[KyuJin Series] – Missing You Like Hell


[KyuJin Series]

-When Mommy Isn’t at Home-

-Missing You Like Hell-

-Cho Kyuhyun | Cho Hyun Gi | Cho Songjin-

PG – 13

 

Malam itu sebelum tidur, Kyuhyun telah memutuskan dua hal— hasil pemikiran kerasnya sepanjang hari. Dimulai dari malam ini, Kyuhyun melakukan rencananya.

Pertama, memotong rambut Hyun Gi. “percaya pada Appa, akan ada banyak sekali wanita yang menjerit histeris karena ketika kepalamu kosong tanpa rambut, kau terlihat lebih menggemaskan.” Jelasnya kepada Hyun Gi.

Bayi itu nampak takut ketika Kyuhyun memegang alat pencukur jenggot— tentu saja, seharusnya alat itu tidak digunakan pada bayi berusia belia seperti itu, namun ini adalah Cho Kyuhyun. Siapa yang tak kenal keanehan pria tampan ini?

Tangan kiri Kyuhyun mulai mengangkat mesin tersebut. Suara tangisan Hyun Gi teredam oleh bisingnya alat pencukur otomatis itu sedangkan tangan kanan Kyuhyun memastikan Hyun Gi tidak melakukan hal aneh, seperti, mungkin saja bergerak brutal hingga mesin tersebut akan tanpa sengaja, malah menyakiti tubuh kecilnya.

Kyuhyun memeluk Hyun Gi erat. Dalam pelukan itu, terdapat belaian lembutnya dan kata “Appa disini sayang~” yang dilontarkan begitu lembutnya, supaya Hyun Gi tak merasa lebih takut daripada saat ini, walau agaknya, hal tersebut percuma saja. Cho Hyun Gi tetaplah seorang Cho Hyun Gi yang selalu takut pada hal baru, remeh, dan asing.

Ah, Kyuhyun tahu persis dari mana sifat itu berasal.

Day – 4

 

Pagi-pagi sekali Kyuhyun sudah berada diruang kerja dirumahnya pada lantai 3. Ini masih pukul 4 dini hari. Kyuhyun tak lagi sanggup untuk berdiam diri seperti orang tolol karena sejak hari pertama kepergian Songjin dirinya terus menerus memberikan kabar mengenai putra mereka namun tak pernah sekalipun Songjin memberikan balasan.

Ada beberapa kemungkinan, mengapa Songjin melakukan hal tersebut. Kyuhyun mencoba mencari tahu seorang diri mengapa, dan satu-satunya yang terlintas didalam benaknya hanyalah mungkin saja Songjin lupa membawa kabel charger ponselnya.

Maka tadi sebelum menuju ruang kerjanya, Kyuhyun lebih dulu menghampiri meja penyimpanan seluruh alat elektronik dirumahnya yang berada didepan ruang santai. Salah satu laci disana menyimpan seluruh kabel charger untuk seluruh gadget miliknya dan Songjin— namun nihil. Kabel itu tak ada. Songjin membawanya.

Karena hal itulah kini Kyuhyun duduk termenung dikursi besarnya. Matanya terus memandangi monitor besar dimejanya, namun fokusnya tak sedang disana. Jadi, kemungkinan apalagi alasan mengapa Songjin tak kunjung menghubunginya?

Lantas Kyuhyun menatap ponselnya. Tangannya mulai bergerak, memerhatikan seluruh pesan pesan singkatnya bagi Songjin. Semua pesan singkat itu terkirim. Jika ponsel milik Songjin mati, pastilah seluruh pesan singkat itu tak memiliki tanda terkirim.

Saat awal kepergian Songjin, Kyuhyun dan Songjin memang memiliki keributan kecil. Adalah masalah kepergian Songjin yang sebenarnya hingga kini masih Kyuhyun kesalkan. Dia tak pernah suka ketika wanita barbar itu tak berada dijangkauannya, lucunya, hal itu telah dirasakannya sejak sangat lama. Jauh sebelum mereka menikah. Dulu Kyuhyun merasa itu hanyalah sebuah perasaan biasa yang muncul karena mereka terlalu sering menghabiskan waktu bersama.

Namun lama kelamaan, Kyuhyun mulai merasa janggal. Pasti terdapat sesuatu yang lain jika dirinya selalu merasa selalu-ingin-berada-disekitar Park Songjin yang sungguh senang menyiksanya itu. Entah apa alasanya. Kyuhyun hanya merasa nyaman, ketika Songjin sungguh berada pada jangkauannya.

Lalu pergi satu pekan, hanya untuk Seoul Fashion Week— yang akan diadakan didua tempat, pertama Jeju dan kedua tentu saja Seoul, apa itu namanya tidak keterlaluan?

Satu pekan?

Baiklah, ini akan terdengar cukup berlebihan tapi seperti inilah yang terjadi adanya. Meninggalkan wanita galak itu hanya untuk bekerja— mendatangi gedung Millennis, dan meninggalkan rumah selama 8 jam saja, rasanya cukup mencekam. Sebenarnya, Kyuhyun tak tahu apa yang harus dilakukannya, jika lebih dari 8 jam yang mengerikan itu, akan menjadi berkali lipat banyaknya. Lalu kini, dirinya sedang merasakannya.

Kyuhyun mulai memeras otak. Apa mungkin pertengkaran ‘kecil’ itu menimbulkan kemarahan besar pada Songjin hingga tega tak menghubunginya sama sekali?

Jikapun iya, bukankah yang bertengkar adalah mereka saja? jika memang iya, maka yang patut dimusuhi hanyalah dirinya— bukan Hyun Gi ikut dibawa-bawa sampai bayi lucu itu bertingkah tak wajar pada takaran bayi.

Memangnya dimana ada bayi berusia 7 bulan yang sanggup menahan air mata saat dirinya ingin menangis kencang? bukankah itu yang para bayi biasa lakukan? Menangis?

Bahkan tadi ketika Kyuhyun mencukur sedikit rambut Hyun Gi, akhirnya bayi laki-laki lucu nan menggemaskan itu menangis juga. Apa menahan rindu bertemu seorang ibu tak lebih besar dari ketakutan pada suara mesin pencukur rambut? Bukankah itu terdengar cukup aneh?

Cho Hyun Gi sanggup bertingkah cukup kuat untuk menahan tangis karena rindu, namun tak cukup kuat untuk suara bising mesin pencukur rambut.

Sungguh inilah yang tak ingin Kyuhyun temui lagi. Putranya masih berusia 7 bulan dan tak boleh berpikiran lebih daripada usianya. Atau setidaknya tidak sekarang. Biarlah Hyun Gi menjadi Cho Hyun Gi— bayi 7 bulan menggemaskan dengan tubuh gempal, dua bakal gigi dan perilaku hyperaktif yang menyeramkan.

Biarlah Cho Hyun Gi tetap menjadi bayi dengan kemampuan bahasa mengerikan pada tahap awal pengenalan kosakata. Sering mengatakan ‘NO’ pada seluruh pertanyaan apapun untuknya— dan menggilai biscuit cokelat.

Memikirkan hal tersebut Kyuhyun semakin memantapkan tekadnya. Kali ini, adalah waktu tepat untuk menjalankan rencana keduanya.

Pagi ini juga, mereka— Kyuhyun dan Hyun Gi, akan menghampiri wanita kejam itu— Park Songjin, dengan penerbangan paling pagi. Titik!

** **

Pukul lima kurang sepuluh Kyuhyun sudah selesai mengepack barang-barang. Dia tidak membawa banyak pakaian. Hanya dua helai kaus, satu kemeja dan sisanya adalah pakaian Hyun Gi dalam jumlah lebih banyak daripada miliknya, namun tak cukup banyak untuk bermalam lebih dari satu hari.

Semua pakaian dan barang-barang itu dimasukkannya kedalam sebuah ransel hitam. Ditangan Kyuhyun terdapat satu buah popok yang akan dikenakannya pada Hyun Gi. Memandikan bocah itu sepagi ini sungguh tak berprikemanusiaan. Jadi Kyuhyun hanya akan mengganti pakaian Hyun Gi dan popoknya saja.

Namun pria tinggi itu tampak terkejut ketika telah menemukan putranya sudah terjaga. Mata Hyun Gi terbuka sangat lebar. Yang dilakukan Hyun Gi hanya berada diatas ranjang sambil mengemut ibu jarinya saja. tak bergerak, tak bersuara— begitu tenang.

“Well, kau memudahkan Appa kalau begitu.” Kata Kyuhyun merangkak naik ke ranjangnya kemudian malah terkejut ketika melihat Hyun Gi sudah berlinang air mata. Hyun Gi melepas ibu jarinya, memandangi Kyuhyun seolah dirinya baru saja ditinggalkan untuk ribuan tahun lamanya.

Selain mata Hyun Gi yang berkaca-kaca, bibir mungilnya bergetar, hidungnya kembang kempis dan wajahnya telah mengernyit. Sudah ada sedikit kerutan tipis dikeningnya— namun hanya ada satu titik utama mata Kyuhyun, yaitu mata Hyun Gi.

Kyuhyun sungguh tak bisa menebak apakah Hyun Gi baru saja menangis, kemudian mengemut ibu jarinya lalu berhenti menangis, atau malah baru saja akan menangis, melihat genangan air mata disana.

Sebenarnya Kyuhyun tak benar-benar merasa iba— karena dengan potongan rambut baru seperti ini, Hyun Gi tampak 2 bulan lebih muda dari usia aslinya. Kepalanya terlihat sangat bundar dan wajahnya nampak begitu mungil.

Kadang, pemandangan seperti inilah yang Kyuhyun inginkan. Dia tak ingin Hyun Gi tumbuh begitu cepat. Jika kau adalah orang tua, kau akan paham dengan perasaan semacam ini. percayalah.

Belum Kyuhyun sempat berbicara apapun— Cho Hyun Gi berguling menghadap Kyuhyun. Tangan mungil itu memanjang menggapai wajah ayahnya. Menyentuh seperti biasa, seperti terdapat tombol-tombol bergambar lucu diwajah tampan itu. jari-jari Hyun Gi yang mungil dan gemuk menekan-tekan mata, hidung, pipi serta bibir Kyuhyun, sedangkan Kyuhyun sambil memejam, menangkap telunjuk kecil Hyun Gi dengan mulutnya.

“— Appa makan jarimu ya!” katanya bergurau. Suaranya tak terdengar jelas karena didalamnya terdapat separuh jari gemuk telunjuk Hyun Gi. Kemudian matanya terbuka perlahan. Tak ada jeritan apapun yang Kyuhyun dapat, tak seperti biasanya. Tak ada teriakan “NO!!!” kala dirinya mulai menjahili Hyun Gi.

Tak butuh waktu lama. Hanya kurang dari tiga puluh detik, putranya itu menangis begitu kencang. Kyuhyun tak terkejut sama sekali. Dia seolah tahu saja, bahwa Hyun Gi memang akan melakukan ini. menangis kencang sambil memeluknya— hingga kemudian yang Kyuhyun lakukan adalah menarik bayi itu pada pelukannya lebih erat dan merubah posisi menjadi duduk, lalu berdiri.

Sambil menepuk-tepuk bokong Hyun Gi, Kyuhyun berjalan-jalan kecil memutari kamarnya. Mulutnya merapali kata yang sama ketika putranya itu menangis karena mendengar suara bising alat pencukur jenggot berupa, “Appa disini sayang~” sebelum kemudian pada akhirnya, hanya senandung yang dilontarkannya.

Lalu sambil masih mengeluarkan sengukan, Hyun Gi meletakkan kepala dibahu Kyuhyun. Bayi itu langsung menenggelamkan wajah dibahu ayahnya yang tegap. Telinganya mendengar suara merdu Kyuhyun, dan matanya memejam sampai akhirnya, Cho Hyun Gi kembali tertidur.

Itu jauh lebih baik daripada menangis karena tak mengerti dimana eomma berada. Bertanya-tanya, mengapa eomma tak terlihat beberapa waktu belakangan ini? betul ‘kan?

 

** **

“ke pagelaran Busana ‘Seoul Fashion Week’ sekarang!” adalah perintah Kyuhyun langsung tanpa berbasa basi pada seorang supir taxi. Tak lupa Kyuhyun menunjuk sebuah baliho besar yang menampangkan gambar wanita berbusana megah berwarna silver penuh kilau berwajah familiar.

Siapa lagi wanita itu kalau bukan Kim Eun Soo?

Disana tertera dengan jelas tulisan “Seoul Fashion Week” dengan penjelasan dua lokasi dimana acara tersebut akan digelar, lalu tanggal dan waktu.

Diperlukan waktu 45 menit lamanya untuk sampai ke lokasi, International Convention Center Jeju di Jungmun resort, Seogwipo. Supir taxi yang Kyuhyun naiki tampak gugup saat membangunkan Kyuhyun yang tanpa sengaja tertidur dalam perjalanan.

Supir taxi itu memberitahu Kyuhyun bahwa mereka telah tiba dilokasi. Ini masih pagi, namun sudah banyak sekali mobil-mobil bermerek yang terparkir disana. Kyuhyun sampai berdecak heran melihatnya. Tanda-tanda kesibukan telah terlihat disepanjang koridor masuk.

“ah, ya berapa?” wajah Kyuhyun tampak kusut ketika bertanya kepada supir taxi dalam kisaran usia 40-an itu. Hyun Gi didalam baby carrier didadanya tertidur seperti biasa, sambil mengemut ibu jari.

“—itu” Han Bong Gu. Kyuhyun membaca kartu pengenal supir taxi itu diatas dashboard. “kau, Cho Kyuhyun, ‘kan?”

“yeah.” Kemudian Kyuhyun terlihat sama kikuknya dengan supir taxi paruh baya ini. “aku Cho Kyuhyun.”

“begini, istriku sangat menyukaimu. Kalau boleh, aku meminta tanda-tanganmu saja sebagai bayaran perjalanan ini, apa bisa seperti itu saja?”

bagai dilempar sebongkah batu besar tepat diwajah, Kyuhyun terperanjat usai mendengarnya. Telinganya masih sehat. Dia benar mendengar— bahwa baru saja ada seorang supir taxi menolak untuk dibayar karena ingin mendapatkan tanda-tangannya.

Biasanya yang meminta tanda tangannya adalah Henry, pada tumpukan laporan-laporan, proposal, atau surat-surat keterangan lain yang membutuhkan acc-nya. Kini, seorang pria paruh baya memintanya untuk bayaran perjalanan, dari airport sampai lokasi tujuan si penumpang.

Kedengarannya cukup aneh, dan menjijikan bagi Kyuhyun. Namun Kyuhyun sedang tak memiliki minat untuk menjelaskan bahwa tak perlu bertingkah seperti dirinya adalah seorang idola. Dirinya hanyalah Cho Kyuhyun. Tak ada suatu keistimewaan apapapun lagi selain itu.

Sementara ditengah padatnya jaringan-jaringan sel diotak Kyuhyun yang bekerja, supir taxi itu telah menjulurkan sebuah mini note book serta pulpen.

Masih dalam kondisi setengah sadar, dirinya dimintai tanda-tangan, anggap saja oleh penggemar perantara, Kyuhyun menggoreskan tinta diatas kertas disana. Dia lalu memberikan note book itu lagi kepada supir taxi tersebut dengan selembar uang 50.000 won sebagai tarif perjalannya.

“aku tidak ingin bersikap jahat dengan tidak membayar fasilitas yang kugunakan, Ahjussi. Terima saja uangnya ini hakmu. Dan terima kasih banyak tumpangannya.” Kemudian Kyuhyun tersenyum lebar. Keluar meninggalkan mobil taxi serta supirnya yang sedang terpana setengah mati atas sikap seorang Cho Kyuhyun yang tak dikiranya.

Dia pernah menonton salah satu acara berita televisi dengan bintang tamu Cho Kyuhyun. Dia juga pernah membaca profil pebisnis muda itu. dia hanya tak menyangka saja bawa sikap asli pemuda dingin— yang selama ini dilihatnya ditelevisi berbanding terbalik dengan aslinya.

Sungguh, dia harus memberitahu hal ini nanti kepada istrinya.

** **

 

“Kyuhyun Oppa!” Luna, gadis yang dulu pernah dipekerjakan Songjin sebagai asistennya sebelum Bello wedding dress house, butik milik Songjin ditutup secara sepihak, penuh drama dan segala air mata itu— terperanjat melihat Kyuhyun berada didepan mejanya.

“dimana Songjin?”

“huh?”

Luna masih kehilangan setidaknya 50 persen kemampuan otaknya. Cho Kyuhyun dihadapannya terlihat sepuluh kali lebih menawan daripada yang dilihatnya terakhir kali. Selama itu, Luna hanya melihat Kyuhyun dari televisi atau media cetak saja.

Kemudian bayi lucu dengan pipi menggelembung kemerahan itu terlihat luar biasa menggemaskan untuknya. pantaslah mendadak Luna kehilangan daya pikir otaknya— sampai Kyuhyun menjentikkan jari tepat didepan mata Luna, lalu gadis itu kembali kesadarannya.

“Songjin. Dimana Songjin?” Kyuhyun mengulangi pertanyaannya— kini lebih tegas nadanya. Matanya memerhatikan sekitar. Hanya ada gulungan kain-kain berserakan. Patung-patung dengan gaun— Kyuhyun begitu yakin bahwa itu adalah hasil kerja Songjin, entah bagaimana.

“Songjin eonni—“ Luna malah ikut terlihat pelik memerhatikan sekitarnya. Gadis itu seperti benar-benar kehilangan daya kerja otak, ditambah gravitasi karena sedari tadi memegangi meja dibelakangnya erat-erat.

Luna menoleh kebelakang pada mejanya, sama seperti Kyuhyun. Keduanya sama-sama melihat kertas-kertas sketsa nyaris menutupi seluruh ukuran meja. Dari situ Kyuhyun tahu bahwa sebelum kedatangannya, Luna pasti sedang begitu serius memerhatikan detail gambar-gambar pakaian tersebut, walau Kyuhyun tak tahu pasti apa yang sebenarnya perlu diperhatikan dari sebuah sketsa. Lagipula dirinya memang tak memahami fashion sebaik Songjin.

“eonni…” Luna berpikir keras hingga memejamkan mata. “Ah!” Tiga detik barulah Luna sadar, dia tak perlu repot-repot memikirkan dimana Songjin. Dia hanya perlu membawa Kyuhyun si ayah muda mahatampan ini memasuki ruangan kaca didepannya, dan ayah mahatampan ini— bersama bayi mahalucu digendongannya bisa mencari sendiri, orang yang dicarinya.

Lalu Luna berjalan mendahului Kyuhyun setelah memeritah bergaya bossy berkata “ikuti aku!” bersamaan dengan, membuka pintu kaca dihadapannya.

** **

“lilitkan bagian ini sampai kain ini habis, seperti ini. lalu lipat ujungnya dan ini tidak memerlukan jarum, atau pengait apapun. Hanya sesederhana ini saja. aku bisa jamin ikatan ini kencang.”

telinga Kyuhyun sudah begitu lama— menurutnya, tak mendengar suara familiar itu. rasanya dia hampir lupa jika tidak mengikuti kata hatinya untuk melawan ego, mendatangi tempat megah ini.

sementara hal serupa terjadi pada Cho Hyun Gi. Semula bayi itu sedang tidur begitu lelap. Usai menangis panjang pagi buta tadi, selama diperjalanan hingga saat ini Hyun Gi tak juga terbangun. Lantas saat mendengar suara familiar itu, matanya ikut terbuka perlahan-lahan— seperti mengintip, yang lama kelamaan tak lagi tampak seperti mengintip.

Dua laki-laki marga Cho itu melihat wanita yang sama— sangat sibuk, begitu sibuk— terlalu sibuk sepertinya malah. Berjalan menuju satu wanita kewanita lainnya. Tingginya terbabat habis oleh para model super jenjang itu namun sepertinya kali ini Park Songjin tak mempermasalahkan hal tersebut.

Usai menjelaskan kepada seorang pekerja mengenai maksud model pakaian rancangannya, Songjin berjalan menghampiri model lainnya. Kadang Songjin membantu untuk memasangkan pakaian-pakaian berwarna-warni tersebut.

Kadang merapikan bentuk lekukan-lekukan digaun-gaun itu agar tampak jauh lebih sempurna, dan kadang, Songjin perlu untuk menaiki bangku untuk sampai menyentuh kepala para model kelas dunia itu untuk membantu mengenakan topi atau hiasan kepala lainnya.

Mungkin karena Hyun Gi hanyalah seorang bayi dengan kosakata terbatas, dia hanya sanggup diam memerhatikan Songjin. Dia tak tahu apa-apa dari percakapan-percakapan itu, sungguh. Yang Hyun Gi ketahui hanya satu. Wanita didepan sana, yang sedang berbicara tanpa berhenti itu eomma!

Kemudian, Kyuhyun berbeda lagi reaksinya. Kyuhyun tak tahu harus berbicara apa. Seperti baru saja melihat sumber air ditengah gurun padang pasir. Seperti, baru saja melihat semangkok jjajangmyeon ditengah rasa laparnya.

Apapun itu, keduanya memiliki sebuah kesamaan, yakni rasa lega begitu banyak. Seperti penantian panjang, akhirnya kini dirinya telah sampai diakhir.

Ugh! Kenapa aku tidak terkejut kau akhirnya disini ya?” itu adalah kalimat dari mantan miss Korea berbusana super megah, gaun pesta warna putih gading dan rambut belum tertata apa-apa. Masih digerai polos.

Eun Soo berjalan perlahan sambil menjinjing bagian bawah gaunnya berjalan mendekati Kyuhyun, namun lebih dulu menyapa Hyun Gi— mencolek pipinya hingga bayi itu tersadar dari lamunannya. “hallo tampan!” Eun Soo terlihat senang sekali melihat Hyun Gi perlahan-lahan meringis memperlihatkan bakal giginya, dan kilat mata jenaka Hyun Gi.

Bersamaan dengan itu, Songjin baru saja menoleh, pun terkejut melihat Kyuhyun bersama si gempal imutnya, didada. “HA? KAU—???!!!!” mulutnya membulat kala menjerit. Kyuhyun disana! Itu Cho Kyuhyun!!

** **

“ponselku hilang” itu adalah penjelasan Songjin mengenai mengapa tak satupun pesan singkat Kyuhyun mendapatkan balasan. Pun panggilan-panggilan yang dilakukannya pagi tadi.

Songjin tertunduk lesu meratapi ketololannya. Itu terjadi sejak hari pertama dirinya tiba ditempat ini “itu terjadi begitu saja. aku meletakkannya disebuah meja, lalu woosh! Lenyap” dan tangan Songjin bergerak-gerak mengikuti setiap kalimat ketika keluar dari mulutnya.

“dan kau tidak bertindak sedikit lebih cerdas, untuk mencoba mencari cara menghubungiku, begitu? Jadi satu gedung besar ini semua orang tidak satupun ada yang memiliki ponsel?”

“kau marah padaku kemarin..”

“oh tentu saja aku marah!”

“sekarang juga.”

“apa tidak boleh?” mata Kyuhyun mendelik terkejut. Wanita barbar ini mengapa bisa begitu bodoh dan polos diwaktu bersamaan? Ini membuatnya tak tahu harus meledakkan jenis amarah seperti apa.

Songjin menghela napasnya kencang, tanda sesungguhnya dirinya sedang marah, namun untuk satu dan lain hal Songjin lebih memilih untuk menahannya saja, tak ingin melepaskannya saat ini.

Ada hal lebih penting daripada membalas omelan Kyuhyun padanya walau rasa kesalnya juga sudah berada diubun-ubun. Dia sungguh merindukan pria ini. kapan Kyuhyun akan berhenti mengomel dan melakukan hal lain saja padanya?

“Park Songjin” mulai Kyuhyun untuk omelan lebih panjang “kau bukan lagi gadis lajang hingga bisa melakukan hal yang kau sukai begitu saja. kau telah menikah. Kau memiliki seorang suami, dan anak, kalau kau lupa”

kepala Songjin tertuntuk lagi. Dia membatalkan niat untuk melirik wajah rupawan Kyuhyun. Sedikit demi sedikit rasa rindu miliknya tertutupi oleh cibiran serta kejengkelan karena Kyuhyun begitu tega memarahinya tanpa ada habisnya.

Bukankah dia baru saja mengakui bahwa ponselnya hilang? Ponsel hilang itu adalah jenis kecelakaan yang tak diinginkannya ‘kan? memangnya dia pernah merencanakan agar ponselnya hilang begitu?

Cho Kyuhyun ini sungguh aneh. Dia begitu aneh, menyebalkan dan lebih bodoh daripada keledai ternyata. Hanya runtukan macam itu saja saat ini yang sanggup Songjin teriakkan didalam kepalanya. Dia belum berani memuntahkannya saat Kyuhyun sedang tampak bagai ceetah kelaparan seperti ini.

“aku tahu.” Suara Songjin mulai parau ketika menjawab omelan pedas Kyuhyun. Namun saat itu, agaknya Kyuhyun masih belum puas. Pria itu membentak Songjin lagi “kau tahu apa?” begitu kencang.

jika Hyun Gi berada disini, pastilah Hyun Gi sudah menangis karenanya. Untung saja Eun Soo tergila-gila pada bayi mungil itu hingga selepas menyapa Hyun Gi, Eun Soo bersikeras ingin membawa Hyun Gi berjalan-jalan. Entah kemana, yang penting bersama dengan Hyun Gi.

Dan Hyun Gi sendiri rasanya telah lupa tujuan utama mengapa dirinya berada disini. mencari eomma bukan lagi tujuan utamanya. Disini ada wanita cantik sekali, tidak boleh dilewatkan begitu saja!

“memangnya kau tahu apa? Kalau kau mengetahui sesuatu, seharusnya itu adalah mencari cara untuk menghubungiku. Menghubungi rumah. Tapi sepertinya kau bahkan lupa memiliki rumah. Cih!” dengusan Kyuhyun hampir sama hebohnya dengan dengusan banteng.

Kyuhyun bertolak pinggang mendelik pada Songjin. Wanita itu bersandar dibesi, seolah tidak memiliki tenaga lagi. Seolah, bara api yang tadi ada ketika berhadapan dengan para model membicarakan pakaian-pakaian hilang sudah entah kemana.

“kau tidak mengerti bagaimana setiap hari Hyun Gi mencarimu! Aku membawanya kesemua tempat dan dia menganggap wanita-wanita disekitarnya adalah kau! dia memanggilmu, tapi ternyata itu bukan kau! kau pernah lihat bayi yang menahan tangis? Aku belum pernah melihatnya sepanjang hidup, tapi kemarin, adalah kali pertama aku melihatnya langsung!”

“demi Tuhan Park Songjin! Dia masih berusia 7 bulan! Dia bahkan tidak tahu apa-apa!!” Kyuhyun semakin menjadi-jadi. Berjalan kesana kemari dibalkon kamar hotel Songjin.

“pagi tadi adalah klimaks. Kalau kau melihat bagaimana rupa Hyun Gi, kau tidak akan tega mengikuti acara sialan ini!” tangan Kyuhyun mengibas, telunjuknya mengacung kebawah dan menghentak-hentak beberapa kali. “aku tidak mengerti KAU, yang kutahu selalu mendahulukan Hyun Gi diatas apapun, sekarang melupakannya begitu saja hanya karena acara keparat ini. ibu macam apa kau ini? kukira kau tahu bagaimana rasa sepi itu tiap kali kau ditinggalkan orangtuamu dulu— sekarang kau baru saja mewarisi sikap tak acuh itu untuk anakmu sendiri, yang benar saja kau Park Songjin! Apa yang sebenarnya kau pikirkan??”

“ponselku hilang, Kyuhyun-ah! Aku ‘kan sudah menjelaskannya tadi. ponselku hilang!! Memangnya aku merencanakan agar ponselku hilang?” mata Songjin sudah berisi gumpalan air mata disudut-sudutnya. Telah berkaca-kaca balas memandang sengit Kyuhyun tanpa ampun.

“lalu kau tidak melakukan apapun! Itu masalahnya bodoh!”

“aku melakukan sesuatu! Aku berusaha menyelesaikan pekerjaanku disini lebih cepat. Aku bahkan berpikir untuk tidak hadir dalam acara utama. Aku ingin pulang, jadi aku mempercepat kerjaku. Aku harus lebih focus agar seluruh pekerjaan itu selesai lebih cepat!!”

sebenarnya terdengar lucu jika dalam sebuah pagelaran busana, sang pendesain tak hadir dan tidak menyapa pengunjung. Namun sesungguhnya Songjin tidak memedulikan hal tersebut.

Wanita berkapasitas otak minim ini hanya berpikir cara cepat, bahwa dirinya telah rindu rumah dan isinya. Ingin pulang, maka itulah hal yang harus dilakukannya. Bekerja cepat— tak peduli jika waktu tidurnya terbabat, atau entah bagaimana cara lainnya.

“kau tidak akan mengerti hal seperti ini, sudahlah. Lagipula aku lelah. masih ada banyak sekali yang harus kukerjakan. Meladenimu marah-marah hanya membuang waktu.”

Usai menyerap kembali sebisa mungkin air mata yang semula akan keluar, Songjin mengibas tangan, telah sungguh malas menanggapi Cho-hulk-Kyuhyun— sebentar lagi mungkin akan berubah menjadi hijau karena kemarahannya sendiri.

Songjin berlalu menuju pintu keluar, namun Kyuhyun kembali membentaknya “setidaknya kau bisa meminta maaf! Kau tahu kau salah, atau otakmu sudah hilang separuh lagi?”

Sungguh selera berdebat Park Songjin sedang tak menyala. Mungkin itu karena kurang tidur. Atau mungkin itu karena lapar. Atau, mungkin juga itu karena didalam kepalanya yang sempit sedang menumpuk banyak sekali hal yang harus dilakukan, yang sedang meraung-raung untuk dikerjakan satu persatu.

Maka malas berdebat lebih lama, Songjin membalik badan— lengkap dengan raut kesal, lelah dan tak memiliki selera pertengkaran seperti biasanya, mulutnya merapal kata “maaf” kepada Kyuhyun. “kalau begitu maaf sudah menyusahkanmu. Tinggalkan saja Hyun Gi padaku disini, sekarang kau bisa pulang.”

“tunggu—“ Kyuhyun diam ditempat “kau mengusirku?” dia baru menyadari kesinisan didalam kalimat permohonan maaf Songjin.

“aku tidak mengusirmu tapi jelas-jelas kau tidak menyukai tempat ini. kau tidak pernah menyukai hal ini, jadi untuk apa juga kau memaksakan diri berada disini? lagipula aku tidak pernah mengharapkan dukungan apa-apa darimu. kau bisa pulang dan entahlah— bercengkrama dengan psp-mu, atau berkas-berkas dikantormu, atau menemui partner-partner, aku tidak tahu apa, daripada kau tertahan dicara sialan ini!”

Kyuhyun semakin terdiam. Ada beberapa hal mengejutkan namun semuanya tak begitu penting lagi ketika melihat betapa senggukan Songjin sudah mulai muncul perlahan-lahan. Itu adalah jenis tangisan yang sama ketika bertahun-tahun dulu, saat Songjin memohon kepada Park Seul Gi atau Park Aeri agar tidak pergi meninggalkannya hanya karena memenuhi tuntutan pekerjaan.

Atau ketika Songjin sedang merasakan patah hati mengenaskan saat Shim Changmin meninggalkannya ‘tanpa’ pemberitahuan apa-apa. Atau kekecewaan ketika tak satupun anggota cheers disekolahnya dulu, ternyata benar-benar ingin berteman dengannya. Apapun jenisnya, Kyuhyun tak pernah suka melihatnya. Apapun sebabnya, diatas segalanya Kyuhyun masih merasa kesal karena Songjin tak menyadari kesalahannya. Yang patut disesalkan adalah ketika rasa kesal itu muncul bersama dengan rasa iba— sama besarnya.

Hanya itu saja sebenarnya. sisanya, mungkin hanya berupa akumulasi kekesalan 4 hari lalu. Hanya itu saja.

Kyuhyun menggelengkan kepada tak percaya, “aku bangun pagi-pagi sekali, mencoba mencari alasan masuk akal mengapa kau tidak membalas satupun pesan singkatku atau menghubungiku satu kali saja, lalu mencari dan berebut penerbangan paling pagi dengan orang-orang, itu untukmu! Aku tidak menyukai acara ini, tapi aku datang ketempat keparat ini, untukmu! Kau masih berpikir aku tidak mendukungmu?”

Kyuhyun berjalan mundur satu langkah menyandarkan punggung pada trails balkon dibelakangnya kemudian bersedekap. Dia memandangi Songjin tak percaya, heran, kesal dan berjuta perasaan lain bercampur aduk.

Rasanya seluruh kompromi buatannya selagi Songjin pergi meninggalkannya kemarin percuma saja. Kyuhyun bisa saja bersikap lebih keras melarang Songjin pergi kemarin lalu, namun apa seperti itu caranya untuk menyatakan ketidak setujuan akan sesuatu? Lagipula yang Kyuhyun proteskan hanya masalah kepergian Songjin saja. bukan apa yang Songjin kerjakan.

Diatas segalanya, Kyuhyun sadar bahwa dirinya merasa bangga— Park Songjin memiliki kelebihan ditengah keminiman berpikir, menghitung, well, anggap saja semua itu adalah kapasitas akademik. Lagipula tidak sedikit hasil rancangan Songjin yang juga Kyuhyun sukai.

“Aku tidak mempermasalahkan acara yang kau ikuti saat ini, Songjin.” Suara Kyuhyun memelan. Tampaknya telah lelah perdebat panjang dengan energy terbatas. Malam tadi dirinya tak tidur ‘dengan benar’, lalu dipesawat dan taxi pun bukan jam tidur berkualitasnya. “hanya caramu yang kurasa salah”

Songjin mulai menangis. Tangannya memegang gagang pintu, namun tak kunjung digerakkannya. Yang Songjin malah lakukan hanyalah berdiri didepannya sambil dengan tangan kiri, dia meremasi ujung kemejanya.

“aku ingin kau datang. Semua pendesain disini memiliki anggota keluarga yang hadir untuk menonton. Setelah dua hari disini aku baru sadar, hanya aku sendiri saja yang tidak ada satupun perwakilan keluarga untuk menonton” aku Songjin parau.

“— seharusnya aku sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. sejak dulu selalu seperti ini. tapi saat appa atau eomma tidak hadir, biasanya Siwon Oppa atau kau pasti hadir. Itu dulu. Lalu aku baru sadar, kau akan datang, jika aku tidak memberi kabar apapun.” Ungkap Songjin penuh rasa bersalah. Menolak untuk mengangkat kepala karena kepalang merasa malu. “jadi aku diam saja setelah ponselku hilang, walaupun disamping itu aku juga benar-benar sibuk tidak sempat mencari ponsel baru.”

Songjin menarik napas dalam, mencengkram gagang pintu lebih kencang supaya tangisannya tak keluar seperti banjir bandang. “kalau begitu maaf sudah merepotkan. Aku akan meminta Luna untuk membelikanku ponsel baru.” Tundukan Songjin semakin rendah, “kau— boleh pulang kalau kau mau.”

** **

Jarum jam mengentak-entak lemah. Jarum pendeknya bergerak lambat menuju angka 10. Diluar, angin berhembus cukup kencang, ada rintikan salju yang turun, sama lambatnya dengan gerakan jam.

Pada saat itulah Songjin baru kembali kekamarnya, lalu menemukan Kyuhyun berada disana. Balkon kamar hotelnya, disamping pantry mini— sambil memegang sebuah cangkir yang Songjin analisa sebagai media penghangat sementara ditengah cuaca dingin seperti saat ini.

Diwaktu semalam ini, pastilah Hyun Gi sudah jatuh tertidur sejak pukul 8, itu pasti. Itu rutinitas bayi menggemaskan itu. biasanya Hyun Gi akan bermain bersama Songjin diranjang terlebih dulu sebelum akhirnya tertidur. Bermain apa saja. kadang jika sedang memiliki suasana hati bersih, garis miring tanpa aroma peperangan, Kyuhyun ikut bergabung untuk menjahili bayi botak itu.

“belum pulang?” adalah sapaan— yeah, anggap saja itu sapaan, milik Songjin usai dia mengisi cangkir dengan teh hangat untuknya sendiri.

Songjin ikut bergabung bersama Kyuhyun menuju balkon. Dari balkon itu, semakin terlihat dengan jelas keindahan pulau ini. posisi balkon yang mengarah langsung ke laut, membuat sejauh mata memandang adalah lautan, kini terlihat berwarna biru— cukup gelap sebenarnya.

Hanya jalan setapak kecil dan lampu jalanan yang menyinari. Lautan yang besar disana, hanya terlihat bibirnya saja. sisanya hanya terdengar suara deburan ombak.

Kyuhyun begitu menyukai laut— jadi pemandangan seperti ini, akan selalu mencuri seluruh perhatiannya. Namun kali ini dia harus membaginya separuh untuk wanita pemarah yang satu ini. “tadi kau berkata ‘kau boleh pulang kalau kau mau’. Aku tidak mau. Jadi aku tetap tinggal.” Kyuhyun menjawab santai, lalu menyesap teh dicangkirnya, dengan asap yang masih mengepul.

Songjin menghela napas panjang. Entah bagaimana dia tahu saja bahwa jawaban Kyuhyun akan terdengar seperti ini. seperti ini, seperti mudah saja menjawabnya, padahal pertanyaan itu tadi dilontarkannya dengan nada sinis, itu jika Kyuhyun dapat menyadarinya.

Sepertinya Kyuhyun tidak menyadarinya. Atau, pura-pura tidak menyadarinya karena sedang tidak berselera untuk perdebatan sesi kedua dengannya. Untuk mengalihkan kondisi tak nyaman itu Songjin segera menyesap teh panasnya hingga separuh cangkir. Kalau kalau dirinya lupa, seharusnya teh diminum sedikit demi sedikit. Namun kali ini, Songjin melakukannya seperti sedang meminum soju.

Kyuhyun tersenyum kering melihatnya. Entah bagaimana, dia merindukan kondisi seperti ini. saat semuanya berjalan mudah. Saat wanita pemarah ini selalu berada didalam jangkauannya. “kenapa malam sekali?” jemari Kyuhyun memegang cangkir miliknya semakin keras. Semakin keras genggaman itu, maka tangannya terasa semakin hangat.

Dia memandangi wajah Songjin tanpa memutar tubuh. ada kantung mata kecil dibawah mata besar Songjin. Itu adalah tanda sederhana bahwa wanita ini tak mendapatkan tidurnya dengan baik beberapa hari ini.

Kyuhyun sudah memikirkan segala sikapnya. Tentang uapannya pagi tadi, tentang bentakkannya, tentang kemarahannya. Mungkin dirinya yang belum tahu apa-apa, dan mungkin, Songjin memang mengatakan yang sebenarnya. mungkin, dirinya sajalah yang sebenarnya selama ini egois.

Kyuhyun membuang napas perlahan. Menjulurkan tangannya perlahan untuk menyelipkan rambut panjang Songjin kebelakang telinga sehingga dirinya dapat memandangi wajah galak— namun telah dirindukannya selama beberapa hari belakangan ini secara jelas tanpa dihalang-halangi.

Malam itu, adalah kali pertamanya Kyuhyun mendapati Songjin tampak sedikit kaku padanya. Songjin pun terlihat canggung ketika Kyuhyun mencoba untuk menyentuh pipi Songjin— kini wajahnya terlihat kemerahan.

Sayangnya itu bukan karena tersipu malu atau apa, walau itu yang Kyuhyun inginkan. Udara sedang terlalu dingin. Baik Songjin maupun Hyun Gi memiliki kesamaan jika sedang berada ditengah cuaca dingin.

Songjin meminum teh-nya lagi kemudian menjawab, “sibuk” begitu singkat, dingin dan terdengar kurang bersahabat. Kyuhyun mengulum senyum dalam diam. Merundukan kepala memandangi rerumputan taman belakang hotel yang sedang ditutupi salju separuh.

Usai senyuman pahitnya mulut Kyuhyun bergerak lamban berkata, “maafkan aku” secara terang-terangan tanpa ada rasa malu atau pongah seperti biasanya. Kali ini Kyuhyun merasa telah keterlaluan memang.

Melihat aktivitas Songjin disini hanya setengah hari saja, dirinya tahu bahwa Songjin memang sebegitu sibuknya. Terdengar cukup egois jika dirinya kesal hanya karena tak dihubungi untuk beberapa hari saja. lagipula pada akhirnya Songjin pasti akan menghubunginya. Sebenarnya ini bukanlah sebuah masalah besar. Dirinya saja yang membesar-besarkannya.

“aku tidak tahu kalau kau memang sibuk.”

Songjin-lah kini yang tersenyum masam menjawab, “kau memang tidak pernah menyangka kalau aku ternyata bisa sibuk juga. Iyakan?” ada nada menyedihkan yang Songjin keluarkan. Ini bukan lagi terdengar sinis, walau beberapa orang pasti akan mengiranya begitu.

“biasanya aku ‘kan yang mengganggumu karena aku tidak memiliki pekerjaan lain selain memasang cat kuku, berbelanja, menata rambut, berbelanja, menghanguskan dapur, berbelanja lagi—“

“membereskan rumah, halaman, menyusui Hyun Gi, bermain dengan Hyun Gi, mengajarkan Hyun Gi bahasa inggris yang— well yeah..” Hyun Gi yang menjeritkan ‘NO’ sedang berputar-putar didalam kepala Kyuhyun saat ini, “mencuci pakaian, menyiapkan makanan dimeja makan sebelum aku pulang, membereskan rumah lagi—“ senyum Kyuhyun merekah cerah, “sepertinya lebih banyak pekerjaanmu daripada aku.” tukasnya jujur menggidikkan bahu menghadap pada Songjin sepenuhnya.

Kyuhyun memandang wajah kosong Songjin. Inilah kali pertamanya Kyuhyun menyadari semenjak datang ketempat ini, betapa Songjin terlihat begitu lelah. selain katung mata, ternyata terdapat lingkaran hitam disekitar matanya. Dan mata yang biasa terlihat berbinar-binar itu tampak sayu karena lelah.

Wajah Songjin tampak lebih pucat, Kyuhyun meyakinkan dirinya bahwa ini bukan karena suhu yang dingin melainkan karena Songjin memang sedang terserang demam, atau entah penyakit apa. Tapi Songjinnya sedang terlihat buruk.

“Hei,” Kyuhyun menggidikkan bahu lagi, “boleh aku bertanya?”

“tentu.” Angguk Songjin, “apa ini mengenai ‘mengapa aku tidak menghubungimu lagi?’ atau semacam itu?” tawa samar Songjin terdengar sedikit ketus, namun Kyuhyun mengabaikannya.

“tidak sama-sekali.” Jawabnya pasti, “hanya ingin tahu, kenapa kau tidak mengatakan saja padaku kalau kau ingin aku datang. Hanya semudah itu, kenapa sulit sekali dikatakan?”

tawa samar Songjin mulai terdengar lebih jelas kali ini. dia melirik Kyuhyun memandangi lelaki itu dengan pandangan aneh, “aku tidak ingin-kau-datang, dalam artian seperti itu.”

“kau mengatakannya tadi pagi. Kau ingin aku datang.”

“tidak” Songjin menggeleng-geleng, namun kemudian mengangguk juga, “yeah, maksudku— tidak, bukan datang seperti itu.” katanya terdengar kebingungan. Matanya bergerak kesana kemari, namun tak sekalipun dari kesana-kemari itu, sempat berseborok pada mata Kyuhyun.

Kyuhyun merasa Songjin dengan sengaja melakukannya, entah apa motivasi wanita ini. “hanya ingin tahu apa yang akan orang-orang pikirkan kalau mereka melihat, sebenarnya aku bisa melakukan sesuatu dengan benar, untuk setidaknya satu hal saja.” wajah Songjin tampak semakin datar, kemudian lesu terlihat lebih jelas lagi. “aku bosan menjadi Park Songjin yang tidak bisa apa-apa, kau tahu.. seperti—“

Songjin bahkan kehabisan kata-kata untuk menjelaskan apa yang ingin dijelaskannya. Pada akhirnya Songjin hanya menghela napas panjang lalu bahu tegangnya menjadi lunglai.

Songjin berdecak sambil menggoyang-goyangkan cangkir miliknya, berkata “ini sudah kosong—“ katanya nyaris tidak terdengar kemudian berlalu menuju pantry. Helaan napasnya terdengar lagi ketika Songjin menuangkan teh bersuhu sangat panas itu pada cangkirnya.

“Hyun Gi merindukanmu.”

“yeah?”

“dia memanggil seluruh wanita yang dilihatnya dengan sebutan ‘Ma’ seperti dia memanggilmu.”

Songjin tersenyum samar. Dia bisa membayangkan betapa menggemaskan putranya saat hal itu terjadi. Songjin sering mendengar Hyun Gi memanggilnya ‘Ma’ namun tak pernah sekalipun merekamnya.

Ah, seharusnya dia menyimpan suara lucu itu untuk saat-saat seperti ini. kini Songjin semakin menyadari betapa dirinya begitu merindukan si gempal ompong yang tak bisa diam itu.

“aku juga merindukanmu.” Kyuhyun menyengir tolol yang tak Songjin lihat sama sekali, “sebenarnya sangat sangat merindukanmu kalau boleh mengatakannya secara berlebihan—“

Telinga Songjin mendengarnya begitu jelas. suara Kyuhyun terdengar tenang seperti biasa. Terdengar angkuh dan menyebalkan namun betapa itu membuat Songjin merasa terkejut.

Bukan karena terkejut bahwa Kyuhyun merasakan hal serupa dengannya, namun karena Cho Kyuhyun lelaki nan pongah ini bisa menurunkan harga dirinya begitu rendah untuk mengatakannya langsung sedangkan dirinya sendiri tak sekalipun sanggup mengatakan hal serupa.

Yang Songjin lakukan ketika jantungnya berdebar-debar adalah menuangkan teh lebih banyak daripada rencana awalnya hingga teh dicangkirnya meluber, kemudian Kyuhyun membentaknya karena terkejut dan segera menyingkirkan cangkir tersebut dari atas meja, jauh-jauh dari jangkauan Songjin si wanita linglung.

Sekembalinya Kyuhyun hanya berdiam memandangi Songjin datar. Dia bertolak pinggang seperti Ahjumma-Ahjumma dipertokoan, sehabis melihat harga tomat naik drastic, “ck ck—“ decaknya berulang dengan kepala menggeleng-geleng, “kenapa sulit sekali untukmu mengatakan hal seperti itu? harga dirimu itu tinggi sekali rupanya.” Cibir Kyuhyun pada Songjin.

Kyuhyun lalu teringat pada waktu disaat mereka masih dalam aura cinta-diam-diam yang tolol. Ketika keduanya saling menyukai namun tak satupun dari mereka sanggup mengatakannya. Mereka hanya bertukar kode— yang entahlah dipahami atau tidak pada masing-masing kubu.

Kyuhyun ingat ketika dirinya sedang berada di Jepang bersama ayahnya nyaris selama satu bulan penuh lamanya, namun mendapat telepon dari Kim Dong-Ah, bahwa Songjin jatuh dari motor. Patah tangan kanan, mendapat 8 jahitan di bahu, dan bahkan dirinya tak tahu menahu perihal itu, jika saja supir keluarganya itu tak memberitahukannya.

Kyuhyun sungguh begitu ingat, dan begitu mengenal Park Songjin. Harga dirinya memang setinggi itu. Songjin adalah Songjin. Wanita ini bisa bertingkah begitu terang-terangan dalam satu kali waktu, bisa bersikap ceria berlebihan seperti besok adalah hari terakhir hidupnya, bisa penjadi penggoda dalam sekali waktu, namun bisa menjadi orang yang paling tertutup dalam banyak waktu, tanpa ada satupun yang meyadari, ada apa dengan Park Songjin?

Oh, ingat kejadian saat Songjin bertengkar dengan Park Aeri dulu? Sepertinya itu masih belum ada apa-apanya dibandingkan ketika Songjin diam-diam ternyata mengidap athazagoraphobia.

Mengingat segala rentetan kejadian tersebut Kyuhyun mengurngkan niat untuk mencibir Songjin lebih jauh, walau dirinya masih saja tak menyangka meskipun telah menikah, Songjin tetap menjadi pribadi yang— yeah, begitulah. Sulit ditebak.

“aku merindukanmu, kau tahu tidak?” kata Kyuhyun mengulang kalimatnya tadi. sedikit mengubahnya menjadi kalimat tanya, namun merasa ragu bahwa kalimatnya diucapkan dengan kalimat yang benar karena tak sekalipun Songjin menjawab.

Songjin hanya diam merunduk seolah lantai marmer super dingin dikakinya terlihat lebih menawan dibandingkan wajah Cho Kyuhyun dihadapannya. lucu sekali.

Kyuhyun berhenti mengetukkan jemari dimeja kaca. Dia mengubah lahan ketukannya dari meja kaca, menjadi kepala Songjin yang sama kerasnya dengan meja kaca tadi sambil mengatakannya kepada Songjin, “benar-benar keras kepala” umpatnya sedikit jengkel— menyembunyikan tubuh Songjin yang tak seberapa besarnya didalam tubuhnya, kemudian menguncinya erat-erat.

Aroma strawberry— trademark tubuh Park Songjin segera menyambut penciumannya. Sudah 4 hari lamanya dia tidak merasakan aroma ini. itu terasa sangat lama untuknya, entah bagaimana— padahal sepertinya terdengar berlebihan dan menjijikan saja. hanya baru 4 hari. Bukan 4 bulan, apalagi 4 tahun!

Hanya baru tak lebih dari 30 detik Kyuhyun memeluk Songjin, pria itu sudah dapat menganalisa banyak hal. “tubuhmu terasa lebih tipis. kau kurang tidur, kurang makan, dan kau sedang demam.” Tutur Kyuhyun bagai baymax si robot pendeteksi penyakit.

“sepertinya pekerjaanmu lebih mengerikan daripada milikku. atau, kau hanya sedang merindukanku saja—“ tawa Kyuhyun membuat tubuhnya berguncang-guncang. Dia mengusapi punggung Songjin, kepala, lengan, lalu mendadak menjadi sedikit mesum meremas bokong Songjin, yang kemudian mendapat hadiah gigitan kencang didada hingga Kyuhyun memekik kencang.

“dan kau masih kanibal!!” mata Kyuhyun melebar mengusapi dadanya yang berdenyut-denyut, “kau tahu tidak hal mengerikan itu turun pada anakmu? HUH? Kau ini benar-benar!!”

“mesum!”

“aku hanya merindukanmu!” suara Kyuhyun menjadi sangat tinggi. Dia mendekat dan memeluk Songjin lagi, membenamkan wajah Songjin kedadanya kuat-kuat hingga tak ada celah bagi Songjin untuk menjadi kanibal untuk kedua kalinya. Tak lupa ikut mengunci kedua tangan wanita barbar ini agar tidak melakukan hal yang tak diinginkan.

“tidak—bisa—bernap—as!”

“aku merindukanmu.”

“Cho Kyuh—“

“demi tuh—an!!” Songjin melompat-lompat seperti kanguru menyadari tak ada cara lain baginya untuk memperingati ketololan Kyuhyun yang memungkinkan dirinya mati ditempat dan menjadikan Kyuhyun sebagai orang tua tunggal setelah ini.

“aku bisa mati!!” Songjin kemudian berteriak sekencangnya biarpun suaranya terpendam seberapapun dirinya meneriaki Kyuhyun dengan pita suara tertingginya.

Kejengkelannya lantas berubah menjadi cengiran kala mendengar Kyuhyun menjawab parau berkata, “aku juga bisa mati” begitu polosnya. Ah, kemana Cho Kyuhyun si pemuda ketus nan tinggi hati itu rupanya? Sedang pingsan karena mati-matian merindu?

Sungguh bodoh.

130 thoughts on “[KyuJin Series] – Missing You Like Hell

  1. awalnya trenyuh banget
    kasihan hyun gi diterlantarin sama songjin, kyuhyun juga
    terus sebel sama kyu yang ngebentak songjin walau udah tau apa alasan songjin gak menghubungi sama sekali, tp terus mikir, dia hanya terlalu rindu songjin
    akhirnya keren, so sweet

  2. uaaaaa hihihi bagian terakhirnyaaa ampun deh itu adegan bikin hati meletup…kkkk

    oiya… Ka Galuh makasih ya atas komenannya di Line… itu bikin aku sadar… dri pada mikirin hal yg ga berguna dan menghindari hal yang seharusnya paling menyenangkan dalam liburan kali ini…mending aku happy dan masa bodo ama ‘dia’… mungkin emang aku yang kelewat bego sampai males gara2 hal gitu aja…
    makasih ya Ka Galuh ^^

    oiya di awal2 yang scene Kyuhyun ama Hyun Gi…. dapet banget … penggambatan suasananya oke… kata2nya oke…. apalagi ya? oke semua sih… oh! pas lagi nyukur rambut Hyun Gi ^^ pasti dia lucu banget… pas baca part ini kaya liat Kyuhyun beneran jadi ayah ^^ hahahhahah

    supir taksi nya lucu ya… minta ttd kyuhyun buat istrinya…kkkk kirain ga ada yg mau minta ttd idola istrinya…hihihi

    makin kesini pas baca kebawah… aku gemes dan deg2an karna pengen liat Songjin ngomong…hahahah udah lama ga ketemu songjin…kkkk

    umm…tiap baca scene Kyujin itu nyaman,gemes,dan,kadang meleleh sma hal2 manis yg mereka punya….di sini juga gitu ^^
    cara untuk ngejelasib keadaan yg ada buat aku jelas banget 😀

    Makasih ya Ka ^^
    cerita bagus dan menyentuh dibeberapa adegan ^^

    Semangat terus dan trimakasih untuk kata2 gebrakan Kaka buat aku ^^
    lanjut yaaaaaaaa 😀

  3. Aaah baca ulang yang ini makin makin sama kyuhyun (个_个)
    Kenapa bisa sedewasa ini sih? Kok kalo di suju bocah banget kyu? Cara marahin songjin nya itu lho~ pengen ikutan dimarahin juga jadibya ><
    Terus the way you say "appa disini sayang~" omg omg omg bikin ngap-ngapan

  4. Dan akhirnya,. Bukan songjin yg cepat pulang tapi kyuhyun dan hyungi yg n amperin songjin…wkwk
    Tadinya ikutan emosi wktu alasan songjin handphone hilang,.tapi setelah songjin bilang ingin kyuhyun datang smbil sesenggukan ilang semua itu emosi, emang songjin punya dya pkir yg buruk tapi itulah park songjin…wkwk

    Yg bkin heran sulit banget rasanya bat songjin menurunkan sedikit aja harga dirinya buat bilng “aku juga rindu kamu” ke kyuhyun??? Yg jelas salut buat kyuhyun yg udah menurunkan sedikit kepongah.annya buat bilang maaf dan rindunya sama songjin…prokkk

  5. rindu berat jg kn kyuuuuuuu 😉
    lucu bgt baby hyun botak >o<
    iya oon'a ga ketulungan nih songjin *tepokjidatkyu
    ga igt ud nikah pny anak & suami yg jd tanggung jawab'a jg. smpe ga prnh ngabarin sdkt pun. ksian kn baby hyun 😥
    kyujin jg ktemu malah brantem debat capress lg bkn'a pelukan keq cium2 keq apa keq gt mesra2an….. haaaaaaaaaaah just dream
    Cho KyuHyulk hhhhhh
    songjin ga mnta kyu dtg krn gengsian. sm aj kaia kyu klian tuh 11 12. Gengsian gede!
    slain bodoh kapel babi kapel klian gengsian kapel jg tw! deuhdeuh srba kapel yg jlek2 nih ga kaia wonwon kapel sweet selalu wwww

  6. Awal2 momen kyu sma hyun gi ckup miris,,,bayi 7bln bs menahan tangis,,bkankah sngguh mnyedihkan,,,dn saat hyun gi mnangis ketika dy melihat kyu pgi sblum brngkat,,mngkin hyun gi takut klo appa jg tdk dsekitarnya sperti oemma,,,jdilah dy menangis kncang!!
    Kyu maen bentak aja sm songjin,,,,pi untunglh kyu mngalah dn blng maaf dn rindu dgn mnurunkan hrga diri,smentara songjin as always ga prnah mau mnurunkan hrga drinya!!
    Good job!!

  7. lucu banget ekspresi hyun gi kalau lagi menahan tangis. kasihan hyun gi ga bertemu ibunya selama 4 hari. tapi untungnya kyu nyusulin songjin. kyuji romantis walau pun dibumbu2 dengan perdebatan awalnya.

  8. kyuhyun klo marah selalu seremm, tpi suka bgt klo kyuhyun udh marah.. keren ngebayanginnya…
    Hyun gi kasian bgt, dia nahan tangis krna rindu sama ibunyaaa, duuh kasiaann

  9. owww..jd ponselny tau kmn..n songjin critany ge kjar storan biar bs cpet pulang..cm dah kburu 2lelaki dg marga cho tu dtg nysulin..
    ckck…kyu saking kngenny pi yg da marah” yg trdgr sprti org pidato cm intonasiny beda..
    hyun gi..bkanny caper ma eommany mlah ke asikan d gendong cwe cantik..lupa bgmn kmren” yg trliat murung pendiem krn ga nemuin eommany bbrp hr..mpe nhan aer mata..ckck

  10. Karna kamgen sm pasangan inj
    Jd buka yg lama
    Ehbnu ini…
    Dsni kata2 pembicaraan anak dan ayah sangat bagus
    Dmn kyuhyun tidak menggunakan kata aku ketika berbicara dng hyun gi
    Melainkan kata appa
    Hehhee

  11. Mungkin ini FF author yg paling kusuka :’) suka bangettttttt….. feel nya dapeeetttt 😍 cuman endingnya kurang so sweet ajaaa…… udahhhhhh overall udah perfecto thorrr 😘😍😍😍 makasih sudah susah payah dan menghabiskan waktu buat nulis ini… kusukaaa

  12. melepas rindu katanya hahahaha menurut aku keduanya punya harga diri. setinggi bukit 😀 . . . . Aigoo nggak kyuhyun nggak songjin hihi

  13. Merindu setengah mati ya bang 😂😂 ujung ujungnya bukan songjin yang pulang tapi malah mereka yang nyamperin.. Well ada beberapa adegan yang bikin mata aku panas dan sesek napas … Daebbak pokoknya😂👏

  14. Part saat kyuhyun cukur hyun gi .. kayanya lucu banget .. ga nyangka kyuhyun bisa juga ngurusin anaknya sendirian …

  15. kalaupun mereka berantem selalu suka cara mereka nyelesain masalahnya. sama sama egois tapi saling ngakuin salah mau nurunin ego demi yang lain kan sosweet huhu

Leave a reply to My labila Cancel reply