[Post For Kyuhyun’s Birthday] Birthday Disaster 4


Author: GSD

Title: Birthday Disaster 4

Cast: Cho Kyuhyun, Cho Songjin, Choi Siwon, Choi Gyuwon, Choi Ki Ho, Lee Donghae, Kim Eun Soo, Seohyun, Shim Changmin, Henry.

Rating: G

Length: Chaptered.

 

You’re just too good to be true.
Can’t take my eyes off of you.
You’d be like heaven to touch.
I wanna hold you so much.
At long last love has arrived.
And I thank God I’m alive.
You’re just too good to be true.
Can’t take my eyes off of you 

– (Lauryn Hill, can’t take my eyes off of you)

Kyuhyun benar. mungkin dia akan selalu benar untuk hal semacam ini. sebenarnya, telinganya telah panas bukan main mendengar omelan Songjin yang berinti pada satu hal saja sejak awal keberangkatannya menuju kantor hingga kini mereka nyaris sampai.

Dia kesal, tapi Songjin juga tampak begitu jengkel, karena Kyuhyun bertingkah semaunya lagi pagi ini. “Sudahlah~” Kyuhyun santai berucap.

Tangannya memegang erat kemudi stir—sebagai pengalihan akan rasa jengah yang sejak tadi ditelannya bulat-bulat sejak mendengar omelan pertama Songjin sejak mereka masih didalam rumah, menuju mobil, didalam mobil, hingga kini, ditengah perjalanan pun Songjin masih berkumur-kumur dengan ocehannya yang blablablabla..

Didalam kepalanya, Kyuhyun membiarkan omelan Songjin melintasi sel-sel otaknya saja, dan lantas langsung dibuangnya jauh-jauh, tidak benar-benar memerdulikannya, apalagi dipikirkannya. Bahwa sebenarnya, biarpun diucapkan dengan omelan, perkataan Songjin tidak juga dapat dikatakan salah.

“aku hanya menyerangmu, apa yang harus diributkan sebenarnya? toh kau juga menikmatinya. Aku bukan satu-satunya orang yang bertanggung jawab kan? kau menggodaku.”

Jelas Kyuhyun, pada akhirnya dia mulai membuka suara dan menanggapi Songjin. sejak tadi mulut Kyuhyun terkatup rapat dan dia lebih memilih bungkam, mendengar segala makian dan amarah Songjin, karena dia tidak ingin adanya perdebatan lebih lanjut.

Tapi sepertinya, kali ini kesabarannya telah menipis dan saat ini sedang berada digaris bahaya. “Aku menggodamu? Astaga! Jinjja! Cho Kyuhyun!! aku tidak melakukan apapun, demi Tuhan! kau yang mesum!”

Kyuhyun tersenyum lebar. benar-benar menggambarkan kemenangan, sekaligus rasa senang yang berlebih, “bukankah aku ini keren? kau bahkan tidak melakukan apapun tapi aku merasa tergoda! Seharusnya kau bangga, bukankah berarti, aku ini tipe pria setia yang selalu merasa puas dengan istrinya?”

“CHO KYUHYUN!!”

“astaga, Songjin. sudahlah. Kenapa masalah ini harus diperbesar? Kita hanya bercinta dan aku suamimu. Kau tidak melakukannya dengan pria tak dikenal, aku bertanggung jawab. Kita menikah. Dan sepertinya tidak ada permasalahan yang nyata disini, jadi sebenarnya, apa yang sedang kita ributkan?”  Kyuhyun mengacak rambut frustasi.

“Kau benar-benar keterlaluan!!”

Songjin menggerutu, meremasi sabuk pengamannya begitu erat sambil menggemeretakkan gigi menahan amarah yang sewaktu-waktu dapat menyembur bagai lahar panas.

Kyuhyun sama sekali tidak paham akan persoalan yang sedang terjadi. Songjin paham, bahwa tidak ada yang salah dari bercinta. Mereka menikah dan tentu saja dia melakukannya dengan suami sah-nya. tapi Kyuhyun selalu tak pernah ingat waktu!

“Biar kuberi tahu, morning sex itu bekerja seratus kali lebih efektif daripada kopi untuk memberikan kesan semangat pada tubuh. Meningkatkan kadar oxytocin, membuat tubuh lebih segar.” Tutur Kyuhyun panjang.

Sambil terus mengoceh tentang kelebihan morning sex, pria itu membelokan kemudi pada perempatan—dihadapannya. Menoleh pada Songjin sekejab sambil tersenyum miring penuh kemenangan, khas seorang Cho Kyuhyun—tak pernah mau kalah. “kalau kau membiarkan aku melakukannya setiap pagi, kau pasti senang karena jatah kopimu akan aman damai sentosa,” tambahnya.

Mendengar Kyuhyun berkata omong kosong seperti itu, Songjin semakin menggerutu ditengah kekesalannya. Kakinya menghentak dilantai kendaraan mahal milik Kyuhyun tersebut, “kau benar-benar menyebalkan!” Songjin menggeram putus asa.

Terlalu putus asa hingga merasa tak mampu untuk melakukan apapun lagi, dengan permasalahan kali ini. Air wajahnya telah berubah menjadi masam, “Ah, ayolah. Kau tidak perlu menangis hanya karena hal seperti ini, Songjin. kau bukannya habis diperkosa.”

Bibir Songjin bergemetar seperti ketika dirinya disiram air dingin lengkap dengan potongan es-nya. Kyuhyun benar, tidak perlu menangis hanya karena hal seperti ini.

Tapi itulah buruknya Songjin. bukan hanya ketika sedih saja dia dapat menangis, saat marah karena merasa tak berdaya pun tangisannya dapat memuncrat seperti air terjun. Tentu saja itulah mengapa banyak orang mengatakan Songjin cengeng. Sebutan itu bukan sekedar omong kosong belaka.

Dengan bibir tercebik dan dagu mengekerut karena menahan tangis, Songjin menoleh pada Kyuhyun, “pagi ini seharusnya aku kontrol ke Dokter kandungan.” Lirihnya pelan.

Nafas Kyuhyun terbuang lebih pelan. Senyuman liciknya tadi, kini telah digantinya dengan senyuman tulus, menghibur bercampur dengan perasaan bersalah. Karena ya, dia pun ingat apa yang Songjin katakan tadi pagi sebelum dia menyerangnya.

Wanita itu harus pergi ke Rumah Sakit.

Maka dengan rasa penyesalan yang cukup menumpuk, Kyuhyun mengangkat tangannya naik diudara, mengusap kepala Songjin penuh kelembutan, “Gwaenchana,” suara rendah khas miliknya meluncur halus, “kita bisa mengatur lagi janji dengan dokter Han besok, Arrachi?”

Sejenak, Songjin memang merasakan kenyamanan itu. pada dasarnya, semarah apapun dirinya dengan Kyuhyun, ketika pria itu telah mengeluarkan suara lembutnya dan bertingkah manis seperti ini, Songjin tidak pernah tidak bisa untuk terus mempertahankan amarahnya.

Semudah itu. Hanya semudah dan semurah itu harga dirinya.

“tapi kau bilang besok kita pergi ke Bundang?”

Kyuhyun terdiam. Sialan, Songjin benar! dia baru ingat dengan konferensi sialan itu! Ah! “…… kalau begitu sekembalinya kita dari Bundang, oke?”

“tapi kita baru kembali tiga hari kemudian.”

Kyuhyun menghela nafasnya setengah menahan. Bukan hanya nafasnya saja yang ditahannya, amarahnya pun tengah ditekan serendah mungkin hanya agar tidak kembali terjadi perdebatan diantara mereka.

Otaknya diperas. Berfikir. Mencari jalan keluar. Dan satu-satunya jalan keluar yang didapatnya, hanyalah keputusan sederhana ini saja. “kalau begitu besok sebelum berangkat, kita sempatkan dulu bertemu Dokter Han.” Putusnya.

Songjin kembali menggeleng. Dengan wajah memelas—ingin menangis, sekaligus merasa takut dan tak berdaya, “besok Dokter Han tidak akan ada di Rumah Sakit. Dokter Han memintaku untuk datang lebih dulu hari ini, karena besok dia akan mengambil cuti-nya. Dia akan pergi bersama keluarganya dan baru akan kembali minggu depan.”

Sialan! Kyuhyun semakin jengkel mendengar seluruh ide-nya ditentang mentah-mentah. Entah ini hanyalah ide Songjin, atau memang seperti itulah kenyataan yang ada?

Matanya melirik tajam pada Songjin. mendapati wajah istrinya yang lebih menggambarkan kekalutan. Entah karena apa. Kyuhyun semakin merasa iba, “Lalu aku harus bagaimana, Songjin?” erangnya putus asa.

Setelah memakirkan mobilnya dibahu jalan, Kyuhyun mengacak rambut cokelatnya hingga kini, penampilannya tampak cukup kusut.

Kyuhyun menoleh malas pada Songjin, wanita itu tak bisa memberikan jawaban apapun. hanya terdiam, dengan wajah tak kalah datarnya dengan patung selamat datang, pintu masuk sebuah apartemen mewah tak jauh dari tempatnya menepi.

Ah, tidak. bahkan patung itu terlihat lebih berekspresi ketimbang wajah Songjin.

“Baiklah. Aku minta maaf,” toreh Kyuhyun menyesal. Sebenarnya, rasanya aneh juga meminta maaf karena meniduri istri sendiri. “aku minta maaf. Lalu sekarang apa maumu?”

Songjin menggeleng pelan. terlalu pelan, hingga Kyuhyun Nampak sama frustasinya dengan Songjin saat ini. “Jam berapa praktek Dokter Han selesai?”

“Delapan.”

“malam? kita masih sempat datang!”

“Pagi!”

Astaga! kepala Kyuhyun semakin berdenyut karena pusing. Masalah sesederhana ini pun tak luput juga dari pemikirannya. Sebenarnya ini murni karena ulahnya, atau Songjin sedang mengerjainya? Pikirannya kini telah menjadi kacau balau.

“Dokter macam apa yang memiliki jam praktek secepat itu?”

“Dia praktek disebuah rumah sakit dengan jumlah dokter kandungan yang lebih dari sepuluh orang, Kyu! Menurutmu bagaimana lagi?”

Haah! Kyuhyun menarik rambutnya kencang. matanya memejam seraya berfikir, disandarkannya kepalanya pada kepala punggung jok, “pakai dokter lain saja.” ucapnya dengan mata yang masih terpejam.

“Tidak bisa. Record medisku berada ditangan Dokter Han.”

“YAA!” putus asa, Kyuhyun meninggikan suara.

“aku serius,” Songjin bersingut tak mau kalah. “bisa saja menggunakan dokter lain. Tapi dia tidak tahu catatan medis kandunganku sejak awal. Jadi kukira percuma saja~”

Kyuhyun diam. bibirnya mengatup, tapi isi kepalanya kembali bekerja. Catatan medis. catatan medis sialan itu adalah batu penghalang yang memusingkan. Kenapa memerlukan catatan medis semacam itu?

Bukankah rumah sakit biasanya menyimpan data pasien mereka? Dokter itu hanya sebagai pengantarnya saja dalam ‘membenahi’. Kyuhyun mengurut pelipisnya dan masih terus berfikir.

Tapi ditengah kepusingannya, hembusan nafas Songjin terdengar halus, namun cukup kencang, “Sudahlah. Lupakan saja. aku akan pikirkan bagaimana caranya nanti.”

Kyuhyun melirik Songjin sesaat, wajah Songjin terlihat sayu. Inilah yang Kyuhyun tak suka dari perdebatannya dengan Songjin. wanita itu selalu saja berakhir dengan wajah tertekuk seperti pantat panci jika sudah merasa kalah.

Kyuhyun tidak mampu lagi untuk berkata. Sebenarnya, bukannya tidak mampu seperti itu. dia hanya tidak tahu harus mengatakan apa, karena meminta maaf—rasanya sudah lebih dari cukup sebagai gambaran akan rasa bersalahnya. Sepertinya, tidak perlu lagi untuk berkoar mengatakan hal manis ini dan itu hanya untuk membuat keadaan kembali menjadi seperti semula.

“kalau begitu turun.”

Kyuhyun menengadahkan dagu cukup tinggi. Menunjuk sesuatu dibelakang Songjin. sebuah tangga menuju lantai bawah tanah. Songjin mengerutkan dahi, “maksudmu?” tanyanya tak paham.

“turun. Dan lanjutkan perjalananmu dengan kereta. Seperti cara yang selalu kau lakukan untuk sampai kekantor.”

“mwo?”

Songjin mendelik. Terkejut dan …… terkejut. Yah, tentu saja terkejut. Dia pikir Kyuhyun sedang bermain-main lagi saat ini. seperti melewatkan acara control kandungannya karena pria itu menyerang, tak cukup untuk dijadikan lelucon diawal hari ini. “ayolah, suamimu yang tampan ini sudah terlambat, Sayang” Kyuhyun bicara sambil merapihkan rambutnya dari kaca spion tengah, dikendaraannya.

Menyadari tidak mendapatkan jawaban apapun dari Songjin, Kyuhyun lantas menoleh dan terkekeh lucu, mendapati wajah kaku Songjin. Kyuhyun tahu, Songjin pasti terkejut dengan hal satu ini. ini pun salah satu rencananya.

Kyuhyun bersingut, mengecup pipi Songjin cepat, dan kembali duduk tegap ditempatnya. Menekan tombol auto-lock hingga suara derapan kencang satu kali terdengar. Tanda pintu telah tak terkunci, “ayo.” Perintahnya memaksa, dengan nada yang halus. Sama sekali tidak terdengar seperti sedang memaksa. Walau begitulah niatnya.

Setelah memakan waktu satu menit penuh untuk menyadari apa yang sebenarnya sedang terjadi, Songjin menatap Kyuhyun garang. Rasanya ingin sekali menelan pria ini bulat-bulat! “Satu blok lagi kita sampai, Cho Kyuhyun! demi Tuhan! kau tega membiarkanku menaiki kereta dan berdesakan dengan ratusan orang seperti itu? aku sedang mengandung. Setidaknya kan—“

Songjin tidak dapat meneruskan runtukan serta makiannya. Kyuhyun melahap bibirnya secara mendadak. Melumat, lalu entah setelah berapa lama, kemudian Kyuhyun tersenyum—mendapati Songjin kembali memiliki wajah mengkaku. Seperti patung.

Astaga, berapa lama mereka menikah? Berapa banyak ciuman yang telah dilewati? Kenapa seperti ini saja, Songjin masih juga menampilkan pemandangan yang konyol seperti mereka adalah pasangan pengantin baru? Aigoo~

“ayolah, kita lakukan ini seperti kita biasa melakukan aktivitas kita. kau memulai harimu dengan kereta. Aku memulai hariku, berbagi jalan raya dengan pengendara lainnya.”

“ini anakmu.” Songjin mengiba dengan wajah terstel seperti bayi hamster. Jika dikiranya Kyuhyun akan goyah dan mencabut ide gila awalnya tadi, tapi sayangnya Songjin salah.

“aku tahu~” Kyuhyun tersenyum. Mengusap berkali-kali belakang kepala Songjin sambil terus memperhatikan tingkah konyol Songjin dalam usahanya menarik rasa iba atas dirinya.

Pertahanan Kyuhyun kuat. Ada beberapa alasan mengapa dia melakukan hal ini, dan alasan tertinggi adalah untuk mengajarkan Songjin arti sebuah kerja keras, disiplin dan tanggung jawab.

Kyuhyun tentu tahu, membiarkan wanita dengan perut besar yang bahkan untuk berjalan pun terlihat sulit adalah hal yang berbahaya untuk dilakukan. Tapi mungkin, dengan cara inilah, Songjin akan paham bahwa bekerja—bukanlah hal yang dapat dipermainkan.

Seharusnya Songjin dapat dengan tenang dan lebih mensyukuri keberadaannya saat ini dengan menjadi seorang istri—memiliki kehidupan layak dan tentu masih memiliki seorang suami produktif.

Alasan cemburu, bukanlah hal yang dapat dibenarkan untuk hal semacam ini. karena tingkahnya, orang lain mendapatkan imbasnya. Kyuhyun hanya ingin mengajari Songjin bagaimana caranya mensyukuri apa yang telah wanita itu miliki, dan bukan hanya mengeluh hanya karena alasan sepele.

Cemburu menurut Kyuhyun adalah alasan sepele.

Kyuhyun masih memperhatikan Songjin lembut. Bibirnya masih mengulaskan senyuman. Salju diluar, menumpuk sangat banyak, dan udara pasti terasa sangat dingin.

Tangannya lalu terjulur mengambil Shawl yang sengaja dibawanya tadi. melingkarkan pada leher jenjang Songjin hingga kain panjang itu menutupi kulit leher Songjin, “aku tahu. itu anakku. Aku juga tahu, dia ada karena ulahku. Tapi menuntut hal yang seharusnya tak kau tuntut, adalah ulahmu. Jadi, ayo turun~” ucapnya ini tegas.

Songjin membuang nafasnya kasar, “setelah dipakai, aku dibuangnya begitu saja—“ umpat Songjin sebal. Menjejakan boots-nya pada jalanan yang licin, melompat turun dari Audi A6 milik Kyuhyun.

Tidak sama sekali ada niat bagi Songjin untuk berbalik dan menanggapi teriakan Kyuhyun dari dalam mobilnya, yang terus terusan berkata, “sampai jumpa!”. Songjin terus berjalan, berjalan dan berjalan. Dengan makian yang tentu tak pernah lepas.

Sambil tersenyum-senyum geli, Kyuhyun memandangi punggung Songjin, kian lama kian menjauh. Sambil menekan pedal gas-nya, Kyuhyun memasang sebuah phone Bluetooth ditelinganya. Menghubungi seseorang. “Henry, dia sudah jalan. tolong awasi. Beritahu aku jika terjadi sesuatu.”

~~ ~~

Kyuhyun termenung sendiri ditempatnya. Sepertinya, dia tidak menyadari bahwa restoran Italia tempatnya berada saat ini, telah berganti-ganti wajah pelanggan, keluar dan masuk.

Sepertinya, hanya dirinya saja pelanggan lama yang tetap berada ditempat itu hingga sesiang ini. bahkan melewati jam makan siang sangat jauh.

Atau mungkin, Kyuhyun bukan tidak menyadari. Dia tidak lagi perduli. didalam kepalanya, sedang terputar sebuah percakapan gamang yang membuatnya belakangan ini, harus mau tidak mau bertingkah seperti agen rahasia—menyimpan rahasia satu dan rahasia lainnya dari Songjin.

“tolong bantu aku mendekati Changmin Oppa..”

“Changmin? Shim Changmin?” Kyuhyun mendelik terkejut. Panic setengah mati mendengar nama keramat itu meluncur bebas dari mulut Seohyun.

“memangnya ada berapa Shim Changmin yang kau kenal?”

“………”

Shim Changmin. Si ketua baseball nan tampan teman satu sekolahnya dulu. bagaimana bisa setelah sekian lama menghilang, pria itu datang dan kembali lagi? sebenarnya tidak masalah jika dia hanya kembali. tapi bagi Kyuhyun, kembalinya Changmin benar-benar mengusiknya.

“Changmin Oppa baru saja kembali dari Verona sepekan lalu. Setelah menyelesaikan kontrak kerjanya dengan perusahaan asing disana, dia memutuskan untuk kembali dan menetap di Korea lagi.”

 “bagaimana kau tahu?”

“dia menghubungiku. Aku juga terkejut saat tahu kalau itu adalah Changmin Oppa. sudah cukup lama kami tidak saling berhubungan. Terakhir kali, kami bertemu tanpa sengaja di Catania—saat aku berlibur. Ketika itu, kami memang sempat bertukar kartu nama. Setelah itu, tiga minggu yang lalu, dia menghubungiku dan menceritakan semuanya tentang rencana kepindahannya. Dia juga memintaku untuk membantu mencarikan sebuah apartemen.”

“…… Dia menetap?”

“Ya. kukira begitulah rencananya untuk saat ini.”

Kyuhyuh terdiam. Tenggorokannya terasa tercekat. Banyak yang ingin ditanyakan dan dibicarakannya mengenai Shim Changmin, tapi didalam kepalanya, telah terbentuk sebuah pagar betis yang mengharuskan dirinya untuk berjaga-jaga.

Bahwa posisinya, terancam.

Lidahnya pun tak bisa sedikitpun membantunya dalam berbicara. Semuanya, hanya tertahan diujung pangkal lidah. Terasa pahit.

“Tolong aku. aku mohon. Hanya kau yang aku tahu dapat membantuku, Oppa. kau dekat dengan Changmin Oppa. setidaknya, kau dapat melakukan sesuatu. Iyakan?”

“……a—aku.. aku..”

“aku mohon, bantu aku.”

Kyuhyun tidak dapat menolak ataupun mengiyakan. Yang diketahuinya saat ini hanyalah seseorang didalam tubuhnya sedang meneriaki dirinya untuk bersiap. Entah bersiap untuk apa. Pokoknya, bersiap.

Menonton keraguan Kyuhyun, air wajah Seohyun berubah drastis. Dia tidak bisa lagi untuk mendapatkan penolakan. Hal ini terlalu berat untuk dilakukannya seorang diri. Dan lagi, dia sama sekali tidak dekat dengan Shim Changmin. Sejak dulu, mereka hanya saling mengenal. kenal bukan berarti akrab, ‘kan?

 “Percayalah, ini pun pasti bukan hal menyenangkan untukmu, Oppa. ku kira kau perlu tahu untuk yang satu ini juga.”

“tentang…?”

“……… Changmin Oppa memintaku untuk mencari kontak personal Songjin eonni. Aku rasa… dia masih tertarik dengan Songjin eonni.”

Jemari Kyuhyun bergerak halus, berputar didiatas bibir gelas. Dengan wajah datar dan tatapan kosong, pria itu hanya terduduk tegap—namun gamang. Terlihat seperti mayat hidup. kosong.

Ah, tentu saja Changmin mencari Songjin. pria itu pergi tanpa mengetahui apapun dulu. pria itu pergi, tanpa tahu apakah sebenarnya, Songjin juga merasakan hal yang sama, seperti yang dirasakannya kepada wanita berwajah polos itu.

Begitupun dengan Songjin.

Pasca kepergian Changmin, wanita yang terkenal ‘heboh’ itu kehilangan kehebohannya. Seperti mayat hidup, tidak berpenghuni. Ada tapi juga tak ada. Bermain dengan Songjin ketika wanita itu sedang mengalami patah hati pertamanya, ternyata tidak terasa menyenangkan seperti biasanya.

Tentu saja Kyuhyun mengingat segalanya dengan teramat sangat jelas. Tentu.

Dialah biang kerok penyebab dua insan itu tidak dapat bersama, iyakan?

Maka dengan segala kerisauan, bercampur dengan tekad yang bulat, Kyuhyun merasa yakin akan keputusannya kali ini, “dia tidak boleh tahu! TIDAK!” Tangannya terkepal memukul meja cukup kencang. cukup kencang untuk membuat seseorang terkejut.

Songjin tidak boleh tahu bahwa Changmin telah kembali ke Korea, dan Changmin tidak boleh tahu informasi dalam bentuk apapun mengenai Songjin.

Maka setelah hal itu terlintas begitu cepat didalam kepalanya, Kyuhyun merasa amat sangat yakin. Tak pernah dia seyakin ini sepanjang hidupnya. Kesepakatan terjalin. Dia bersedia membantu Seohyun dengan satu syarat sederhana. Blokir seluruh informasi apapun mengenai Songjin kepada Changmin.

Sesederhana itu. walau nyatanya, tidak semudah itu untuk dilakukan.

Siwon yang sedang menikmati ravoli-nya, mengerjab bukan main kaget-nya, melihat Kyuhyun tiba-tiba berbicara sendiri. kencang, menggebu, bersemangat dan menyeramkan.

Seperti orang gila.

“ya~” walau dengan mulut penuh, Siwon tetap menegur Kyuhyun. Namun sepertinya, hanya menegur dengan suara tak membuat Kyuhyun sadar, bahwa kini, pria itu sedang diamati lekat-lekat olehnya.

Kyuhyun terlihat sibuk dengan pemikirannya sendiri. membiarkan Siwon tampak konyol karena terlihat sedang berbicara dengan tembok.

Maka kemudian, dengan semangatnya Siwon mengangkat sendok miliknya—lalu menancapkannya tak main-main pada punggung tangan Kyuhyun diatas meja. Hingga akhirnya, tentu saja hal tersebut mampu membuat kesadaran Kyuhyun kembali dari khayangan. “Kau gila?” omel Kyuhyun, mengusapi tangannya.

Terdapat sebuah bekas tusukan berupa titik-titik berwarna merah. Bukan darah, tapi bumbu Bolognese mengotori kulit tangan Kyuhyun yang putih pucat itu.

Siwon mengernyit heran, “orang gila teriak orang gila?” sindirnya.

Kyuhyun menggemeretakkan gigi memandangi Siwon dengan tanpa rasa bersalahnya bersikap konyol seperti itu. dia bisa saja mati, karena sebuah garpu, iyakan?

“ada apa?” Siwon kembali melanjutkan makannya. Mulutnya kembali terisi dengan potongan pasta, namun matanya memperhatikan Kyuhyun penuh, “kau tampak aneh sejak tadi. ada yang mengganggu pikiranmu? Songjin? apa kalian bertengkar lagi?”

Sejenak, Kyuhyun malah tertawa mendengar pertanyaan lontaran Siwon untuknya. Dia melupakan Shim Changmin yang sejak tadi mengisi kepalanya dengan pemikiran ‘bagaimana jika’, “kapan kami tidak bertengkar?” ucapnya bertanya. Lebih tepat, bertanya pada dirinya sendiri.

Bertengkar memang bukan hal yang menyenangkan. Tapi entah bagaimana, bagi Kyuhyun, itulah saat-saat yang kadang, juga ditunggunya. Meladeni Songjin berdebat, kadang terasa menyenangkan karena dapat membuat wanita itu tampak konyol karena kesalahan pengucapan, yang dapat dipelintir oleh Kyuhyun hingga Songjin merasa semakin terpojok, hingga akhirnya mengibarkan bendera putih tanda menyerah.

Walau yah, Songjin memang tidak pernah sekalipun berkata secara langsung, bahwa wanita itu menyerah. Gengsinya terlalu tinggi.

Tawanya mengencang bersama dengan wajah yang kian berseri. Dia sedang membayangkan wajah Khas Songjin ketika wanita itu kalah dalam perdebatan mereka. dan lalu membuat Kyuhyun menang, hingga akhirnya Kyuhyun dapat melakukan apa yang ingin dilakukannya.

Kebanyakan dari apa yang ingin dilakukannya hanyalah berupa hal-hal sederhana yang sebenarnya hanya bertujuan untuk mengerjai Songjin saja. tidak memiliki arti yang penting. Hanya untuk hiburannya saja.

“apa yang terjadi dengan kalian tadi pagi? Kenapa Songjin terus menerus mengomel?”

Senyum Kyuhyun berubah menjadi gelak tawa berlebih, “aku menyerangnya. Dan dia marah-marah. HAHAHA”

“moning sex?”

“dia tidak menyukainya, kukira—Hahaha. Dia itu aneh. setiap kali aku menidurinya, Songjin selalu membuatku tampak seperti Ahjussi hidung belang yang dengan berengsek-nya meniduri seorang pelajar perawan. Benar-benar sial!”

Siwon tertawa geli mendengar komentar Kyuhyun. Dengan ucapan Kyuhyun sependek itu, dia telah dapat membayangkan bagaimana wajah Songjin ketika sedang mengamuk pada Kyuhyun karena pria itu buru-buru ingin menidurinya. Tapi setelah tertawa puas, kepalanya kemudian menggeleng cepat, “bukan. bukan karena itu. aku yakin bukan karena hal itu dia mengomel satu hari penuh seperti ini. ayolah~ pertengkaran macam apalagi yang terjadi kali ini?”

“Tidak ada.”

Kyuhyun menggeleng. Sama sekali tidak berminat untuk mengatakan kepada Siwon, bahwa sebenarnya hal yang membuat Songjin kesal bukanlah karena dirinya menyerang Songjin dipagi buta, tapi karena tadi, dia menurunkan wanita itu distasiun kereta bawah tanah—tepat satu blok sebelum mereka tiba dikantor.

Tapi mungkin, Kyuhyun tidak secerdas itu dengan mengira bahwa Siwon tidak akan menyadari apapun tentang kehidupannya bersama dengan adik ipar sekaligus sahabatnya yang gila itu.

 “bukan karena kau membuangnya begitu saja dipintu masuk kereta bawah tanah kan?” pria berlesung pipi itu menyindir sekali hantam.

Kyuhyun mendengus sebal. Membuang nafas kencang dan kasar, “Haah—kapan dia tidak mengadu denganmu?” gerutu Kyuhyun tak habis pikir. Kepalanya menggeleng heran.

Songjin memang tukang pengadu. Apapun yang terjadi—seluruh hal buruk yang tentu saja berhubungan dengan Kyuhyun, kapan Siwon tak pernah tahu? Park Songjin memang pengadu!

Sejak kecil sampai sebesar ini, sepertinya hanya itulah kemampuan terhebatnya. Mengadu.

“jangan dilebih-lebihkan, Hyung. lagipula aku tidak melepaskannya begitu saja! kau pikir aku sudah gila? Aku juga was-was, karena itu aku meminta Henry untuk mengawasi dan mengikutinya dari jauh. Karena itu juga aku menurunkannya hanya berjarak satu blok, satu stasiun saja dari kantor.

Cho Kyuhyun’s side

Aku bukan orang gila yang dapat merasa tenang begitu saja dengan melepaskan seorang wanita hamil, menapaki lorong kereta bawah tanah yang sesak dan terhimpit-himpit.

Karena itu aku sengaja menurunkannya distasiun yang hanya berjarak satu blok saja dari kantor. Itu berarti, Songjin hanya perlu berada didalam kereta tak lebih dari dua puluh menit, karena dia hanya akan melewatkan satu pemberhentian saja.

“aku tidak gila,”

Sinisku pada Siwon Hyung. dia mencecarku karena menurutnya, aku sinting karena bersikap seperti itu.

Mungkin memang aku sedikit sinting. Tapi kesintinganku ini berawal dari ulah wanita itu sendiri. sejak dia memutuskan untuk menjadi Spy women. Memata-mataiku seperti aku ini adalah pria brengsek yang dapat dengan teganya menduakannya apalagi ketika dia sedang dalam kondisi hamil besar seperti itu! Cih!

Asal tahu saja, aku ini setia!

Lagipula, berapakali harus kujelaskan bahwa dia tidak perlu merepotkan masalah apakah aku akan ‘membuangnya’ seperti yang sering dikatakannya. sebenarnya, aku sudah bosan membahas permasalahan ini lagi.

Sudah berapa kali kujelaskan, dan harus berapa kali lagi kujelaskan, bahwa terpikirkan pun tidak, untuk melakukan hal semacam itu. harus berapa kali aku mengatakan padanya, bahwa aku mencintainya?

Tsk! Park Songjin memang bodoh!

~~ ~~

“Aku pulang!”

Aku setengah berteriak untuk membuat suara-suara dalam rumahku yang terlalu hening. Kalau terlalu sepi seperti ini, aku semakin merasa bahwa rumahku tidak jauh berbeda dengan hutan.

Bahkan hutan terasa lebih ramai.

“Songjin?” setelah meletakan tas dan jas disofa, aku berjalan mengitari ruang santai—sembari menggulung lengan kemejaku dan merenggangkan dasi yang mencekik.

Rumahku benar-benar sepi. aku tidak mendengar suara apapun, apalagi satupun orang. Setelah habis menyisir lantai dua dan tak menemukan apapun, aku beranjak menuju lantai tiga.

Dugaanku tepat. Songjin berada diruang kerjanya. Awalnya kukira dia sedang terlalu sibuk mengerjakan sesuatu. Tapi setelah mendekat, ternyata dia tengah tertidur. laptopnya terbuka, masih menyala terang.

Aku terkejut, melihat sebuah tabel berwarna-warni dengan angka yang pasti dapat membuat mata buram tampil dilayar laptop milik Songjin. “Tsk Tsk—“ aku hanya dapat berdecak heran.

Belakangan ini, Songjin menjadi terlalu rajin. Pada awalnya, aku kira dia akan menyerah diminggu-minggu awal-nya. tapi hingga saat ini menginjak minggu kedua-nya bekerja menjadi sekertarisku, Songjin dapat dengan cepat beradaptasi.

Pekerjaannya memang belum sempurna seperti Min Ji dulu. tapi dalam ukuran seorang Park Songjin, kurasa dia mengerjakan segalanya cukup cepat. Songjin mampu membuatku terkesima dengan kemampuan beradaptasinya, dan keuletan-nya dalam meladeni permintaanku, yang kadang, sebenarnya hanyalah bualan dan buatanku saja.

Sudah kubilang, bahwa aku ingin mengerjainya. Setidaknya sampai dia merasa menyerah dan ingin berhenti. Tapi hingga sampai saat ini, Songjin sama sekali belum mengibarkan bendera putihnya.

Pendiriannya kuat juga. ini membuatku heran dan semakin berfikir, sebenarnya ada masalah apa antara dirinya dengan Seohyun sampai Songjin menjadi begini menggilanya? Dia seperti takut aku diculik, atau semacamnya.

Setelah menyingkirkan laptopnya, aku mencoba untuk membawa Songjin turun dengan menyelipkan tanganku pada belakang leher dan lipatan kakinya. Tidak mudah membawa wanita hamil menuruni tangga seperti ini.

Harus kuakui, tubuhnya memang menjadi lebih berat dari pada sebelumnya. aku merasa seperti sedang menggotong karung beras, kkk~

“Eunnggh—“

Setelah kuletakan diranjang, Songjin mengulat dan tangannya tiba-tiba saja melingkar pada pinggangku. Wajahnya mengusal diperutku, dan satuhal yang kutahu, wanita ini sedang mengajak berperang, “ya! kau tidak tidur, kan? ayo bangun!”

Kugoncangkan langsung tubuhnya berkali-kali, menusuk-nusuk pinggangnya, dengan telunjukku hingga akhirnya, kedoknya terbuka. Songjin tertawa terbahak hingga melemas, “Hahaha—ampun. Hentikan, Kyuhyun-ah!”

Dia menyambar tanganku dan langsung menyingkirkannya. Padahal aku sedang serius menggelitikinya. Tapi tenaganya jauh lebih kuat dari pada tenagaku kali ini. tidak heran. Songjin adalah salah satu diantara sedikit wanita yang ada dengan tenaga kuda—tersembunyi ditubuhnya.

“Sialan!” gerutuku, “kau membuatku menggotong karung beras menuruni tangga!”

Aku menjatuhkan diri disampingnya. kulebarkan dua tanganku besar-besar. Bibir pink Songjin mengerucut seketika mendengar sindiranku. Wajahnya sama sekali tidak bersahabat, tapi itu tidak menyurutkan niatku untuk mendapatkan yang satu ini.

“Yaak!”

Lagi. Songjin berteriak kencang dan memukul kepalaku dengan bantalnya seketika, saat aku mencium bibirnya kilat. Selalu seperti itu. “aku ini bebas virus. Bibirmu tidak akan bengkak seberapapun banyaknya aku mencium-mu. Cih!” desisku sebal.

Memilih bersantai, aku memejamkan mataku dari pada melanjutkan hal ini. mungkin saja akan menjadi perdebatan. Aku sedang tidak memiliki tenaga sama sekali. aku lapar dan aku lelah.

Saat aku sedang mengistirahatkan tubuhku. Tak kurang lima detik lamanya aku merasakan bibirku menjadi basah. Ketika aku membuka mata, Songjin sedang terkekeh tanpa dosa, “aku suka bibirmu.” Ucapnya dengan nada yang AKH—kenapa sih dia ini? “manis.” Tambahnya lalu mengecup lagi, dan setelahnya berguling kembali ketempatnya.

Menjadikan tanganku sebagai sandaran kepalanya.

Percaya padaku, efek yang dihasilkan wanita bertenaga kuda ini memang benar-benar ajaib. Aku yang sebelumnya merasa lelah, kini.. kurasa aku dapat melakukan banyak hal lagi hanya karena hal sederhana itu saja, yang tadi dilakukannya padaku.

Aku suka.

“besok.. kita jadi ke Bundang?”

Tanya Songjin ketika aku memutar posisi menyamping, menghadapnya, “Ya. tentu.” Jawabku. menyelipkan anak rambutnya dibelakang telinga.

“kita pergi berdua?”

“tepatnya tidak. Gyuwon, Siwon Hyung, Seohyun dan Henry ikut. ada apa?”

Air wajahnya mendadak berganti menjadi suram. Tangannya semula bermain pada salah satu kancing kemejaku, kini dihentikannya. Sebenarnya, aku paham. Entah nama pegawai baruku, ketua produksi itu memiliki sihir apa, hingga Songjin dapat langsung menjadi buruk seburuk buruknya, saat baru saja aku mengucapkan namanya.

Padahal aku tidak melakukan apapun lagi. dia bertanya, aku menjawab. Aku menjawab seperti biasa dan tidak kutambahi dengan embel-embel apapun lagi. itu sudah sangat jelas.

“Ya~”

“kenapa ada Seohyun juga?”

Tepat. Aku tahu Songjin akan menanyakan hal ini pada akhirnya. Dan aku telah menyiapkan jawaban tersederhana yang aku yakin dapat dicerna oleh otaknya yang minimalis. “karena aku ingin menunjukan pada ketua divisi produksi yang baru, bagaimana stategi pemasaran yang tepat, yang terjadi selama ini.” Jawabku singkat lalu tersenyum.

Aku menyapukan bibirku pada keningnya, mengecup cukup lama, “demi tuhan tidak akan lebih, Songjin. Percaya padaku.” tambahku kemudian meyakinkannya.

Sepertinya, aku perlu menambahkan penjelasan singkat terakhir itu karena Songjin terlihat masih menggantungkan tanda tanya dikeningnya. Pasti bukan karena stategi pemasaran yang kujelaskan, tapi tentang pertanyaan baru, mengapa Seohyun tetap harus ikut pada acara kali ini?

Aku menarik nafasku dalam, “Sudahlah, tanyakan saja. kau ingin tahu apalagi?” ucapku. Wajahnya terlalu mudah untuk dibaca dan dipahami. Namun yang mengejutkan adalah, Songjin kemudian menggeleng, “tidak. tidak ada lagi.” jawabnya lirih.

Bukan tidak ada. Aku yakin masih sangat banyak pertanyaanya, dari pertanyaan yang masuk diakal, hingga berbau fana tidak masuk akal, begitu…… mengkhayal. Buatannya. Khas Park Songjin yang memang aneh. Yang perlu dipertanyakan adalah, mengapa tiba-tiba dia kemudian menjadi mendadak tidak tertarik dengan tawaranku.

Saat aku membiarkannya banyak bertanya, dia malah tidak ingin bertanya apapun. Tapi ketika aku sedang malas diganggu oleh ratusan pertanyaan gila-nya, dia malah melempariku tanpa henti berbagai pertanyaan. Tsk!!

Aku ingin menjelaskan padanya, bahwa demi Tuhan tidak ada apapun lagi yang mesti dipusingkannya. Dan demi Tuhan, aku dan Seohyun—hubungan kami tidak lebih dari sekedar atasan dan bawahan. Demi Tuhan! aku sangat mencintainya. kenapa dia harus selalu berfikir aneh seperti itu setiap saat? Aku sama sekali tidak bisa memahami pola pikirnya.

Tapi kemudian, mengabaikan segalanya, Songjin bangkit terduduk dengan perlahan. Menggulung rambut panjangnya dan menjadikannya sebuah gulungan asal, hingga leher jenjangnya terekspos jelas. menggoda. “kau sudah makan?” dia berbalik menoleh padaku sambil menusukan sebuah sumpit yang entah kapan didapatnya itu.

Sudah. Aku sudah makan malam tadi. sebelum pulang, aku bertemu dengan Seohyun. Kami makan malam bersama, sambil aku menjelaskan kepada Seohyun tentang apa yang kutahu mengenai Shim Changmin dan Seohyun memberitahukanku segalanya, berita tentang Changmin.

Tentang pria itu yang kini telah mendapatkan apartemennya. Apartemen disamping Asia Pasific Rise Tower. Yang berarti, dia tinggal didalam gedung yang sama dengan gedung tempat tinggal Kim Eun Soo sekarang.

Itu artinya, dari tempatnya hanya berjarak 20 menit saja untuk sampai ke kantorku. Hanya berjarak 35 menit dari rumahku, dan hanya berjarak 15 menit saja dari butik milik Songjin.

Sialan.

aku tidak pernah sadar  bahwa Seoul sekecil ini. 

“belum. Kau?”

“aku menunggumu.” Jawabnya santai lalu bangkit berdiri didepan ranjang bertolak pinggang.

“kau mau kutemani makan?”

“kau juga harus makan. kita ke Bistro?” Senyum Songjin merekah cerah, ketika sudah berhubungan dengan hal yang disukainya, seburuk apapun moodnya—semua itu akan kalah dengan hal-hal sederhana kesukaannya.

Kali ini adalah makan. dasar karung beras! kuda nil!

“Oke.” Kataku cepat, “aku ganti baju dulu.”

~~ ~~

“Kau bilang, kau harus menemui dokter Han dua kali dalam satu minggu. Apa yang terjadi?” aku memasukan Jjajangmyeon satu gulungan penuh pada sumpit kemulutku. Sedangkan Songjin, kulihat sejak tadi tidak begitu berminat pada makanannya.

Padahal disini, akulah yang sudah super duper kenyang. Awalnya aku hanya berencana untuk menemaninya. bukan malah ikut makan seperti ini. tapi kini yang terlihat malah sebaliknya.

Songjin tidak sesemangat tadi ketika dia mengajakku kemari sedangkan makananku.. begitulah.

“Itu agak berlebihan. Menurutku. Karena, setahuku……memeriksakan kandungan, sebulan sekali pun sebenarnya tidak masalah.” Jelasku menambahkan. Dua kali seminggu itu artinya, dalam satu bulan, Songjin harus bolak-balik kerumah sakit sebanyak delapan kali.

Jadi menurutku, Delapan kali itu tidak wajar. Benar-benar tidak wajar. Memangnya, apa yang selalu dilakukan seorang dokter kandungan ketika pasien mereka datang untuk control rutin?

Apa saja yang mereka lakukan?

Apa yang membuat seorang pasien diharuskan datang dua kali dalam satu minggu? Ayolah, aku tahu Songjin memang cukup mampu menarik perhatian banyak orang lepas dari kebodohannya itu, tapi yang benar saja. dia bersuami.

Sudah bersuami.

“berapa usia Dokter Han?” aku teringat dengan satu hal itu dan menjadi begitu penasaran. dasar Ahjussi hidung belang! Mengambil kesempatan dalam kesempitan!

Namun tak lama, suara desisan menjawab pertanyaanku. Lengkap dengan wajah galak Songjin, cukup menyeramkan. “Dokter Han itu wanita, Cho Kyuhyun! Han Hyo Joo. Wanita! Dia seorang wanita berusia 45, bersuami—dan beranak 3.”

Songjin mengutukku dengan umpatannya. Jangan salahkan aku, dia sendiri tidak pernah menceritakan apapun tentang hal itu. kalau dia bercerita, setidaknya aku tidak akan merasa curiga seperti ini.

Mana kutahu kalau dokter kandungannya itu wanita? Mana kutahu kalau wanita itu sudah berusia 45 dan bahkan beranak 3? Eish~

“lalu kenapa kau harus datang sesering itu? pasti terjadi sesuatu sampai kau harus berulang memeriksakan kandunganmu kan? apa karena……… kebiasaan berdietmu yang—“ aku sungguh harus berhati-hati mengatakan yang satu ini karena pembicaraan mengenai hal ini, terlampau sensitive bagi Songjin, dan aku sama sekali tidak ingin membuatnya merasa tersinggung.

Tapi ditengah kesusah payahanku dalam mencari kata-kata yang tepat, kepala Songjin sudah lebih dulu menggeleng dan mulutnya menggumamkan penolakan, “Tidak.”

“……lalu?”

Songjin terdiam. Menarik nafas dan membuangnya perlahan. Tidak langsung menjawab pertanyaanku, dia malah meneguk lemon tea-nya terlebih dulu. “Tidak ada apa-apa. Hanya pemeriksaan rutin, lebih intensive.”

“…karena?”

“…… karena aku membutuhkannya.”

“Songjin—“

Tentu saja dia membutuhkannya. Semua wanita hamil pun butuh mendapatkan pemeriksaan rutin secara intensive tapi pertanyaanku bukan itu. pertanyaanku adalah, mengapa harus dua kali seminggu?

Songjin menjadi gelisah. Tak perlu berfikir lama, aku langsung paham, bahwa sesuatu pasti terjadi. sesuatu itu, pasti bukan hal yang menyenangkan untuk diberitakan, karena Songjin sedang berusaha menutupinya, dariku mati-matian. “Hey, bukankah aku pantas untuk mengetahui kondisi bayiku?”

Seketika Songjin melemparkan sorotan sinisnya padaku, “kalau kau merasa seperti itu, kenapa kau tidak pernah sekalipun mau menemaniku kerumah sakit?”

~~ ~~

“Biar aku saja,” kataku kemudian langsung menyingkirkan Songjin dari koper dihadapannya. Lalu dengan cepat, aku mulai memasukan beberapa pakaian yang telah disiapkan Songjin sebelumnya, memasukan kedalam koper. “kau tidur saja, besok kita pergi pagi-pagi.” Perintahku.

Songjin menyingkir. Dia memang menyingkir, tapi dia tidak beranjak sedikitpun dari ruang pakaian untuk menuju kasur dan malah duduk disalah satu sofa yang berada ditengah ruangan. Benar-benar keras kepala.

“Jangan salahkan aku kalau aku tidak pernah menemanimu control. Aku pernah bilang dulu, beritahu aku kapan kau harus control, tapi kau tidak pernah mengatakan padaku kapan jadwal controlmu. Kau juga tidak menuliskannya di Agenda atau ponselmu. Sayang sekali aku tidak berbicara bahasa kebathinan, jadi bukan salahku kalau terjadi perselisihan disini.”

“KAU—!” telunjuk Songjin mengacung lurus pada arah wajahku, “Sial! Kau membongkar ponselku??” amuknya. Dia marah aku membuka ponselnya? Tapi dia sendiri melakukan hal itu setiap harinya tanpa sepengetahuanku!

Kami impas. Kenapa dia harus marah begitu?

“padahal aku sudah memberikan password. Sialan, privacy memang hanya omong kosong!” Songjin masih mengumpat geram sambil meremas-remas pakaian ditangannya. Giginya bergemeretakan. Begitu tidak sukanya dia saat tahu aku membongkar ponselnya? Kalau begitu sekarang dia tahu apa yang selama ini aku rasakan.

“Aku ingat tanggal pernikahanku sendiri. lain kali, gunakan password yang lebih sulit. Bodohmu itu—tidak perlu kau perlihara.” Tawaku merebak. Dia memang bodoh. Park Songjin terlalu bodoh.

Songjin berakhir dengan menggerutu selama 20 menit setelahnya. Dia mengabaikan perintahku untuk istirahat lebih dulu, dan malah bolak-balik mengambil pakaian-pakaian kami untuk kami bawa ke Bundang besok. “….Kyu~”

“Hmmm…?”

“menurutmu…… siapa yang lebih cantik, antara aku dan Seohyun?”

Haah— Lagi..

Topik tanpa akhir. Seohyun. Saat ini telinganya pasti sedang berdengung-dengung.

Songjin menyerahkan beberapa helai pakaian lainnya padaku, untuk kumasukan kedalam koper dengan wajah muram. Mulutnya terbuka lagi, “Siapa?”

Ya Tuhan, dia ini banyak sekali maunya. Dan kenapa wanita senang sekali bertanya menggunakan pertanyaan yang jawabannya telah mereka ketahui? kenapa wanita selalu membingungkan?

Aku tidak tahu harus menjawab dengan cara seperti apalagi. Maka kemudian, aku membereskan satu persatu urusanku dulu. pakaian kami. “kau mau membawa ini?” aku mengangkat kain yang sejak tadi tergantung digagang pintu lemari tak jauh dari sisiku, dan sumpah sejak tadi itu mengganggu konsentrasiku. Aku bahkan tidak ingat mengapa pakaian itu bisa ada disana. tapi ini menarik.

Mata Songjin melotot bulat kepadaku ketika aku melebarkan lingerie hitam-nya, “kau sudah bosan hidup?” dia menggeram seperti singa. Hahaha, sudah kubilang ini akan menarik. “tapi ini cukup keren. kau  bilang, kita akan liburan, Hm?”

“letakkan!”

“Oke.” Aku menurut. Kusingkirkan gantungan yang melilit Lingerie ini dan meletakannya didalam koper. Tidak sampai satu detik, wajahku mendapatkan hantaman sebuah bantal kursi, “YAAAK!” Kurang ajar!

Wajah Songjin memerah semerah tomat, “apa salahku? Kau bilang letakkan. Aku meletakannya. Lalu kenapa?”

“bukan dikoper!!”

“kau tidak bilang, jangan dikoper. Kau hanya bilang, letakkan.” Sanggahku.

Wajah Songjin semakin memerah dengan mata mengerjab kaku. Ini benar-benar sangat menarik. “lain kali gunakan bahasa yang tepat untuk berbicara. Letakkan, tapi jangan dikoper. Begitu seharusnya, Nyonya Cho—“

“Cih! apa katamu saja, dasar mesum!”

Songjin kembali mengumpat dengan tangan terlipat didada. Dia benar-benar kesal. Wajahnya penuh dengan ekspresi bahwa dia ingin melemparkanku kejurang saat ini juga, jika hal itu benar dapat dilakukannya, HAHAHAHA!

Lagipula, nasib lingerie ini benar-benar kasihan. Aku yang membelinya dulu dengan maksud, agar Songjin dapat sedikit… bersikap seperti wanita normal pada umumnya, saat mereka mencoba menggoda para suami mereka, tapi sialnya aku hanya dapat membayangkan hal konyol itu saja.

Atau lebih buruk, aku hanya bisa melihat model wanita asing diposter yang memakainya dan tidak pernah sekalipun melihat istriku yang menggunakan ini. padahal aku yakin, Songjin akan terlihat cukup menarik ketika memakainya.

Tidak. bukan. mungkin akan cukup menarik.

Atau…sangat menarik.

Ya, seperti itulah pokoknya.

Setelah packing usai, kulihat Songjin masih sibuk dengan buku dan pinsilnya. Ketika aku menghampiri, kulihat dia sedang menggambar sebuah sketch pakaian. Menarik. Cukup menarik. Gambarnya bagus. Aku tidak cukup mengerti dengan hal seperti ini, jadi aku tidak dapat mengomentari apapun tentang hasil kerja tangannya. Biasanya Songjin akan membuat banyak sketch diwaktu luangnya.

tumblr_m7637y5cPE1r1tik5o1_1280

Kurasa Desain Visual arts memang cocok untuknya. Mendesain adalah keahliannya. Selain makan, tidur, mengomel, menghajarku, membuat masalah dan membuatku pusing. “…… Jadi, siapa?”

“Siapa?”

“aku atau Seohyun?”

Aish~ pertanyaan ini lagi.

Aku menarik nafasku dalam dan membuangnya kencang. sabarlah Cho Kyuhyun… sabar. Kau harus banyak bersabar jika tak ingin rambutmu cepat memutih.

“Kau.” Jawabku setelah mengulur tali kesabaranku. “tentu saja kau.”

Lirikan mata Songjin yang begitu menusuk menggambarkan bahwa dia menganggapku membual dengan jawabanku. Inilah yang tidak kusukai,. wanita memang benar merepotkan.

“kau bertanya. Aku  menjawab. Setelah kujawab, kau malah marah. kau bertanya pendapatku kan? itu jawabanku. Aku tidak suka bermulut manis. Kalau aku suka, aku akan berkata suka. Kalau tidak, ya tidak. kau tanya, siapa yang lebih cantik menurutku antara kau dan Seohyun? Menurutku, kau lebih cantik. Menurutku, kau tercantik dibandingkan dengan siapapun, walaupun diluar sana, memang banyak sekali wanita yang jelas lebih cantik darimu. Tapi itu bukan menurutku. Menurutku, ya kau. kalau kau tidak terima, kenapa kau bertanya?” hardiku ketus. Menjelaskan masalah sepele seperti ini saja, aku harus menghabiskan pasokan oksigenku.

Tsk, astaga… Park Songjin ini memang benar-benar lain dari pada yang lain.

“Sudahlah, ayo tidur. Aku lelah!” putusku dan tanpa memerdulikan tanggapannya, kuseret Songjin bersamaku menuju kasur.

Mataku telah memejam, tapi kemudian Songjin membuka suaranya setelah bersingut mendekat padaku, “menurutmu, siapa yang lebih menarik? Seohyun atau aku?”

Ya Tuhan……

“Seohyun.” Jawabku cepat. tubuh Songjin dalam dekapanku terasa bergerak… berubah menjadi kaku. Hening.

Beberapa menit sengaja tidak kubuka mulutku dan keheningan itu semakin menjadi. Saat aku membuka mata, yang kudapati adalah mata bulat besar itu sedang memandangiku seksama dengan sorot tak terdefinisi.

Datar.

Nafasku kembali lolos menderu, kalau terus seperti ini bukan tidak mungkin aku bisa mati muda. “Seohyun?”

“iya. Seohyun. Menurutku, Seohyun menarik. Sangat menarik.” Kepalaku mengangguk seraya ucapaku. Lalu aku kembali merunduk untuk memandang Songjin.

Wanita ini masih terdiam.

“pertanyaanmu salah lagi. apa kataku tadi? gunakan bahasa yang tepat. Harusnya, bukan seperti itu pertanyaanmu. Kalau kau bertanya siapakah yang lebih menarik, aku tentu akan menjawab Seohyun. Dia memang menarik dan sebagai seorang pria, jawabanku tentu akan Seohyun. Permasalahannya disini adalah, apakah aku tertarik dengan Seohyun? karena menarik dan tertarik adalah dua hal yang berbeda!” alisku terangkat. Menjelaskan panjang lebar pada Songjin, aku bahkan ragu dia akan mengerti.

Tapi aku tidak ingin Songjin berpikiran yang bukan-bukan lagi, “Seohyun menarik. Tapi aku tidak tertarik dengannya.”

“Jadi Seohyun itu cantik? Lebih cantik dariku?”

“aku bilang dia menarik, bukan lebih cantik darimu.”

“Jadi dia jelek?”

“dia tidak jelek. Tapi bagiku, dia tidak lebih cantik darimu.”

“iya.. itu artinya, dia jelek— Menurutmu, karena tidak tidak lebih cantik dariku?”

Ya Tuhan.. Astaga!!! kepalaku!!!

“kau cantik..karena itu untukku, kau menarik. itu sama seperti yang selalu kau katakan bahwa seorang wanita dapat terlihat seksi tanpa harus menggunakan pakaian seksi. Analoginya, seperti itu—“

“……………sebentar.. aku bingung. Jadi—maksudmu itu hngg….”

“Sudahlah, Songjin.. akan sampai kapan kita berdebat karena topik siapa lebih cantik dari siapa. siapa lebih menarik dari siapa. kau sangat cantik dan menarik. Untukku, yang tercantik dan termenarik. Sudah tidak perlu dibahas lagi. aku lelah.” Kataku setengah berputus asa.

Untuk membungkamnya, kueratkan rengkuhanku pada tubuh Songjin. sepertinya, istriku yang bodoh ini masih mencoba mencerna kata-kataku—mungkin baginya, ucapanku tadi masih terasa membingungkan untuknya.

Dan bukan tidak mungkin, dengan kalimat sederhanaku, kepalanya dapat mengeluarkan kepulan asap karena bekerja ekstra.

“Aku sangat sangat sangat mencintaimu—“ Ujarku tulus. Dia tidak pernah tahu seperti apa aku merasakan hal mengerikan itu. dia telah mengikatku, entah menggunakan apa hingga aku selalu merasa jatuh pada lubang paling dasar. Hingga merasa bahwa sebenarnya, bukan kami saling membutuhkan, tapi akulah yang lebih membutuhkannya.

Songjin tidak benar-benar membutuhkanku, sedangkan akulah yang akan merasa tercekik karena disini, akulah satu-satunya yang berusaha untuk mempertahankan apa yang ada.

Walau tingkah konyolnya, kadang membuatku sadar bahwa aku hanya berfikir bodoh tentang hal itu. Bahwa kami sama-sama saling membutuhkan. Songjin dapat membuatku merasa pintar dan bodoh disaat yang sama.

Songjin mengusalkan wajahnya pada tubuhku, dia menarik tubuhku sama kencangnya seperti aku yang mendekapnya. Untuk beberapa saat, aku paham bahwa mungkin dia merasakan kekalutan, tapi tak lama, senggukan halus membuatku sadar bahwa dia sedang menangis.

“Ya!—“

Aku ingin menarik tubuhnya menjauh, melihat wajahnya, tapi Songjin malah menarikku lebih kencang, “cinta saja tidak cukup, Kyuhyun-ah.” Tukasnya sendu, menangis lebih kencang.

Aku mulai tidak paham lagi dengan pola pikirnya. Aku tidak paham dengan segala yang terjadi malam ini. Topik awal percakapan kami itu… Seohyun kan? lalu sekarang, kenapa kami jadi membicarakan omong kosong seperti ini? Maksudnya.. cinta saja tidak cukup itu apa? “kau kenapa?” tidak dapat melihat wajahnya, aku kemudian hanya dapat menyandarkan daguku diatas kepalanya sambil mengusapi punggungnya perlahan-lahan.

Tidak ada jawaban apapun selama banyak menit selanjutnya. Songjin hanya diam dan menangis. diam dan menangis. seperti menangis dapat menyelesaikan persoalannya. Hingga entah berapa menit setelahnya, hanya suara sisa senggukan dan basah, pada kaosku saja karena Songjin membenamkan wajahnya disana sejak awal tadi.

“Aigoo~ Park Songjin. kau benar-benar bodoh rupanya. Tsk!”

“………”

“Aku menyayangimu, Songjin. Demi tuhan, kau ini kenapa sebenarnya?”

“…… sayang saja juga tidak cukup. Tidak akan cukup”

“lalu aku harus bagaimana?”

“aku tidak tahu~”

Helaan nafasku menjadi lebih panjang dari pada sebelumnya. mataku memejam dan susah payah aku berkata pada diriku sendiri untuk aku agar tetap mengulur tali kesabaranku.

“Tsk— mood swing. wanita hamil memang benar-benar menyebalkan. Sudahlah, Sayang, kau benar-benar harus tidur sekarang. ini sudah sangat malam. kita harus tidur, besok kita akan pergi pagi.”

“……menurutmu sampai kapan kau bisa terus melakukan itu?” tiba-tiba Songjin memundurkan wajahnya. Aku dapat melihat wajahnya lagi yang memerah dengan hidung yang tak kalah merahnya dari hidung badut di taman bermain.

“melakukan apa?”

“itu—“

“apa?”

“yang itu.”

Keningku berkerut. Berfikir, lalu aku tahu maksud pertanyaannya. Tapi ada apa dengan lidahnya? Apa berkata aku mencintaimu kepada suami sendiri terasa terlalu berat untuknya?

Aku menaikan satu alisku tinggi dan mencoba membuat Songjin melakukan lebih dari pada sebelumnya, “yang itu, yang mana? Melakukan apa?”

“yang tadi, yang kau bilang padaku tadi.”

Mencintaimu. Aku tahu. coba katakan!

“yang mana Songjin? sejak tadi aku banyak bicara denganmu. Jelaskan lagi, persempit. Bagian yang mana?”

“Tsk!” merasa putus asa, Songjin berdecak kencang. melirik Sinis padaku, lalu tiba-tiba membalik tubuh memunggungiku. “Sudahlah, lupakan.” Ucapnya menghentikan paksa perdebatan tak berujung ini. Wajahnya berubah menjadi seburuk pantat panci ketika dia tengah kalah dalam perdebatan yang dibuatnya sendiri.

Aku ingin tertawa, tapi juga merasa kesal dengan sikapnya. Selama ini dan sejauh ini, sepertinya hanya aku sajalah yang selalu meyakinkannya bahwa aku mencintainya, tapi tidak dengannya. “Tsk..Tsk. Cho Songjin,” kepalaku menggeleng heran.

Sambil merapatkan dadaku pada punggungnya, memeluknya kencang dan berhasil mencuri ciuman ringan pada pipinya. Mataku kembali memejam rapat, “Berkata aku mencintaimu dengan suami sendiri, ternyata seperti mengunyah pil pahit ya untukmu?”

155 thoughts on “[Post For Kyuhyun’s Birthday] Birthday Disaster 4

  1. Jadi episode saling cemburu…
    Padahal mereka hanya terlalu kalut dengan pikiran mereka sendiri…
    Sebenarnya mereka juga amat sangat saling mencintai kan…

  2. kyuhyun sm songjin masih berpikiran posisi mereka terancam, ternya obrolan kyuhyun sm seohyun itu tentang changmin, aku penasaran banget sm reaksi songjin kalau bertemu changmin…..

  3. Changmin datang, konflik pun akan datang.?
    Ntar bakal berat kah konfliknya?
    Mengenai kyuhyun yang bilang ”sangat3x mencintai songjin” trus respon songjin kalau cinta aja ngga bakal cukup..
    Apalagi kalau udah masuk kategori hubungan antara suami istri,,
    aku paling suka inti cerita bagian yang itu Kak,menurutku hal itu selalu ada mengikuti setiap pasangan dalam kehidupan nyata..
    Dalam suatu hubungan memang bener loh modal cinta aja ngga akan cukup untuk bikin hubungan jadi longlast..
    Keren lho kak bagian itu,, 🙂 🙂

  4. ternyata mereka ber2 sama-sama ngerasa terancam wkw
    eeh ternyata seohyun pen deketin changmin, tapi changmin malah minta kontaknya songjin
    uokelah masalah baru bakal muncul huahaha
    mereka ber2 sering banget ya berantem yg gk guna haha
    tapi gapapalah itu malah yg bikin keren jalan ceritanya hihi

  5. Gak ngerti sama jalan pemikirannya pasangan gila ini… hidup aja dibawah tanah biar pada gak ada yg ganggu. Hhn changmin kembali lagi pula, panas panas deh

  6. kyuh tdk sadar bwh dia jg sm spt songjin cemburu,mereka bdua terlalu gengsi utk mengakuinya.kyujin memang sllu meributkan sesuatu yg sbenarnya gk penting utk d ributkan,tp itulah keseruan,d bumbu2 dlm rumahtangga kyujin.

  7. My fav couple. Luv. Suka sebenernya kalo kyuhyun sm songjin tuh berdebat ngena bgt apalagi kalo kyuhyunnya udah ngomong serasa pengen nangis sih songjin dimarahinnya gitu hehehe

  8. Ini mah dua2 nya sama2 cembru, sma2 takut kehilangan.
    Dn suka bget klo mereka lg brdebat lucu gitu apalagi songjin hhaha

  9. Wuaaah, nemu cerita kayak gini tapi yang lain di protect jadi langsung baca part 7 agak kurang paham ceritanya tapi tetep keren 😅. Izin baca part yang lain ya kak 😊

  10. Makin kesini kok aq pikir klo songjin tuh orgnya tertutup .. dia ga mau ungkapin apa yg dia rasa .. tpi kyuhyun sebaliknya dia blak2an ngomong yg dia rasa.. sayangnya songjin kaya kurang percaya gitu .. pusing deh

  11. Kyuhyun sukanya ngremehin hal kecil, ga nyadar kalau masalah kecil ditumpuk tiap hari bisa berubah jadi bom di kemudian hari. Sakitnya itu pas udah lupain jadwal check up songjin terus turunin songjin sebelum nyampe ke kantor; tanggung amat bang 😣 niatnya kyuhyun buat songjin jadi mandiri tp dari pandangan songjin beda lagi maknanya😐

  12. Pasangan yang pencemburu…kkkk
    kyujin ini sama sebenarnya…dua duanya kalo lagi cemburu jadi over protective…hhhh
    wahh…apa jadinya kalo changmin beneran comeback…??
    pasti kyujin bakalan berantem lagi dehh….

  13. Hahhhhhhh songjin disuruh naik kereta padahal udah deket kantor. Gk gitu juga sih kalo mau ngajarin arti disiplin. Fighting songjin!!!!

  14. hahaha inget tempat woiiiiiiii. Kasian sama pengunjung mall yg masih jomblo. Yaampun kyu ngajakin ibu hamil lari-larian-_-

  15. hadeuh malah sekarang kyuhyun yg merasa posisinya terancam gara² changmin kembali, wanita hamil memang beda apakah karena hormon atau yg lainnya😂😂

Leave a reply to juniar Cancel reply