekalipun. Iyakan?” ujarku memotong kalimat Songjin yang aku yakin hanya akan berisikan pertentangan-pertentangannya saja.

“dan kau tidak bisa menyalahkan takdir yang sudah tertulis. Tuhan sudah menakdirkan Romeo untuk Julliet, jadi kenapa harus diperdebatkan lagi Jika tuhan sudah berkata seperti itu?”

“ya~ Jangan bawa-bawa tuhan. kita tidak sedang membicarakan tentang agama atau semacamnya. Kita sedang membicarakan bagaimana bodohnya kisah picisan ini berakhir.”

“tapi tadi kau sendiri yang sejak awal membawa-bawa Tuhan.” dengusku kesal. Kembali meletakan kepalaku pada pangkuannya dan memejamkan mataku. Ambilah hal positive dari perbincangan panjang ini, aku akhirnya mengantuk. Berita bagus kan?

“bagaimanapun akhirnya, kisah tetaplah kisah. Kau tidak perlu memusingkannya karena itu hanyalah sebuah kisah. yang nyata adalah hidupmu saat ini. jalani saja hidupmu. usahakan untuk tidak berakhir konyol seperti yang selalu kau katakan tadi.”

Songjin tertawa sinis. Terdengar jelas ditelingaku walau mataku tengah terpejam, “mungkin saja aku akan berakhir seperti romeo. Mungkin iya mungkin juga tidak. siapa yang tahu hidup akan jadi seperti apa nanti?”

161 thoughts on “Missing [Part 8]

  1. penasaran jg dgn pengirim bunganya, masa kyuhyun sih?? mudah banget ditebak..
    aku blm prnh bc buku romeo n juliet. hanya tau garis besarnya sj klo kisah mrk berakhir tragis.. dan krn part ini aku lebih tau alur cintanya romeo-juliet. thanks author☺

  2. bolehkah aku berfikir kalau songjin sedang berusaha mengungkapkan perasaannya kepada kyuhyun melalui novel picisan, ???
    emang susah si kalau dua orang yang saling mencintai mengambil jalan untuk bungkam tanpa punya keyakinan dan kepercayaan diri untuk menyatakan perasaan,sehingga mereka hanya akan memikirkan kemungkinan2 yang belum tentu akan terjadi dan pada akhirnya mereka hanya akan menganggap diri mereka lah yang paling terluka,dan menganggap pasangannya lah yang menaruh luka pada hatinya tanpa tau bahwa sebenarnya diri mereka sendirilah yang telah melukai hati mereka,

  3. secret admirernya songjin…donghae..?benarkah..??

    kyuhyun benar2 gak peka banget…
    gk peka sama maksud songjin waktu nyampein perasaannya lewat perumpamaan novel roman picisan romeo n juliet….

    sabarrr songjin

  4. Aku fikir itu yang ngirim bunganya kyuhyun, tapi ngeliat reaksi kyuhyun sepertinya bukan. Oiya part ini kayanya adem ayem yahh:D ditambah part akhir, memperdebatkan kisah romeo-juliet.

  5. Cie songjin yg dpt kiriman bucket mawar. Kira2 dri siapa tuh.. apa jgn2 donghae lg yg ngirim bunga nya..
    Sepertinya songjin sedang menyampaikan gmn perasaannya melalui novel romeo-juliet.. tp kyu nya gk peka..

  6. Pingback: REKOMENDASI FANFICTION | evilkyu0203

  7. Kenapa kyuhyun pesimis bgt sih.kalo songjin gx bakal nerima perasaannya..
    Harusnya coba dia katakan kalo dia mencintai songjin walopun dlm.konteks bercandaan gitu

  8. Bodoh.mereka berdua melukai diri masing masing tapi seakan2 mereka disakitin pada nyatanya ketidak jujuran meraka lah membuat semuanya menjadi rumit 🙈🙉🙊

  9. Awal ceritanya aku kurang ngerti, karna di part sebelumnya kan siwon nanya keberadaan gyuwon sambil marah2, tapi tiba2 di part ini ada yg ngirim bunga, aku kira itu bunganya untuk eun soo, karna nama songjin gak keluar2, rupanya untuk songjin. Maaf ya kak, mungkin karna efek maling wifi adik, jadi bacanya buru2. Makanya gak masuk apa yg dibaca.

    Sepertinya songjin menyampaikan perasaannya ke evill lewat cerita romeo and juliet, tapi emang dasarnya si evill gak peka.

  10. Part ini gak terlalu menguras emosi hehe penasaran siapa pengirim bunga buat songjin beneran donghae atau siapa, tp feelingku sih donghae krn kyuhyun gak mungkin siwon jg kyanya gak hehe

    Emg bnr kata2 songjin paa terakhir kita gak prnh tau hidup akan jd seperti apa kedepannya

  11. Pingback: Rekomendasi Fanfiction Part 2 | evilkyu0203

  12. Songjin ada penggemar rahasia,donghae kali itu yang ngirimin bunga..
    Ini kira kira di part berapa mereka akhirnya bisa tau perasaan mereka satu sama lain..
    Bakalan gimana ya.?
    Dari awal part sampai disini yang belum jelas itu perasaan gyuwon dan siwon mungkin..
    Kejutan apalagi ya next part nya.?

  13. cie bilang aja kyuhyun cemburu waktu songjin ada yg ngasih bunga wkwk….. atau karena dia kesal, dulu sempat mau ngasih bunga dengan cara seperti itu tp ngak terlaksana dan keduluan kkkkk…

  14. Rasa kecewa sedikit menamparku setelah mendengarnya. Aku berharap jawaban lebih menyenangkan untuk telingaku sejujurnya. Tapi apa yang bisa kau harapkan dari seorang Cho Kyuhyun? kata mutiara of the day nih 😭😭😭😭 saking frustasi nya songjin punya suami gini kkkkkk sabar kakak nanti pasti kyuhyun bakal membuka identitasnya yang mencintaimu hehe dia udah berani kiss yah walaupun dalam keadaan bobok tapi seenggaknya udah ada perubahan hehe siapakah pengirim bunga itu hal itu juga masih misteri yang penting jangan donghae aja lah hehe gak rela aku kalau songjin sama donghae anggep aja donghae oppa yang menemani disaat siwon dan kyuhyun lagi sibuk dalam dunia gyuwon 😭😭😭😭😭😭

  15. Pengirim bunganya siapa yah???
    Ngomong2 gimna nasib beasiswa yg di terima songjin yah??
    Mungkin saat songjin pergi kyuhyun mwu nyatain perasaannya

  16. Mereka sama sama punya gengsi yg tinggi… Jadi gituu… Makin mikir kemana2 karna gk bisa ngungkapin perasaan masing2… Greget bgt paraaah😅

  17. dasarr kyuhyun…
    songjin udah ungkapin perasaannya lewat cerita romeo and juliet..tp ternyata kyuhyun nya enggak peka2..
    sabar songjin..

  18. Penasaran jga siapa sih pengirim bunga itu benarkah memang Donghae pengirim nya? Jadi penasaran utk baca part selanjutnya let’s go

Leave a reply to rise73 Cancel reply