[KyuJin Series] The Sweetest Lie


The Sweetest Lie

Park Songjin | Cho Kyuhyun | 

 

“A lie can’t be covered by another lie. As it stacks up one after another, things just get more and more complicated.”

“Berhubung aku memiliki prinsip untuk menikah satu kali, mungkin kau akan menjadi satu-satunya. Jadi aku ingin kau melakukan apa yang kau lakukan tadi lebih menarik. Apa kau tidak bisa sedikit lebih romantis? Kau sedang melamarku demi Tuhan! Kenapa tidak ada bunga? Kenapa tidak ada kata-kata manis? Kau bisa berbohong mengatakan kau mencintaiku habis-habisan, dan tidak bisa hidup tanpaku. Apapun itu!”

-Park Songjin


 

“Songjin.”

“Yeah?”

Kyuhyun menepuk sofa kosong dihadapannya. Hiruk pikuk perayaan tahun baru benar-benar meriah luar biasa di Negara penuh cinta ini. Sesuai dengan sebutannya, banyak dari mereka yang bahkan tak ingat usia, saling menunjukan ‘cinta’ dengan berpegangan tangan, berpelukan atau bahkan berciuman tanpa malu-malu dihadapan orang banyak.

Tetapi bukan itu alasannya Kyuhyun memanggil Songjin saat ini. Meski nanti, mungkin kegiatan seperti itu juga akan diharapkannya terjadi. Yang sesungguhnya tidak tahu bagaimana caranya, Kyuhyun harus memulainya, nanti.

Songjin sedang bercakap dengan dua laki-laki. Mereka memiliki perbincangan serius bertiga, bersama ayah Kyuhyun mengenai mengapa kembang api selalu dinyalakan ditiap perayaan pergantian tahun dimeja catur.

Serius.

Terlampau serius.

Songjin beranggapan, kembang api bahkan tidak dinyalakan hanya pada pergantian tahun. Tetapi pada banyak perayaan besar atau kecil lain, karena kembang api memiliki kilau menyenangkan.

Dua orang laki-laki separuh baya disana beranggapan lain. Kembang api adalah hal membahayakan, terkadang, jika kau menyadarinya. Hanya jika kau menyadarinya. Seperti berbahaya dalam segi kesehatan bagi orang-orang lanjut usia yang kesehatan jantungnya sudah diujung tanduk dan tidak bisa mendapatkan kejutan sedikitpun.

Lalu Choi Ki Ho beranggapan lain lagi, laki-laki itu mengomentari bahaya kembang api dari segi bahan-bahan kimianya. Sejujurnya, diantara ketiga makhluk disana taka da yang memiliki topic paling bermutu.

Tetapi itulah ajaibnya. Dimana ada Park Songjin, tutup botol pun bisa menjadi sebuah perdebatan hebat juga terkesan penting dan berbobot. Kau tahu dimana letak ajaibnya?

Hingga detik ini pun Kyuhyun belum memahaminya.

Songjin menjauh dari kelompok debat konyol– beralih menghampiri Kyuhyun dengan senyum semringah tersisa. Jelas kondisi ruangan penuh orang yang dikenalnya, dan melakukan hal tidak berguna adalah hal yang begitu gadis ini sukai.

Juga jarang Songjin dapatkan. Park Songjin yang malang, gadis lugu itu terlalu sering menghabiskan waktu hanya bersama dengan dua kakak beradik tampan yang kini sudah sibuk bukan main, hingga akhirnya, ia hanya bisa menghabiskan waktu seorang diri saja dirumah atau pusat perbelanjaan.

“Ada yang bisa kubantu, Mr. Cho?” Songjin menyunggingkan senyum terlampau lebar yang dibuat-buat seperti seorang pramugari maskapai penerbangan, meski Kyuhyun tahu, Songjin tidak memerlukannya saat ini.

Ia tahu gadis itu sedang luar biasa senang dimalam pergantian tahun dan dikelilingi banyak orang yang dicintainya. Songjin malah jelas-jelas terlihat sedang terlalu senang hingga melupakan Kyuhyun sendirian diatas kursi roda.

Cho Kyuhyun yang malang.

“Yeah. Ada.” angguk Kyuhyun tidak menanggapi senyuman semringah Songjin. Dengan dagunya ia menunjuk sofa kosong dihadapannya lagi “duduk.” Perintahnya tegas. Kali ini wajahnya terlihat tegang hingga membuat Songjin berpikir ia baru saja melakukan kesalahan lain tanpa dirinya sadari, karena itulah kemampuannya sejak lahir.

Membuat orang-orang disekitarnya kesal, lalu pergi meninggalkannya.

“A–aku,” Songjin tampak canggung. Ia duduk disofa dengan debaran jantung perlahan meningkat satu persatu kencangnya. “Ada yang kulupakan?”

Kyuhyun mengangguk. Lagi. Mata pria itu dingin menatap Songjin seolah Songjin memang baru melakukan kesalahan lain. Sialan. Sekarang apalagi?

“Kau butuh bantuan?” tanya Songjin hati-hati. Kedua tangannya mulai ia remas diantara tumit kaki kiri dan kanannya. “ingin, minum sesuatu? Lapar?”

Songjin ingat sudah berapa gelas juice jeruk yang diminumnya, dan sejak tadi, Kyuhyun hanya duduk diatas kursi rodanya, tanpa bisa bergerak kemanapun. Balkon halaman belakang dan teriakan orang-orang serta suara terompet, adalah kawannya semenjak Songjin tidak menghiraukannya tiba-tiba.

Mendadak Songjin merasa bersalah bukan main. Mereka baru saja berdamai setelah perterngkaran saling diam bahkan saling menjauh satu sama lain. Apa sekarang, mereka harus melakukannya lagi?

Masalahnya, berada jauh darinya mungkin tak masalah bagi Kyuhyun, tetapi jauh dari Kyuhyun adalah persoalan berbeda bagi Songjin. Gadis itu menolak untuk melakukannya lagi, karena itu terasa seperti mencekiknya perlahan-lahan.

Ia membutuhkan oksigen. Dan Cho Kyuhyun adalah oksigennya, entah sejak kapan.

“Aku punya bunga.” tukas Kyuhyun setelah merogoh jubah dinginnya. Songjin bahkan baru menyadari bahwa Kyuhyun masih mengenakan jubah dingin itu setelah mereka kembali dari pesta bersama anak mahasiswa pertukaran pelajar lainnya tadi.

Pesta yang tidak sampai tiga puluh menit mereka datangi, karena terlalu bising dan riuh.

Mata Songjin segera menyipit. Ia selalu berdekatan dengan Kyuhyun semenjak mereka menuju pesta tadi hingga pulang. Seingatnya, mereka tidak pernah melewati florist manapun karena mereka berangkat menggunakan taksi.

Lagipula kalaupun melewati, Songjin ingat betul mereka tidak mampir ke florist manapun tadi. Jadi tentu saja keberadaan bunga berwarna putih dan ungu itu patut dipertanyakan. Apa Kyuhyun semacam pesulap dadakan atau apa?

“Sedikit rusak. Maaf,”

Kyuhyun menyengir masam pada beberapa buah amaranth globe yang putus dari batangnya karena ia menyimpannya bukan ditempat yang pantas sedari tadi. Ia menyelipkan bunga bermakna immortal love tersebut ke dalam buket kecilnya lagi. “Bukankah kau yang ingin kulamar dengan manis sebelum pukul dua belas tepat?”

Songjin tersentak– terkejut.

Tentu saja dia ingat pernah berkata begitu. Tapi dia tidak berpikir bahwa Kyuhyun akan benar-benar melakukannya. Ia hanya bicara semaunya, karena itulah memang yang ingin di dengarnya, namun ia tahu bahwa keinginan semacam itu adalah jenis keinginan pasiv.

Itu adalah jenis harapan yang kadang orang katakan sebagai harapan kosong. Itu, adalah harapannya mengingat jika ia benar-benar menikah dengan Kyuhyun, maka kesempatan untuk mendengar bualan manis yang biasa ia tonton di dalam serial drama televisi manapun, pupus lah sudah.

Cho Kyuhyun bukan tipe lelaki manis yang akan membawanya menuju bulan dan memberimu sebuah planet hanya untuk menyenangkan hatimu. Tidak. Ia mengenal Cho Kyuhyun satu ini. Cho Kyuhyun ini, adalah Cho Kyuhyun.

Cho Kyuhyun yang– kau tahu Cho Kyuhyun seperti apa.

Kyuhyun memberikan buket bunga berukuran sedang itu tanpa keromantisan seperti yang Songjin pahami, seperti itulah Cho Kyuhyun-nya. Tetapi sumpah hatinya sedang menari bergoyang kesana kemari hanya karena perilaku seenaknya Kyuhyun.

“Jadi, ini hal manis paling maksimal yang bisa kau lakukan?” Songjin menantang setelah menghirup aroma manis dari dua jenis bunga didalam bucket. Dari bulu matanya ia bisa melihat Kyuhyun begitu pasrah mengangguk pelan.

“Aku bukan jenis laki-laki manis seperti yang selalu kau lihat di televisi. Mereka adalah mereka, dan aku adalah aku. Tolong jangan bandingkan kami.”

“Aku tidak pernah membandingkanmu dengan lelaki manapun,” bantah Songjin, namun lalu Kyuhyun menaikan kedua alisnya tinggi. Jadi dengan cepat Songjin mebubuhkan, “kurasa” sebagai penutup, lalu menyengir kuda.

Hei, bukankah kebiasaan membandingkan para lelaki di dalam serial televisi, adalah kebiasaan hampir seluruh wanita dipenjuru dunia manapun? Ia tidak sepenuhnya salah melakukan itu kan? Cih!

Kyuhyun menghela napas. “Ini yang harus kau pahami,” suara berat itu terdengar diantara suara bising terompet, kembang api, televisi tanpa penonton, juga perdebatan dua kubu. Kubu para ayah dengan topic tidak berbobot lain, dan kubu para ibu dengan topic pusat perbelanjaan paling ternama di Negara ini.

“Mereka adalah yang hanya akan kau lihat ditelevisi, sedangkan aku, adalah yang akan selalu kau lihat dengan kedua matamu langsung. Bisa kau sentuh dan kau rasakan. Aku nyata, mereka hanya fantasi. Mereka memberi kebahagiaan semu untukmu dari dua, tiga episode cerita mereka, sedangkan aku akan dan bisa memberikan itu nyata. Padamu.”

Kyuhyun merogoh saku coat nya lagi. Jika kemudian yang keluar adalah kotak beludru berisi cincin berlian, kau salah. Songjin terkejut melihat Kyuhyun mengeluarkan dua buah boneka tangan figure.

Lagi-lagi membuat Songjin berpikir yang tidak-tidak tentang cara pria itu mendapatkan segala perkakas dari dalam coat miliknya. Atau mungkin, jika doraemon memiliki kantung ajaib, maka Cho Kyuhyun memiliki coat ajaib?

Pria itu memasukan dua tangannya kiri dan kanan ke dalam kantung boneka tangan tersebut. Juga pada tangan kanan yang retak pergelangannya. Yeah, bahkan Songjin mengamatinya takut-takut terjadi sesuatu namun Kyuhyun terlihat baik-baik saja melakukan itu.

“Kau harus berkenalan dengan mereka.” Kyuhyun mendekatkan dua tangan dalam balutan boneka pada wajah Songjin. Ia mengangkat tangan kirinya, “Ini Mr. Hippo.” sebutnya untuk boneka tangan figure kuda nil. Tangan kanannya lalu terangkat tak lama setelahnya. memberi unjuk bentuk boneka serupa, hanya sebuah pita pink kecil ditelinga memberi perbedaan besar pada dua fiu=gure tersebut. “ini Mrs. Hippo.”

Songjin terdiam.

Canggung lebih tepatnya. Ia mencoba mengalihkan kecanggungan tersebut dengan mengamati sekitar, namun tampaknya, sekitarnya memang sedang sibuk pada aktivitas mereka sendiri. Ulah Kyuhyun tiba-tiba menjadi pendongeng pun tak satupun mendapat perhatian siapapun, kecuali mereka sendiri.

Kaki Kyuhyun yang tidak bermasalah menyenggol betis kaki Songjin sengaja. “Ayo.” pinta pria itu tidak sabar. “mereka menunggu.” imbuh pria itu tak peduli pada kerutan dikening Songjin.

Tentu saja Songjin merasa heran. Sepanjang hidupnya baru inilah kali pertama Cho Kyuhyun bergelut dengan boneka. Boneka yang hanya memiliki dua buah tangan itu menjabat tangan Songjin ketika Songjin masih ragu untuk menjulurkannya.

“Hallo, namamu?” Dan suara berat Kyuhyun tadi, tiba-tiba saja berganti menjadi suara tenggotokan yang nyaring, dan dipaksakan. “Dia Park Songjin bodoh!” Mrs. Hippo mendorong wajah Mr. Hippo kencang.

“Dia Park Songjin bodoh?” Mr Hippo mengulang pertanyaan pasangannya dalam nada berbeda. Lugu dan terheran. “Namanya hanya Park Songjin, tanpa bodoh.”

“Kau yang bodoh, kudanil tua.”

“Aku tidak bodoh. Aku memberitahumu. Namanya, Park Songjin. Hanya Park Songjin.”

Setelah Mrs. Hippo mendesah panjang dan malas, Songjin tersenyum sampai tertawa pelan, Kyuhyun pun ikut tertawa lega. Dia akan berpikir bahwa rencananya mungkin akan berjalan aneh. Tetapi ia tidak pernah lupa bahwa menarik perhatian Park Songjin nya tidak pernah harus dengan perkakas mahal dan sulit didapat.

Park Songjin hanya gadis sederhana. Semudah itu membuatnya tertawa, jika kau mengenalnya dengan baik.

“Jadi, kenapa kau tidak bertanya mengapa kami datang kemari jauh dari kebun binatang Korea Selatan?”

Songjin menelengkan kepalanya. Melirik Kyuhyun sesaat, mengamati wajah tampan pria itu untuk menilai beberapa hal, tetapi Kyuhyun hanya balas memandangnya selama dua detik, lalu mengalihkannya kembali pada dua boneka tangannya.

“K–kenapa, kenapa kau kemari?” tanya Songjin ragu.

“Cecunguk ini meminta bantuan kami.” pasangan kudanil itu menunjuk Kyuhyun. Lalu Kyuhyun tiba-tiba membuat wajahnya seolah panic karena baru saja menjadi tertuduh.

Songjin terkekeh geli pada reaksi cepat serta menggelikan Kyuhyun tadi. “Untuk?” ia tak mengalihkan sedikitpun matanya dari Kyuhyun. Tak ingin terlewat sedikitpun pemandangan langka. “dia tidak berani melamar seorang gadis yang disukainya, katanya.”

Kyuhyun menunjukan ekspresi datar, tetapi kepalanya mengangguk pelan. Matanya terpejam seolah ia sedang menahan malu karena seseorang baru saja membeberkan rahasia besarnya pada sekumpulan orang yang salah.

“Kenapa tidak berani?”

“Karena dia takut dengan penolakan.”

“Kenapa takut dengan penolakan?”

Tidak ada suara.

Kyuhyun berhenti berbicara, lalu keadaan sekitar mendadak menjadi dingin serta tegang. Yang Songjin dengar hanyalah suara Kyuhyun menelan liur, suara kembang api, serta terompet. Tidak lebih daripada itu. Ia bahkan tak lagi peduli pada apapun kegiatan para orang tua saat ini.

Seperti letupan kembang api diluar sana, jantungnya pun sedang bereaksi seperti itu, meski tak akan ada seorangpun yang menyadari kecuali dirinya sendiri. Lagipula itu bukan masalah besar. Ia sendiri tadi yang meminta Kyuhyun melamarnya dengan melakukan hal manis. Tidak lucu jika ia pingsan karena ulahnya sendiri, kan?

Beralasan bahwa ia hanya akan menikah satu kali seumur hidup jadi kesempatan mendapatkan hal seperti itu dari lelaki lain mungkin akan pupus secepat ia berkata ‘aku bersedia’ kepada Kyuhyun.

Ia tahu, karena seburuk apapun cara Kyuhyun melamarnya ia pasti akan mengatakan ‘aku bersedia’ dengan hati bersorak sorai.

“Karena–“ Kyuhyun berdehem. Kedua boneka figure memandangi wajah pria itu seolah mencecar. Ditambah Songjin plus tubuh kaku gadis muda itu. Serta jantung yang sewaktu-waktu bisa lepas kapan saja.

“Karena dia mengenal gadis itu sepanjang hidupnya.”

“Lalu?”

“Hidupnya tidak akan terasa sama lagi tanpanya. Jika penolakan itu terjadi dia harus menjauh dari gadis itu. Itu adalah hal sulit untuk dilakukan.”

“Kenapa? karena?”

“Gadis itu kesempatan terakhirnya untuk melakukan itu.”

“Melakukan apa? Menikah? berkeluarga?” Mr. Hippo dengan keluguannya membuat Mrs. Hippo mengerang lalu meloloskan napas beratnya. “Hidup, suamiku. Untuk percaya, bahwa hidup tidak sepenuhnya sia-sia.” jelas Mrs. Hippo.

Hati Songjin mencelos. Sesegera mungkin ia meremas bantalan sofa disekitarnya. Gigitan pada bibir bawahnya semakin mengencang namun mulutnya tak sanggup menyuarakan apapun. Yang Songjin sadar, matanya terasa berat, serta mulai berkaca-kaca.

Benar-benar menjijikan.

“Gadis itu siapa? Siapa yang kita sedang bicarakan??” Keluguan Mr. Hippo kembali membuat desahan lelah luar biasa istrinya. Juga tawa Songjin meski bercampur dengan air mata. “Kau benar-benar bodoh sekali. Apa saja yang selama ini kau lakukan dirumah? Tidur? bersantai dikubangan lumpur? membesarkan perut dengan lemak?”

“Yaah! Jangan tidak sopan begitu! Aku suamimu!”

“Aku tidak percaya menikahi lelaki bodoh sepertimu.”

“Mrs. Hippo!” Kali ini Kyuhyun mengeluarkan suara normalnya. Berat, dalam namun menyejukkan. Kyuhyun memberi gelengan tegas serupa bahwa hal tersebut adalah hal yang salah untuk dilakukan.

Kemudian kepala Mrs. Hippo tertunduk malu. Suara nyaring Mrs. Hippo berkata “maaf” pun lantas terdengar. “Aku memiliki mulut yang tajam. Maaf.”

“Tidak apa-apa. Aku tetap menyukaimu.” sela Mr. Hippo menepuk kepala istrinya. “Aku juga selalu menyusahkanmu. Maaf.”

“Tidak apa-apa. Aku tetap menyukaimu.” Mrs. Hippo melakukan hal serupa, yang tadi telah istrinya lakukan padanya. Songjin tidak lupa bahwa Kyuhyun menyematkan senyuman lebar pada perdamaian singkat tadi.

Namun hal itu tidak berlangsung lama, karena setelah itu Mrs. Hippo mengejutkannya, “kudengar kau juga membuat keadaan buruk dan akhirnya gadis itu meninggalkanmu karena tidak ingin berdekatan denganmu?”

“Mr. Hippo!” Kyuhyun menegur kudanil laki-laki di tangan kirinya dengan sebuah pendelikan serta pandangan tajam serupa berkata ‘hal tolol apa lagi yang sudah kau lakukan?’

Mr. Hippo mendesah. Merundukkan kepala, dua detik setelahnya baru mengangkat wajah seraya mengucap “maaf.” entah tulus atau tidak. Songjin tersenyum garing. “Aku disuap istriku dengan pasta terlezat ditempat ini sesaat setelah kami datang kemari. Dia luar biasa licik, kau tahu?” bisik Mr. Hippo ditelinga Kyuhyun. Dua lelaki itu mengangguk-angguk, namun tentu Songjin masih dapat mendengarnya.

Gadis bermata besar itu tertawa kencang, membenturkan punggungnya ke punggung sofa. Menutup mulutnya dengan telapak tangan sekaligus mengusap air matanya. Ia tidak tahu apakah yang sedang Kyuhyun lakukan saat ini terbilang manis, tetapi ia menyukai parody ini.

“Aku tidak pergi menjauhinya, Mrs Hippo.”

Songjin akhirnya menjawab usai membersihkan pandangannya dari gangguan air mata. “Aku,” gantungnya sesaat. Melirik Kyuhyun cepat, lalu buru-buru mengembalikannya pada dua kudanil dihadapannya.

Songjin meloloskan tarikan napas berat lantas berkata, “Aku butuh waktu,” terangnya. Mr. Hippo dengan segala keluguannya segera menyela, “Untuk?” membuat Songjin terdiam lagi.

Sejujurnya, tuduhan pergi; lari dari Kyuhyun tidak sepenuhnya salah. Dia memang melakukannya tetapi keputusan itu terbentuk dari amarah serta rasa egois karena tidak ingin menjadi tertuduh. Biang kerok atas perbuatannya.

Jika bisa memindainya lagi, Songjin mungkin akan lebih memilih untuk meminta maaf kepada Kyuhyun daripada harus repot-repot menjauh dari pria itu. Nyaris lebih dari tiga minggu ini dia merasakan hampa teramat sangat.

Usai bertemu kembali dengan Kyuhyun tidak lebih dari sepekan, Songjin mendadak tahu darimana sumber kehampaannya. Ia tidak akan bisa menjauh dari Kyuhyun. Fakta itu mungkin akan menghantui sepanjang hidupnya mulai saat ini.

“Untuk?” Mrs. Hippo bertanya membuyarkan lamunan Songjin, maka Songjin segera tersenyum kecut. Menjawab, “menjadi lebih baik lagi.”

“Karena?”

“Karena itu yang harus kulakukan untuk menjaga pasanganku setelah menikah, ‘kan?”

“Kau akan menikah dengan siapa memangnya?” Mr. Hippo kembali menghantam dengan keluguan buatan berkedok pertanyaan meski sesungguhnya, semua itu adalah pertanyaan Kyuhyun sendiri.

“Siapa yang akan kau nikahi?”

“Memangnya sudah ada yang melamarmu?”

“Jadi kau bersedia?”

Songjin mengerutkan keningnya kencang-kencang melempar pandangan sengit kepada pria itu. Pertanyaan bertubi-tubi itu bukan muncul begitu saja dari benda mati bernama boneka ‘kan? Tetapi Kyuhyun malah membalasnya dengan wajah aku-tidak-tahu-apa-apa-percayalah, jadi Songjin menelan kembali kekesalannya.

Songjin mendengus kencang. “Bukan siapa-siapa.” ia memukuli bantalan sofanya menyalurkan kekesalan. Mengulum lidahnya sendiri dengan mata menyipit memandang Kyuhyun. Kemudian terang-terangan menyalakan kobaran api perang pada lelaki itu.

“Jadi, kenapa kau lari darinya menuju Perancis setelah mengotori ranjangnya dengan remah keripik kentang, dan bukannya meminta maaf saja?”

Songjin semakin mengencangkan kerutan dikeningnya. Ia mulai khawatir Kyuhyun bisa membaca isi kepalanya, karena itu adalah hal terakhir yang ia inginkan terjadi.

Rahang Songjin mengeras, “Aku-tidak-lari-darinya.” ia menjawab seperti itu. Tegas. Tak lagi memandangi dua boneka ditangan Kyuhyun melainkan pemain dibalik boneka tangan itu.

Mrs. Hippo aktif bergerak lagi. Bersuara nyaring, nada menuduh. “Tapi kau melakukannya.”

“Yeah. Kau pergi. Berminggu-minggu. Tanpa memberitahu.” Mr. Hippo menyemangati istrinya.

“Dia mencarimu, apa kau tidak tahu?”

“Dia kira kau hilang atau tersesat. Dan kau lupa membawa ponsel. Lalu kau menangis disudut gang sempit karena kau tidak tahu jalan pulang.”

Songjin terkejut, menegapkan duduknya lalu mengangkat tangan tanda interupsi. Dia tidak akan terima disamakan dengan anak tiga tahun yang mudah hilang dijalan raya seperti itu. Ia ingin menyela tetapi boneka keparat itu bersuara lebih dulu menyelanya.

“Dia kira kau tidak ingin berteman dengannya lagi.”

“Dia kira kau membencinya, Park Songjin-ssi.”

“Dia ingin mengajakmu ke everland untuk menaiki wahana baru yang terkenal itu. Apa kau tidak tahu?”

“Dia sudah membeli tiket terusan tanpa batas waktu. Tapi kau pergi.”

“Yeah. Tiba-tiba dia malah melihatmu berjalan dengan lelaki asing dipinggiran jalan, pada suatu sore yang mendung di Negara asing.”

“Dia patah hati, apa kau tahu?”

“Yeah.” Mrs. Hippo melompat tepat kedepan wajah Songjin mengejutkan Songjin. Percayalah jika boneka kudanil itu sanggup mengubah sorot matanya menjadi sebuah sinar laser infra merah, mungkin Kyuhyun akan menggantinya karena ia benar-benar marah mengingat betapa panic dirinya mencari Songjin, namun ia malah menemukan gadis tidak berperasaan itu dipinggiran jalan bersama kawan barunya.

Kawan? Cih. Itu perumpamaan yang aneh bahkan untuk didengar telinganya.

“Hatinya patah menjadi potongan kecil-kecil.”

“Seharusnya kau pergi dengannya. Bukan dengan lelaki lain.”

“Kau membuatnya sedih, apa kau tahu Park Songjin-ssi?”

Bodohnya Songjin, meski mereka hanya boneka tidak bernyawa. Dicecar seperti itu sempat sempatnya membuat gadis bermata besar itu terkejut, kemudian menggeleng tanpa rasa bersalah. Menampilkan wajah lugu; terlampau lugu.

“Jadi,” Mr. Hippo mendekati wajah Songjin perlahan tapi pasti, “sekarang, mari kita sama-sama jujur disini, setelah kau membuatnya bersedih, apa kau bersedia menikah dengan temanku??”

“Temanmu?” Songjin menyipitkan mata lagi menghunus Kyuhyun. Ia sempat hampir terkejut lagi namun dengan cepat mengendalikan suasana. Songjin menegapkan duduk seraya berdehem. Mengangkat wajah angkuh.

“Apa temanmu saja satu-satunya orang yang dibuat bersedih? bagaimana denganku? Kemarin lalu, aku ingat sekali temanmu memarahiku sangat kejam.”

“Dia…” Mr. Hippo menggantung kalimatnya. Songjin terlihat puas selama beberapa saat menaikan satu alis tinggi. “Dia tidak bisa berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Tapi begini yang dikatakannya padaku, dia berjanji, bersedia menjagamu dan tidak akan pergi kemanapun meski sedang kalian sedang bertengkar hebat. Bagaimana dengan itu?”

“Dia berkata begitu?” Songjin terperangah, mulai berkaca-kaca lagi memeluk bantalnya. Mr dan Mrs. Hippo mengangguk bersama-sama. “Katanya dia akan bersama denganmu setiap saat. Jadi kau tidak perlu merasa kesepian lagi.”

“Katanya dia bersedia ikut kemana saja kau ingin pergi. Dia akan menemanimu.”

Sialan.

Mata Songjin sudah terlambat untuk diberitahu jangan mengeluarkan cairan dalam jenis apapun lagi. Ini terlalu menjijikan. Tetapi mereka keluar begitu saja tanpa melakukan koordinasi dengannya dulu.

Kyuhyun bukan tidak menyadari perubahan ekspresi Songjin sangat sangat cepat. Lima detik lalu gadis itu tertawa terpingkal. Dua detik kemudian meradang, sedetik terakhir malah menangis seolah menonton telenovela dengan pemeran utama mendapat siksaan kejam atau apa.

Ia malah bersyukur sebagian dari banyak hal yang ingin dikatakannya, bisa disampaikan tanpa kesulitan besar menggunakan boneka figure sederhana ini. Jika tahu boneka ini akan membawa banyak kemudahan, ia pasti sudah menggunakan boneka semacam ini sejak dulu.

Kenapa ia baru mencoba mencari cara dari google beberapa jam tadi sih? Kenapa kadang ia bisa menjadi selamban itu untuk menyadari bahwa gadis manapun akan luluh dengan boneka dan bunga?

“Jangan menangis.” Kyuhyun berkata tulus. Disampaikan melalui Mr. Hippo– mengusap air mata disebelah pipi Songjin. Dia ingin mempertahankan suasana manis itu tetapi manis bukanlah dirinya.

Alih-alih bersikap manis, Kyuhyun memutuskan untuk membuat Songjin merasa sedikit kesal lagi padanya, “Karena kau terlihat seperti babi pink pendek dan gemuk yang terpeleset ke dalam danau dan sedang kehabisan oksigen, karena menjerit-jerit meminta bantuan pertolongan tetapi tidak ada satupun yang mendengarmu.”

“A– AKU APA?!”

Awalnya Kyuhyun tersenyum, namun senyuman itu hanya bertahan beberapa detik saja. Senyum itu harus mau tidak mau berganti ringisan pedih karena Songjin memukuli bahunya membabibuta. Mengeluarkan sifat dasar gadis itu. Barbaric.

“Aku sedang sakit Songjin. Tega-teganya kau–“

“Kau menyebutku apa?!”

“Bukan aku yang mengatakannya! Mr. Hippo– akh!”

Kyuhyun merunduk pasrah; menjejalkan kepala pada pangkuan Songjin, ketika satu pukulan kencang mendarat tepat pada bahunya yang sakit. Rasa nyeri segera menjalar memenuhi seluruh tubuhnya. Kepalanya pening sesaat.

Saat Songjin menurunkan frekuensi jumlah pukulan, Kyuhyun mengangkat boneka Mr. Hippo “kau memukul pada bagian yang tepat.” itu terdengar bagai pujian, namun Songjin mendengus. “Bahu yang kau pukul tadi adalah yang pertama menghantam tangga museum kemarin lalu.”

“APA? ASTAGA!!”

Songjin melonjakkan kepanikannya sekali lagi, namun kali ini ia tidak bersedia menyentuh Kyuhyun sama sekali. Reaksi Songjin malah memberikan kekehan senang Kyuhyun. “gotcha.” pria itu meringis tanpa rasa bersalah.

“Jadi kau bersedia menikah dengannya, karena kalian sudah impas saling menyakiti?”

“Huh?”

“Berikan jawabannya sekarang atau temanku akan patah hati lagi, Park Songjin-ssi!”

“Bagaimana?”

Mrs. Hippo mengambil alih. “Dia akan sangat sangat gembira jika kau bersedia menikah dengannya, Park Songjin-ssi, itu yang suamiku maksud.”

“Tentu saja sangat sangat gembira. Dia akan mendapatkan apa yang selama ini diharapkannya ‘kan?” dengus Songjin ditengah tangisan. “Uang.” Lanjutnya tetapi Mrs. Hippo juga ikut berbicara dan apa yang dikatakannya jelas-jelas tidak sama dengan ucapan Songjin.

Mrs. Hippo lantang mengatakan “teman hidup,” yang mana sudah pasti mengejutkan Songjin lagi. Gadis itu segera memindah focus pada lelaki dibalik dua boneka bicara disana. “Kau serius?”

Kyuhyun berdehem mengangkat Mr. Hippo. Sebelum bicara, ia menyunggingkan senyum pada Songjin. Bukan tipe senyum mengejek, karena ia berusaha mengatakan apa yang dirasakannya selama ini.

“Ini rencana paling matang yang pernah dimilikinya, begitu kata temanku, Park Songjin-ssi.”

“Rencana?”

“Aku tidak boleh berbicara lebih banyak lagi sebelum kau mengatakan kau bersedia menikah dengannya. Apa kau bersedia Park Songjin-ssi?”

“A–aku,”

“Temanku tidak bisa mendapatkan penolakan. Dia akan mati patah hati dalam kesedihan sepanjang hidupnya jika kau berkata tidak.”

Songjin diam terpekur. Bergantian memandang Mr dan Mrs Hippo serta Kyuhyun lumat. “Kau tidak ingin dia terus terusan menggangguku dengan kisah menyedihkan betapa ia merasa sangat patah hati ‘kan Park Songjin-ssi? tolonglah, aku perlu berkeluarga. Aku tidak bisa memiliki anak jika dia menggangguku terus-menerus.”

Tawa Songjin membuncah disela air matanya. Ia mengangguk-angguk tanpa memerlukan pemikiran panjang. Hanya semudah itu saja, karena pada dasarnya ia akan selalu berkata ‘ya’ untuk setiap tawaran Kyuhyun. Apapun itu. Asal itu membuatnya selalu berdekatan dengan pria itu.

“Kalau begitu sekarang ambil cincin di saku mantelnya.”

“Huh?”

“Cincin. Kau membutuhkan cincin untuk bertunangan, iyakan?”

“Oh.”

Songjin mengangguk kaku. Ekspresi bingung tergambar jelas dari wajah rupawannya. Ia menuruti arahan boneka boneka tersebut untuk merogoh saku mantel Kyuhyun. Mengambil kotak beludru biru yang ia sudah lihat beberapa jam lalu isinya. Tetap saja selalu berhasil mencengangkannya.

Ia praktis tercengang karena pada akhirnya apa yang diharapkannya terjadi. Bukan karena melihat betapa berkilaunya batu rubi pada cincin hijau emerald tersebut. Tapi pada fakta, bahwa ia adalah gadis yang akan menikahi Cho Kyuhyun dan menyingkirkan dua tiga lusin, deret para gadis lajang yang sudah meletakakkan hasratnya secara terang-terangan pada pengusaha muda ini.

Dia tidak pernah merasa seberuntung ini sepanjang hidupnya.

Tetapi alih-alih memasang cincin tersebut dijari manisnya, Songjin malah meremas kotak cincin tadi dan menangis bersamanya. Menenggelamkan wajah ke bantal, menolak Mr atau Mrs Hippo yang memanggilnya bersahutan.

“Jangan menangis.” Terakhir, suara asli Kyuhyun terdengar lembut. Dalam. Tegas lagi-lagi memiliki efek memabukkan serta menyejukkan.

“Persetan dengan aku terlihat seperti babi atau hewan lain apalah itu saat menangis. Aku sedang dilamar dan aku ingin menangis sekencang-kencangnya. Kau boleh pergi jika tidak ingin melihatku seperti ini!”

“Apa temanku tadi sudah menyampaikan pesanku? Aku mengatakan padanya, untuk bicara padamu, bahwa aku akan menemanimu setiap saat.” Kyuhyun mengamit tangan kanan Songjin. Membuka telapaknya dan mengambil kotak yang Songjin genggam erat.

“Itu artinya,” Kyuhyun membuka kotak cincin tesebut. Tersenyum pada benda berkilauan disana memberikan sorot mata bangga selama beberapa saat. “Dalam senang juga sedih. Dan aku tidak tahu kau sedang sedih atau senang saat ini.” tukasnya mencabut cincin tersebut dari tempatnya.

Untuk pertama kali setelah percakapan panjang mereka serta tangisan bertubi hinggap diwajah Songjin, Kyuhyun merasa terkejut pada mata merah Songjin saat mengarah padanya. Dia ingin merasa kasihan, tetapi Songjin terlihat lucu diwaktu yang sama.

Maka rasa kasihan itu lenyap begitu saja, digantikan kekehan geli tanpa suara. Kyuhyun mencari-cari tangan kanan Songjin untuk menyematkan cincin peninggalan ibunya pada jari manis Songjin tetapi gadis itu menarik-tarik tangannya kesana kemari menolak.

“Aku sedang senang, kau tidak lihat wajahku seperti ini?” protes Songjin tidak terima. Ia semakin mendelik pada guratan tawa Kyuhyun. Lelaki ini luar biasa menyebalkannya, bukan?

“Kau.. sedang senang?” tanya Kyuhyun bersuara menimbang. Menimbang akan percaya atau tidak pada pernyataan Songjin. Tentu saja membuat Songjin semakin kesal padanya. “CHO KYUHYUN!!” gadis itu menjerit kencang, namun suara jeritannya tertutup oleh suara hitung mundur ratusan orang.

Mereka semua pasti berbaris memenuhi jalanan diluar hotel mereka. Baru saat itu pula Kyuhyun dan Songjin sadari para orang tua tidak lagi didalam ruangan yang sama. Mereka, entahlah ada dimana. Sepertinya, dari yang Kyuhyun simpulkan, mereka memberi ruang privasi untuk hal yang sudah semestinya Kyuhyun lakukan sejak dulu, namun selalu batal entah mengapa.

Quatre”

 

“Trois..”

 

“Deux..”

 

“Un!!!”

 

Suara kembang api semakin meriah. Semakin memekakan telinga dan mengerikan tentu saja. Tiupan terompet terdengar sili berganti sahut menyahut seolah seseorang sedang berlomba untuk melakukannya.

Songjin melompat dari tempatnya berlari kecil menuju balkon. Ratusan kembang api pecah diatas kepalanya. Mereka semua berwarna warni. Ungu, merah, kuning, hijau, biru. Semua hal itu juga sedang pecah didalam hatinya. Kemeriahanya mungkin jauh lebih ramai didalam hatinya. Tapi keramaian jalanan kali ini bisa sedikit menggambarkan suasana hati Songjin.

Songjin bukan tidak menyadari bahwa sesuatu sedang bergerak mengisi salah satu jemarinya. Ia tahu benda apa itu. Yang dikejutkannya adalah Kyuhyun meninggalkan kursi rodanya.

“Kau bisa berjalan?!”

“Kapan aku lumpuh?”

“Tapi kakimu–“ Songjin tertegun memandangi kaki panjang Kyuhyun dalam balutan celana santai rumahan. “Kakiku baik-baik saja.” balas Kyuhyun langsung. “Aku hanya tetap berada dikursi roda untuk membuatmu panic dan sibuk mengurusiku.”

“APA?!” Sialan. Licik! keparat! Dasar laki-laki tampan keparat!

Sialan. Songjin memejamkan mata rapat menyadari ia bahkan masih mengaggumi Kyuhyun seperti itu, meski sedang merasa kesal setengah mati pada pria tersebut. “Aku akan membunuhmu Cho.” bisiknya penuh dendam.

“Membunuh tunanganmu sendiri? woah, keren.” cibir Kyuhyun tidak tertarik sama sekali pada ancaman Songjin. Ia bersedekap mengamati kekesalan Songji karena sebenarnya itu malah menghiburnya.

Kyuhyun menepuk bahu Songjin dua kali untuk memberi semangat pada rencana apapun Songjin tetapi gadis itu malah melingkarkan jari-jarinya tepat dileher Kyuhyun. “Aku akan mencekikmu sampai kau kehabisan oksigen.”

“Ohya?” Kyuhyun pura-pura terkejut. “Aku baru tahu kau bisa mengurangi jatah dirimu sendiri padaku.”

“Apa?”

“Kau oksigenku.”

Keparat keparat keparat.

Kyuhyun melakukannya lagi bahkan ketika pria itu sudah berhasil membuatnya mengatakan ‘aku bersedia’. Well, tidak secara langsung, tetapi bukankah itu tetap terhitung sama?

“Berhenti bicara seperti itu lagi!” Songjin memberi pukulan kencang pada tubuh Kyuhyun seketika. “Aku sudah setuju menikah denganmu. Aku tidak perlu mendengar kebohongan paling manis, keparat, sialan–“ Kyuhyun mengangkat salah satu alisnya, baru menyadari bahwa pipi Songjin bersemu pada sikap dan kata-katanya?

Benarkah? Dia tidak sedang salah mengartikan bahwa itu hanyalah semacam fatamorgana atau–

Oh baiklah, Songjin memang bersemu-semu.

“Tapi aku tidak berbohong.” Kyuhyun menuntut.

“Kyuhyun-ah!”

“Aku serius!”

“Ini kebohongan paling manis sepanjang hidupku kau tahu? Jangan buat aku semakin berkhayal yang tidak-tidak.”

“Songjin, aku tidak sedang–“

“Kyuhyun-ah. Sudah. Cukup. Hentikan sampai disini.”

Air mata Songjin mulai mendesaki matanya. Kyuhyun terlampau panic serta terheran pada reaksi Songjin. Ia ingin mengatakan bahwa yang dikatakannya adalah benar. Semua adalah benar. Bukan sekedar scenario atau bualan, seperti yang gadis itu pinta tadi.

Tetapi toh akan seperti apa ia menjelaskan, Songjin tidak akan mempercayainya, ‘kan? lihat saja sendiri sekarang seperti apa reaksi gadis itu. Kyuhyun boleh melenguh kecewa saat ini. Ia berhak melakukan itu setelah usaha serta kepanikannya beberapa jam lalu.

Maka mengalihkan pedihnya, Kyuhyun tersenyum hampa. Mengusap punggung tangan Songjin, menyentuhkan jarinya pada cincin yang baru ia pasangkan pada jari manis Songjin. Perlahan, Kyuhyun menarik Songjin mendekat untuk memeluknya erat, dan semakin erat.

Ia membiarkan Songjin menangis sejadi-jadinya dalam pelukannya. Ia tidak tahu mengapa hanya berkata seperti apa yang dikatakannya tadi, dapat membuat Songjin menangis kencang.

Ia sendiri hanya mengeluarkan deru napas berat. Tidak tahu harus bereaksi apa pada situasi canggung seperti saat ini. Rasa senangnya berbanding lurus dengan kecewa, jadi ia tidak tahu perasaan semacam apakah ini.

“Jangan menangis lagi.”

“Tutup mulutmu, Cho.” rengek Songjin. “Aku sudah menutupi wajahku, kau masih saja tidak senang.”

“Memangnya kenapa kau menutupi wajahmu?”

“Kubilang, tutup mulutmu.”

Kyuhyun menghela napas panjang “Aku mungkin akan menyesal berkata seperti ini, tapi bahkan saat menangis kau juga terlihat well, cukup menarik. Masalahnya, kau tidak ingin menangis setiap saat ‘kan? meski kukatakan kau tetap menarik saat menangis?”

“Kyuhyun-ah!!” tangisan Songjin semakin kencang, Kyuhyun menyadarinya. Itulah mengapa tadi ia berkata ia mungkin akan menyesali hal ini. “Kubilang berhenti bicara!”

“Memangnya apa yang sudah kukatakan?”

Kyuhyun ingin protes merasa tidak terima. Ia tidak melakukan apa-apa tetapi Songjin menangis. Salah salah mengira, ia akan menganggap gadis itu sedang balas mengerjainya karena tadi aksi parody Mr dan Mrs. Hippo nya terlihat sangat buruk.

“Sudahlah.” Kyuhyun pasrah. Hanya mengusap punggung Songjin sambil menonton kembang api dan puluhan orang berciuman dibawah sana. Well, dia tidak sepenuhnya menyedihkan juga.

Pada akhirnya dia bisa berpelukan dengan Songjin seperti banyak pasangan dibawah sana lakukan juga. Meski minus ciuman. Tetapi Kyuhyun bertekad akan mengupayakan hal tersebut. Ia selalu percaya pada hasil sebuah kerja keras. Songjin akan bertekuk lutut padanya, seperti yang terjadi padanya saat ini.

“Songjin?”

“Hng?”

“Aku sedang menimbang, kira-kira dimana kau ingin pesta pernikahan kita dilangsungkan? Bisa kau beri aku gambaran kasarnya? Pakaian seperti apa yang kau inginkan? Dan kupikir kita harus mencari cincin yang lain. Dalam waktu dekat. Bagaimana??”

“KYUHYUN-AH!”

104 thoughts on “[KyuJin Series] The Sweetest Lie

  1. Sweet banget .. sayang songjin ngangkanya klo itu semua cuman boong aja .. padahal kyuhyun serius bilangnya .. ini karena mrk blm jujur sama perasaan masing2

Leave a comment